Haji 2022
Cerita Ahmad Sidik, Pembuat Gelang Jamaah Haji Selama 18 Tahun
Tampak tiga pria mendiami sebuah kamar di Wisma 5 Asrama Haji Sudiang Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), Senin (20/6/2022).
Penulis: Wahyudin Tamrin | Editor: Sukmawati Ibrahim
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Tampak tiga pria mendiami sebuah kamar di Wisma 5 Asrama Haji Sudiang Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), Senin (20/6/2022).
Mereka kelihatan sibuk dan ulet mengerjakan sebuah gelang.
Benda terbuat dari stainless monel ini ditujukan untuk semua jamaah haji Embarkasi Makassar tanpa terkecuali.
Tujuannya, asebagai salah satu identitas ketika menunaikan Rukun Islam yang kelima di tanah suci.
Pada gelang itu terdapat bendera merah putih, nomor kloter, makhtab, nomor paspor, nama jamaah haji , tahun, negara serta asal embarkasi.
Khusus mencetak nama, dibutuhkan ketelitian tinggi dari petugas untuk mengerjanya berdasarkan huruf alphabet.
Proses pembuatannya, dimulai dari mencetak nama-nama jamaah haji berdasarkan data dan manifest dari Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) haji setiap kloter yang akan diberangkatkan.
Nama dan data jamaah haji selanjutnya dicetak di atas kertas stensil.
Kemudian, diproses pencetakannya menggunakan mesin adaptor dan cairan kimia berupa air raksa.
Usai dicetak di atas lempengan monel yang sudah dibentuk, selanjutnya dibersihkan menggunakan air.
Setelah itu baru dilengkungkan agar menjadi gelang, lalu diurutkan sesuai nama dan rombongan masing-masing jamaah haji.
Kemudian akan dibungkus dengan tulisan nama sesuai dengan nama tertera di gelang berdasarkan regu dan rombongan.
Menurut Ahmad Sidik (49) sang Koordinator sekaligus mentor pembuat gelang jamaah haji di Embarkasi Makassar, pembuatan satu gelang membutuhkan waktu sekitar 5 jam untuk satu kloter.
Dalam sehari, Ahmad Sidik beserta anak buahnya mampu mengerjakan gelang jamaah haji sebanyak 2 kloter atau kurang lebih 800 buah gelang.
"Total gelang kami kerjakan berjumlah Lebih 7.000-an buah, sebagaimana jumlah jamaah haji yang diberangkatkan melalui Embarkasi haji Makassar yakni 7.247 jamaah tahun ini," kata Sidik.
"Kami berharap, dari hasil karya ini bisa membawa manfaat bagi para tamu-tamu Allah," sambung pria asal Jepara Jawa Tengah itu.
Bagi Sidik, gelang ini dibuat minimal bisa memudahkan petugas haji Indonesia di tanah suci untuk membantu bilamana jamaah haji tersesat atau terlepas dari rombongan.
Proses paling sulit adalah membuat nama lengkap jamaah haji.
"Kalau terjadi kesalahan, tentunya dilakukan cetak ulang," katanya.
Sebab nama jamaah haji biasanya memiliki perbedaan huruf.
Walau secara nada memiliki bunyi sama. Tapi secara huruf berbeda-beda.
Ahmad Sidik juga berpesan, para jamaah haji tetap selalu mengenakan gelang identitas ini.
Selain memudahkan jamaah satu dengan yang lainnya, juga meringankan tugas petugas haji di kloter dalam menghafal rombongannya.
"Sejauh ini tidak ada kendala dalam proses pembuatan gelang," ujar Ahmad Sidik.
"Karena kami sudah melakoni pekerjaan ini selama 18 Tahun sejak musim haji tahun 2004, meskipun 2 tahun kemarin sempat istirahat karena pelaksanaannya tertunda akibat pandemi covid-19," tutup Ahmad Sidik. (*)