Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Forum Dosen

Ulasan Adi Suryadi Culla Soal Dampak Metaverse di Dunia Pendidikan

Ketua Dewan Pendidikan Sulawesi Selatan (Sulsel), Adi Suryadi Culla memaparkan dampak metaverse di dunia pendidikan.

Penulis: Wahyudin Tamrin | Editor: Sukmawati Ibrahim
Tribun Timur
Ketua Dewan Pendidikan Sulawesi Selatan (Sulsel), Adi Suryadi Culla. Ia memaparkan dampak metaverse di dunia pendidikan. 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Ketua Dewan Pendidikan Sulawesi Selatan (Sulsel), Adi Suryadi Culla memaparkan dampak metaverse di dunia pendidikan.

Dampak tersebut dipaparkan dalam FGD bertema Metaverse vs Pendidikan Berkualitas di Kantor Dewan Pendidikan Kota Makassar, Selasa (14/6/2022).

Dalam dunia pendidikan, kata dia, ada tiga substansi penting.

Ketiganya ialah aspek afeksi, kognisi, dan kinestetik atau psikomotorik.

Aspek kognitif berkaitan dengan cara membentuk pengetahuan manusia.

Kemudian aspek afeksi berkaitan dengan cara membentuk perilaku.

Serta terakhir aspek psikomotorik berkaitan dengan keterampilan.

"Ini menjadi problem penting akan dihadapi. Karena kita akan berbicara tentang kualitas pendidikan," katanya.

Adi Suryadi Culla menyebutkan, akan ada perubahan penting dihadapi dalam dunia pendidikan.

Perubahan tersebut akan berbeda dengan dunia fisik.

Karena segala aktivitas di dunia pendidikan itu akan dipindahkan ke arena virtual.

Sementara saat ini, kata dia, dunia pendidikan masih membahas persoalan PPDB.

PPDB masih menjadi problem yang dikritik masyarakat.

Ia berimajinasi, ruang virtual di metaverse yang disediakan kelas terbuka dan menampung berapapun jumlah siswa.

Dalam metaverse, ia membayangkan guru dan siswa sedang belajar dan berhadap-hadapan seperti layaknya di dunia nyata.

Kemudian, dalam metaverse, siswa juga bisa izin ketika sakit atau tidak hadir.

"Bahkan pakaian mereka bisa diatur itu di metaverse," katanya.

Selain persoalan tersebut, Adi Suryadi Culla membayangkan transaksi menggunakan cryptocurrency dalam metaverse.

Dimana, para siswa atau orangtua siswa membeli seragam menggunakan cryptocurrency.

Juga buku serta tenaga profesional atau guru dibayar menggunakan cryptocurrency.

"Nah ini semua saya kira yang akan kita hadapi kalau kita berimajinasi. Mungkin saja nanti proses belajar-mengajar itu tidak gratis meskipun di dunia maya," pungkasnya. (*)

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved