Resonansi Tribun Timur
Kolom Hasymi Ibrahim: KAHMI
Langkah-langkah konkrit apa yang akan dan sedang dilakukan oleh KAHMI pasti tak akan jauh-jauh dari basis dasar dan alasan-alasan kehadirannya
Resonansi Tribun Timur: KAHMI
Oleh: Moch Hasymi Ibrahim
Budayawan
TRIBUN-TIMUR.COM - Tak ada yang salah dengan KAHMI.
Organisasi besar ini hidup dan dihidup-hidupkan oleh pertalian hati nurani yang terbentuk sejak orang-orangnya masih amat muda, murni dan penuh semangat pembentukan diri.
Peranannya untuk bangsa kemudian, tentu tak terhitung dan sangat signifikan terutama dalam memasok kader-kader bangsa pada hampir seluruh bidang kehidupan.
Sehingga secara gampang dapat dikatakan bahwa perjalanan bangsa ini tak pernah lepas diwarnai, bahkan pada sisi tertentu, ditentukan oleh kader-kader HMI yang berhimpun di KAHMI.
Sebagai organisasi masyarakat yang titik berangkatnya adalah organisasi mahasiswa, HMI, KAHMI tentu menyadari benar posisi strategisnya yang unik.
Sebagai wadah berhimpun mahasiswa Islam pada mulanya, spirit keislaman HMI adalah sintesa atau kristalisasi semangat keindonesiaan dalam nuasa Islam atau sebaliknya.
Idiologi Islam Indonesia khas HMI inilah yang kemudian menjadikan KAHMI memiliki kelenturan dan daya adaptasi tinggi terhadap perubahan. Ditambah lagi dengan alas amat kuat dari nilai akademis yang menjadi ruh eksistensinya.
Tidak mengherankan kemudian ketika dari KAHMI senantiasa lahir pemikiran-pemikiran strategis untuk perubahan, termasuk perubahan-perubahan politik yang menjadi penggerak utama kehidupan berbangsa dan bernegara.
Doktrin insan akademis pencipta pengabdi yang bernafaskan Islam, yang menjadi titik berangkat postur kader-kadernya.
Maka menjadi sangat kuat landasan saat KAHMI, termasuk KAHMI Sulsel yang mengurusnya dilantik kemarin untuk membangun dan mengawal transisi peradaban sesuai dengan tema yang diusung.
*
Jatuh bangun peradaban, termasuk peradaban Islam, ditandai antara lain oleh tradisi sains, tradisi pendidikan dan tingkat literasi.
Dalam konteks masa kini, kesadaran untuk mengawal transisi peradaban sebagaimana tema yang diusung tadi tentu harus ditafsirkan sebagai isyarat untuk langkah konkrit pada aspek pendidikan yang dalam bahasa lain merupakan indikator utama keberadaban.
HMI sebagai organisasi kader tentu sejak awal sangat kompatibel dengan usaha raksasa membangun peradaban ini.
Spirit akademis pencipta pengabdi tadi adalah modal pokok dalam ambil bagian dalam mengawal transisinya.
Terutama pada masa kini ketika hampir semua aspek kehidupan mengalami disrupsi yang harus dipandang sebagai tantangan untuk dijawab.
Langkah-langkah konkrit apa yang akan dan sedang dilakukan oleh KAHMI pasti tak akan jauh-jauh dari basis dasar dan alasan-alasan kehadirannya sebagai ormas yang dibangun dari organisasi mahasiswa.
Sambil tentu terus makin mengukuhkan keislaman dan keindonesiaan yang menjadi kiprah efektifnya selama ini.*