ACT
Bareskrim Mabes Polri Ungkap Sebulan ACT Kumpulkan Rp60 Miliar, Wajar Gaji Bosnya Rp200 Juta?
Dari hasil yang dikumpulkan tersebut, sebanyak 10 hingga 20 persennya langsung dipotong untuk gaji pegawai ACT
TRIBUN-TIMUR.COM - Fakta baru terkait cara kerja Yayasan Aksi Cepat Tanggap atau ACT diungkap Bareskrim Mabes Polri.
Dalam penyelidikan baru soal sepak terjang ACT pihak Bareskrim Mabes Polri mengungkapkan fakta yang cukup mengejutkan.
Bareskrim Mabes Polri mengkonfirmasi masih jika ACT dalam mengumpulkan dana dalam sebulannya jumlahnya cukup fantastis.
Dari penelusuran awal Bareskrim Mabes Polri menyebut angka yang dikumpulkan ACT berkisar Rp60 miliar tiap bulannya.
Jumlah ini apakah membuat bos atau Presiden ACT wajar mendapat gaji Rp200 juta per bulan?.
Baca juga: Fakta Bos ACT Selewengkan Bantuan Korban Kecelakaan Lion Air dan Teroris Terungkap, Pengacara:Fitnah
Baca juga: Selain Anies Baswedan dan Amran Sulaiman, Ruhut Sitompul Ungkap Fakta Soal Jusuf Kalla dan ACT
Dilansir dari laman resmi Humas Mabes Polri, Senin (11/7/2022), Bareskrim Mabes Polri mengungkap ACT mengumpulkan donasi sebanyak Rp 60 miliar setiap bulan.
Dari hasil yang dikumpulkan tersebut, sebanyak 10 hingga 20 persennya langsung dipotong untuk gaji pegawai ACT.
Hal tersebut disampaikan Karo Penmas Divhumas Polri Brigjen Ahmad Ramadhan dalam dalam keterangannya di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Senin (11/7/2022).
“Terkumpul sebanyak sekitar Rp 60.000.000.000 setiap bulannya dan langsung dipangkas atau dipotong oleh pihak Yayasan Aksi Cepat Tanggap (ACT) sebesar 10 persen-20 persen (Rp 6.000.000.000-Rp 12.000.000.000) untuk keperluan pembayaran gaji pengurus, dan seluruh karyawan,” ucapnya.
Ahmad menjelaskan, pembina dan pengawas juga mendapatkan dana operasional dari potongan tersebut.
Adapun sumber donasi dikumpulkan daro masyaralat umum, kemitraan, institusi atau korporasi, hingga komunitas dan anggota lembaga.
“Selain mengelola dana sosial atau CSR dari pihak Boeing, Yayasan Aksi Cepat Tanggap (ACT) juga mengelola beberapa dana sosial atau CSR dari beberapa perusahaan serta donasi dari masyarakat,” katanya.
Sebelumnya, Bareskrim menyelidiki dugaan penggelapan dana yang bantuan diduga melibatkan yayasan ACT.
Terbaru, Polri menemukan adanya dugaan penggelapan dana bantuan bagi korban kecelakaan pesawat Lion Air JT-610 pada 2018.
“Bahwa pengurus yayasan Aksi Cepat Tanggap (ACT) dalam hal ini saudara Ahyudin selaku pendiri merangkap ketua, pengurus, dan pembina serta Ibnu Khajar selaku ketua pengurus melakukan dugaan penyimpangan sebagian dana sosial/CSR dari pihak Boeing tersebut untuk kepentingan pribadi masing-masing berupa pembayaran gaji dan fasilitas pribadi,” ujar Ahmad, Sabtu (9/7).
Dalam tragedi kecelakaan Lion Air pada 2018, pihak maskapai memberikan dana kompensasi kepada ahli waris korban.
Dana bantuan itu terdiri dari santunan tunai senilai Rp 2,06 miliar dan dana sosial atau CSR dengan jumlah serupa.
Hasil penyelidikan yang dilakukan jajaran kepolisian menemukan adanya dugaan penggelapan dana bantuan tersebut yang dilakukan oleh ACT.
Pihak ACT disebut tidak pernah melibatkan ahli waris dalam penyusunan hingga penggunaan dana CSR yang disalurkan pihak Boeing.
Kehidupan Pendiri ACT
Sosok Ahyudin menjadi sorotan setelah lembaga Aksi Cepat Tanggap (ACT) memotong dana ymat sebesar Rp13,7 persen.
Ahyudin adalah pendiri ACT sempat menikmati gaji Rp250 juta perbulan. Sementara karyawan ACT digaji Rp2,5 juta.
Tetangga Ahyudin di kawasan Ciputat, Tangerang Selatan memberikan kesaksian soal gaya hidup pendiri ACT tersebut.
Hingga kini, ACT masih ramai menjadi perbincangan lantaran diduga menyelewengkan dana sumbangan dari umat.
Tagar #JanganpercayaACT menjadi trending topic di Twitter sejak Senin (4/7) dini hari.
Pengguna media sosial mempermasalahkan transparansi ACT dalam hal penyaluran dana donasi.
Salah satu yang menjadi sorotan adalah eks pimpinan sekaligus pendiri ACT Ahyudin.
Melalui pemberitaan Majalah Tempo berjudul 'Kantong Bocor Dana Umat', Ahyudin sebut menerima gaji sebesar Rp 250 juta per bulannya.
