Dewan Pendidikan Makassar
Prof Heri Tahir: Nikah Dini hingga Ekonomi Buat Anak Putus Sekolah di Sulsel
"Ini menunjukan meskipun itu jumlah besar tapi pemerintah provinsi menaruh perhatian berkoordinasi pemerintah kabupaten kota," lanjutnya.
Penulis: Ari Maryadi | Editor: Saldy Irawan
Ia berharap pemerintah kabupaten/kota lain ikut mencontoh keseriusan Bone dan Takalar.
"Jadi ATS ini disebabkan masalah budaya. Ada anak kita cepat terjun cari nafkah membantu orang tua. Saya pernah katakan fenomena ini ingatkan saya pengalaman SD tahun 1962. Orang diburu-buru untuk pergi sekolah. Banyak orang diburu sampai sembunyi di rumah tidak mau sekolah," katanya.
Ia menyayangkan, strategi buru sergap atau buser anak sekolah pada tahun 1962 rupanya masih terjadi hingga tahun 2022 ini.
"Dulu pakai buser-buser, orang diburu-buru, ternyata pada abad 21 masih terjadi hal seperti ini," katanya.
Meski demikian, Prof Heri menemukan kasus menarik anak tidak sekolah di Malang.
"Di Malang ada fenomena bukan faktor kesulitan ekonomi terhadap ATS, Tapi di Malang itu warga sekitar kampus kos-kosan, mereka pikir, orang tua sukses kelola kos-kosan sehingga berpikir tidak perlu sekolah. Dia merasa mapan, hingga sisa melanjutkan usaha orang tua," katanya.
"Jadi pada umumnya ATS disebabkan masalah faktor budaya, dan ekonomi. Ini jadi atensi bagaimana kita memberi support. (cr2)