Dibayar Rp10 M, Tumming - Abu; Influencer 6,7 Juta Followers Ini Siap Kampanyekan Caleg dan Capres
Tumming - Abu, comedian influencer dengan 6,7 juta pengikut di media sosial, mengungkap pernyataan "tabu" di dunia content creator.
Penulis: Ari Maryadi | Editor: Edi Sumardi
Pilkada 2018 lalu, kala aset digitalnya masih 1,8 juta, duo selebgram Makassar ini menolak tawaran 2 mobil Mitsubishi Pajero baru seharga Rp 1,8 M dari sepasang kandidat gubernur.
Setelah 4 tahun, mereka naikkan valuasi 5 kali lipat.
Laporan jurnalis Tribun-Timur.com, Ari Maryadi
MAKASSAR, TRIBUN-TIMUR.COM - Tumming - Abu, comedian influencer dengan 6,7 juta pengikut di media sosial, mengungkap pernyataan "tabu" di dunia content creator.
Duo selebgram asal Kota Makassar, Sulawesi Selatan ( Sulsel ) ini, ingin terjun ke hiruk pikuk dunia politik praktis.
"Tulis meki (silakan_ Daeng, kalo Tumming - Abu ada politisi, cagub, caleg, capres, yang tawar Rp10 M untuk dikampanyekan total, kami sudah siap," ujar Ahmad Zuhail (35), pemeran Abu kepada Tribun-Timur.com di sebuah kafe di kawasan bisnis Jl AP Petta Rani, Makassar, Rabu (13/7/2022) malam.
Pernyataan itu diungkap Abu dengan mimik serius.
Apakah Tumming juga sudah sepakat?
"Ini baru beberapa hari lalu saya diskusi dengan Iksan (Tumming)..,." klaim Abu.
Dengan nominal kontrak dua digit miliar di kampanye politik itu, Abu meyakini bisa menghidupi keluarga dan belasan personel timnya, selama 2 hingga 3 tahun pasca-kampanye.
"Kami sudah kalkulasi-mi.. termasuk risiko ditinggal brand endorsment loyal kami dari swasta dan BUMN."
Saat ditanya apakah mereka tak takut kehilangan pengikut atau pengaruh di 4 akun media sosialnya?
"Ya, kami sudah siap. Anak istri akan saya ungsikan ke dunia lain," ujar Abu berkelakar.
Tumming - Abu adalah satu dari belasan influencer atau key opinion leaders (KOL) lokal berpengaruh di Sulawesi dan Indonesia Timur.
Survei Marketing Research & Analytics Team & Litbang Kompas Maret 2022 lalu, memasukkan Tumming-Abu, sebagai Top 5 KOL timur Indonesia.
Pada momen Pilkada 2018 lalu, kala aset digitalnya masih 1,8 juta, duo selebgram Makassar ini mengkalim sempat menolak tawaran 2 mobil Mitsubishi Pajero baru seharga Rp 1,8 M dari sepasang kandidat gubernur.
Setelah 4 tahun, mereka naikkan valuasi 5 kali lipat.
Dari penelusuran Tribun-Timur.com, di awal Juli 2022 ini, total aset digital mereka mencapai 6,7 juta followers.
Rincian aset digital itu, terbesar ada di mikro akun, TikTok 5,5 juta.
Aset terbesar kedua Instagram 793 K, lalu menyusul channel YouTube 472 K, dan fans page Facebook 267 K.
September 2023 mendatang, Tumming - Abu berulang tahun ke-10.
Secara kasar, pertumbuhan valuasi aset digital mereka senilai Rp1 M dalam setahun.
Dari catatan file digital berita Tribun-Timur.com, Januari 2019 lalu, followers di akun IG mereka, masih 456 K.
Setelah 4 tahun, 12 Juli 2022, pengikutnya bertambah sekitar 300 K menjadi 793.
"Semoga bisa tembus 1 juta, pas Tumming-Abu satu dasawarsa," ujar Abu.
Abu adalah sarjana ekonomi kelahiran Bone.
Nama aslinya adalah Ahmad Zuhail.
Setamat bangku SMA di SMA 1 Mangkoso Barru (2005), dia sempat kuliah setahun di Universitas 45 lalu mutasi ke YPUP Makassar.
Sedangkan tandemnya, Tumming bernama asli Ikhsan Hasyim (32 tahun).
Tumming adalah alumnus Pondok Pesantren Immim Putra (2007-2010), dan sempat kuliah di fakultas kedokteran.
Menanggapi hal tersebut, pengamat politik dari Universitas Muhammadiyah Makassar, Andi Luhur Prianto mengatakan, upaya Tumming - Abu menawarkan diri meng-endorse calon di kontestasi politik merupakan hal lumrah.
Itu juga bagian dari upaya bagaimana mengemas politisi dengan citra yang baik agar bisa diterima di kalangan tertentu, khususnya milenial.
"Politik modern dikelola dengan citra dan kemasan. Kehadiran selegram di panggung politik bisa mengkreasi citra dan kemasan positif. Dengan modal citra dan branding yang baik, capres dan caleg bisa membangun engagement (kedekatan) dengan pemilih khususnya bagi pemilih muda perkotaan yang melek digital," kata Andi Luhur Prianto.
Peningkatan popularitas tokoh-tokoh politik merupakan dampak dari aktivitas endorsement dengan segmen pemilih yang disasar.
"Tetapi tidak semua citra dan branding politik bisa acceptable (berterima) di seluruh pemilih. Konten dan media sosialisasi politik para selegram juga segmented (terbatas segmen tertentu). Tidak semua segmen pemilih bisa disasar," ujar Andi Luhur Prianto.(*)