Tak hanya itu, dia juga disebut menerima sejumlah fasilitas mewah berupa mobil.
Sementara, gaji pejabat menengahnya mencapai Rp 80 Juta perbulan, ditambah fasilitas mobil Alphard atau Fortuner.
Selasa (5/7), tribun network mencoba menyambangi kediamaan Ahyudin di kawasan Ciputat, Tangerang Selatan, Banten.
Rumah Ahyudin berada di sebuah jalan yang hanya bisa dilalui oleh satu kendaraan mobil.
Posisi rumah berada di rumah tusuk sate.
Sejumlah anak-anak pun terlihat bermain di jalan masuk rumah tersebut.
Memang, sekeliling rumah Ahyudin tersebut bisa dikatakan padat penduduk.
Bersadarkan pantauan, pagar rumah Ahyudin berwarna hitam dengan hiasan kayu berwarna colkat.
Suasana rumahnya pun terlihat rindang karena banyak tanaman di sekitaran rumah. Halaman rumah terlihat sangat luas.
Dibagian sisi kiri rumah, terdapat dua buah mobil kendaraan yang terparkir. Yakni Toyota Kijang Inova berwarna hitam dan Honda CRV berwarna putih.
Tribun network berusaha untuk masuk dan berbincang dengan tuan rumah, namun kondisi pagar rumah tertutup.
Terlihat dari kejauhan, ada kegiatan penghuni rumah dibagian sisi sebelah kanan rumah.
Dimana, ada dua buah mobil berwarna hitam yang terparkir. Adapun sejumlah orang tengah melakukan aktivitas disana.
Tak terlihat jelas aktivitas apa yang dilakukan, dikarenakan rumah Ahyudin terbilang cukup luas.
Berdasarkan pengamatan, luas rumah Ahyudin mencapai kurang lebih 1.000 meter.
Berbeda dengan lingkungan tempat tinggalnya, yang hanya terdiri dari rumah minimalis dan jejeran kontrakan.
Sementara, kondisi bangunan rumah tampak tak begitu jelas.
Pasalnya, banyaknya tanaman membuat pintu bangunan rumah tak terlihat.
Rumah tersebut berlantai dua dengan ornamen bata merah di bagian lantai dua.
Ketika tengah mengati rumah tersebut, tribun network melihat ada seorang pria muda membuka pagar rumah.
Tak lama berselang, sebuah mobil Kijang Inova dengan full stiker bertuliskan Global Moeslim Charity (GMC) masuk ke dalam rumah.
Tak diketahui pasti siapa saja orang yang berada di dalam mobil tersebut.
Diketahui, setelah terdepak dari ACT, Ahyudin pun mendirikan GMC.
Tak ada aktifitas yang mencolok dari dalam rumah setelah pemberitaan Ahyudin heboh soal dana sumbangan umat tersebut.
Tribun network pun sempat berbincang dengan tetangga Ahyudin.
Murip, warga sekitar mengatakan, pihaknya baru mengetahui soal heboh pemberitaan eks pendiri ACT itu dari group Whatsapp komunitasnya pada Senin malam.
Bahkan, ia menyebut, tetangga di sekitar tak mengetahui secara pasti soal heboh dana sumbangan ACT untuk keperluan pribadi Ahyudin.
"Warga sini banyak yang belum tahu. Saya tau beritanya juga dari teman," ucap Munip.
Munip pun menyodorkan isi pesan temannya kepada awak Tribun network.
Dimana, isi pesan itu menunjukan soal besaran gaji pendiri dan pentinggi ACT serta poster bergambar wajah Ahyudin.
"Soal ini kan ya?," sambungnya.
Dia mengatakan, bahwa mengenal sosok Ahyudin sekitar 10 tahun lalu.
Namun, menurutnya, Ahyudun terbilang terturup dan kurang bersosialisasi dengan warga sekitar.
Justru, kata Munip, istri Ahyudin atau akrab disapa warga sekitar dengan sebutan 'Umi', kerap bersosialisasi dengan warga sekitar.
Dalam beberapa kesempatan, Umi disebut sering berbincang dengan ibu-ibu di lingkungannya.
"Istrinya baik, sama warga sekitar. Kalau Pak Ahyudin kurang bergaul," terangnya.
Munip juga menyebut, warga sekitar juga pernah diberikan sembako oleh keluarga Ahyudin.
"Sembako suka ngasih ke warga sekitar. Tapi Umi yang kasih," kata dia.
Salah seorang warga sekitar yang enggan disebutkan namanya, juga mengatakan, bahwa keluarga Ahyudin kerap gonta-ganti mobil baru.
Namun, hanya mobil Hondra CRV yang sejak lama telah berada di rumah.
"Mobilnya gonta-ganti terus," kata dia.
Diberitakan sebelumnya, kasus dugaan penyelewengan dana yang dilakukan lembaga amal Aksi Cepat Tanggap (ACT) menjadi sorotan. Polri pun turun tangan mendalami kasus tersebut.
Diketahui, lembaga amal ACT menjadi pembicaraan seusai tagar Jangan Percaya ACT trending sosial media Twitter pada Minggu (3/7) lalu.
Banyak warganet yang mencurigai penyelewengan amal di lembaga ACT.(*)
Baca berita terbaru dan menarik lainnya dari Tribun-Timur.com via Google News atau Google Berita