Perang Rusia Ukraina Berdampak Pada Kenaikan Harga Pupuk NPK di Indonesia
"Jadi perang Rusia dan Ukraina ini berdampak pada harga pupuk khususnya NPK," kata Wijaya.
Penulis: Wahyudin Tamrin | Editor: Saldy Irawan
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Harga pupuk non subsidi mengalami kenaikan sejak awal tahun 2022.
Salah satu penyebabnya adalah perang antara Rusia dan Ukraina.
Hal tersebut diungkapkan SVP Komunikasi Korporat PT Pupuk Indonesia Wijaya Laksana dalam acara Media Gathering di Hotel Four Points by Sheraton Makassar, Selasa (24/5/2022).
"Jadi perang Rusia dan Ukraina ini berdampak pada harga pupuk khususnya NPK," kata Wijaya.
Wijaya menjelaskan bahwa bahan baku pembuatan pupuk NPK adalah N dari urea, P dari fosfat, dan K dari KCl.
Untuk urea, kata dia, bisa produksi di Indonesia.
Sementara fosfat dan kalium klorida atau KCL, lanjutnya, harus diimpor dari negara lain.
Wijaya menyebutkan bahwa negara yang memiliki suply terbesar KCL adalah Rusia.
"Sekitar 30 persen pasukan dunia untuk komoditi kalium ini berasal dari Rusia," katanya.
Sehingga, kata Wijaya, harga KCL naik tiga sampai empat kali lipat dari harga normal.
"Jadi harga normalnya itu sekitar 400 dollar per ton," katanya.
"Pada awal tahun ini sudah mencapai 1000 sampai 1200 dollar perton," tambahnya.
Sebelum perang antara Rusia dan Ukraina, lanjut Wijaya, pada September 2021, Rusia dan Cina juga telah melakukan embargo ekspor.
"Mereka menghentikan semua kegiatan ekspor pupuknya," katanya.
Padahal, kata Wijaya, Cina dan Rusia adalah eksportir pupuk terbesar di dunia.
Selain itu, lanjutnya, penyebab lain adalah krisis di Eropa yaitu krisis gas.
"Mungkin karena perekonomian juga mulai naik sementara di banyak perusahaan kapal kita kesulitan," ucapnya.
"Jadi kelangkaan kapal itu juga menjadi penyebab. Sehingga ongkos transport itu bisa mencapai 200 persen atau dua kali lipat dari harga normal," tambahnya.
Untuk kapasitas produksi pupuk Indonesia group, kata Wijaya, khusus pupuk NPK sekitar 3,1 juta ton.
Sedangkan untuk subsidi sebanyak 2,6 juta ton dari kapasitas tersebut.
"Kebutuhan kira-kira sepertiga dari 2,6 juta ton. Itu tadi kebutuhan bahan baku kaliumnya,"
Wijaya juga menyebutkan bahwa Pupuk Indonesia telah melakukan berbagai langkah mitigasi untuk mengamankan pasokan bahan baku pupuk NPK.
"Jadi kita sudah mendapat sumber lain selain dari Rusia," katanya.
"Antara lain dari Kanada, Jerman, dan juga beberapa negara di timur tengah," lanjutnya.
Untuk sampai akhir tahun ini, kata Wijaya, pupuk sudah mendapat jaminan pasokan untuk KCL tersebut.
Sebelumnya, PT Pupuk Indonesia (Persero) menggelar Media Gathering di Hotel Four Points by Sheraton, Jl Andi Djemma, Kelurahan Banta-bantaeng, Kecamatan Rappocini, Kota Makassar, Selasa (24/5/2022).
Dalam acara tersebut, hadir SVP PSO Wilayah Timur Pupuk Indonesia Muhammad Yusri, SVP Mitra Bisnis Petrokimia Gresik Wismo Budiono, Kepala Bidang TPHP Sulsel Muhlis Muri, VP Penjualan 6 Miftakhul Zainuddin, dan SVP Komunikasi Korporat PT Pupuk Indonesia Wijaya Laksana. (*)