Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Yayasan Hadji Kalla Sukses Latih Kelompok Tani Budidaya Alpukat di Desa Tonasa Gowa

Dalam beberapa tahun mendatang, program ini menjadi mercusuar baru dalam dunia pertanian di wilayah Indonesia Timur.

Penulis: Rudi Salam | Editor: Waode Nurmin
Yayasan Hadji Kalla
Kelompok tani mengikuti Pelatihan Teknis Budidaya Alpukat yang digelar Yayasan Hadji Kalla (YHK) bekerjasama Balai Penelitian Buah (Balitbu) Kementerian Pertanian selama tiga hari, 6-8 Juni 2022 di Desa Tonasa, Kecamatan Tinggimoncong, Kabupaten Gowa. 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Yayasan Hadji Kalla (YHK) bekerjasama Balai Penelitian Buah (Balitbu) Kementerian Pertanian sukses menggelar Pelatihan Teknis Budidaya Alpukat.

Pelatihan yang digelar di Desa Tonasa, Kecamatan Tinggimoncong, Kabupaten Gowa ini berlangsung mulai 6 hingga 8 Juni 2022.

Program ini bernama Pemberdayaan Ekonomi Rakyat-Alpukat.

YHK mendatangkan langsung Tenaga Ahli Peneliti dari Balai Penelitian Buah Kementerian Pertanian, Muhammad Ikhsan.

Dalam agenda tiga hari pelaksanaan pelatihan, para Petani Desa Tonasa diajarkan cara-cara pemupukan yang baik.

Juga pemangkasan hingga proses pengendalian hama yang bisa saja menyerang tanaman alpukat yang para petani telah tanam.

Program ini telah dijalankan sejak tahun lalu. Sebelumnya, Kelompok Tani Parangta’juru Desa Tonasa yang dipilih oleh YHK untuk menjadi mitra.

Yayasan Hadji Kalla membagikan 1.000 bibit pohon alpukat varietas unggul untuk kelompok tani parangta’juru. Pelatihan kali ini adalah lanjutan dari program tersebut.

Program Officer Bidang Ekonomi Sosial Yayasan Hadji Kalla, Heryanto berharap para petani yang sebelumnya telah dibantu dengan bibit alpukat unggul, bisa menambah wawasannya terkait perawatan tanaman alpukat.

“Kita mendatangkan ahlinya langsung dari Solok, Sumatera Barat agar mereka bisa belajar dan praktik langsung," kata Heryanto, via rilis Kalla Group, Rabu (8/6/2022).

Heryanto menjelaskan, program ini bersifat pemberdayaan dan jangka panjang.

Para petani tidak hanya diberikan bibit secara cuma-cuma.

Namun, diberikan tanggung jawab untuk bisa menghasilkan bibit serupa yang juga unggul agar bisa kembali digunakan oleh YHK menjalankan program yang sama di lokasi lain.

"Karena itulah kita melakukan perjanjian kerjasama dengan Kelompok Tani Parangta’juru, agar semuanya merasa punya tanggung jawab dan amanah dalam menjalankan program ini. Makanya kita akan tetap melakukan pendampingan hingga beberapa tahun ke depan," jelasnya.

Diajar Sambung Pucuk

Di hari pertama, para petani diajarkan teknik menyambung pucuk dengan entres (pucuk alpukat varietas unggul).

Teknik sambung pucuk dilakukan dengan cara menggabungkan batang atas dan batang bawah.

Batang bawah diharapkan menjadi batang yang tahan terhadap patogen tanah dan kokoh.

Sedangkan batang atas merupakan bagian yang memiliki karakter produksi yang diinginkan.

Tenaga Ahli Peneliti dari Balai Penelitian Buah Kementerian Pertanian, Muhammad Ikhsan mengatakan, batang bawah ini biasanya menggunakan tanaman yang berasal dari biji sehingga memiliki perakaran yang kuat.

Perpaduan dari bagian tanaman yang disatukan tersebut diharapkan akan menghasilkan tanaman jenis baru dengan sifat genetis yang memiliki keunggulan.

Yaitu kokoh, perakaran kuat, cepat berbuah, produktif, tahan penyakit dan mutu buah baik sesuai dengan sifat genetis induknya.

“Teknik sambung pucuk ini kita lakukan dengan membuat celah pada batang bawah dan dimasukkan batang atas (entres) yang memiliki paling tidak tiga mata tunas. Entres ini diambil dari cabang atau ranting yang berasal dari tanaman lain yang memiliki keunggulan genetis," jelasnya.

Di hari berikutnya, para petani diajarkan melakukan pemupukan dengan menggunakan bahan-bahan organik yang berpengaruh pada pertumbuhan pohon alpukat dan buah yang dihasilkan.

Lewat bahan organis, diharapkan menjadikan pohon bisa tumbuh lebih baik dan terhindar dari penyakit tanaman.

Sementara itu, ketua Kelompok Tani Parangta’juru Jufri mengatakan, kelompoknya sangat bersemangat untuk menjalankan program yang diamanahkan YHK.

Ia berharap bahwa dalam waktu dua tahun ke depan, program ini bisa segera menuai hasil positif.

"Kita juga senang hari ini ada pelatihan lagi yang difasilitasi oleh tim Yayasan Hadji Kalla. Teman-teman semangat untuk belajar, apalagi kita lihat sudah banyak tanaman alpukat yang kita tanam sejak tahun lalu bisa tumbuh dengan baik," kata Jufri.

Dalam prosesnya, Kelompok Tani Parangta’juru, Desa Tonasa juga tengah menunggu penerbitan sertifikat penangkar resmi dari UPT BPP (Unit Pelaksana Teknis Balai Penyuluhan Pertanian) Kabupaten Gowa.

Hal ini akan menjadikan Kelompok Tani Parangta’juru, Desa Tonasa sebagai penangkar alpukat resmi dan satu-satunya di Sulawesi yang diakui oleh Kementerian Pertanian.

Dalam beberapa tahun mendatang, program ini menjadi mercusuar baru dalam dunia pertanian di wilayah Indonesia Timur.

Di mana Desa Tonasa akan menjadi pusat pembibitan alpukat unggul di Sulawesi Selatan.

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved