Kementrian Pertanian
Terobosan Baru, Kementan Kenalkan Inovasi Bercocok Tanam dengan Teknik Biosaka, Apa Itu?
Kementerian Pertanian (Kementan) terus berupaya meningkatkan produksi pangan guna secara mandiri memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Dalam pertanian presisi, jenis teknologi akan memberikan dukungan dalam tahapan peningkatan dan kualitas produksi hasil pertanian.
"Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Blitar mendorong masyarakat untuk melakukan inovasi, kreatifitas, menciptakan teknologi budidaya pertanian yang ramah lingkungan sebagai solusi permasalahan,” jelasnya
Setyo Budiawan, Ketua Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan Swadaya (P4S) Integrated Farming Indonesia Kabupaten Blitar menuturkan, pihaknya sudah satu tahun mengaplikasikan biosaka untuk beberapa tanaman pangan, khususnya padi.
Untuk hasil panen, tanpa pupuk kimia ternyata hasilnya cukup sama dengan yang memakai pupuk kimia.
“Yang jelas kita sudah mengurangi penggunaan pupuk kimia. Secara pribadi sudah ada 3 hektar yang menggunakan biosaka. Saya pada awalnya tidak percaya bahwa ramuan rumput dan dedaunan bisa menumbuhkan tumbuhan padi hingga panen. Menurut saya itu sudah memenuhi kriteria yaitu aman, murah dan ramah lingkungan. Ini adalah solusi yang bisa dikembangkan untuk para petani dan bisa digunakan oleh yang lainnya,” bebernya.
Muhammad Ansar, sebagai Penggagas Biosaka menjabarkan Biosaka mulai melakukan pendampingan di wilayah kabupaten Blitar sejak pertengahan tahun 2019 sampai dengan sekarang yang dimulai dari beberapa petani diwilayah kecamatan wates.
Dalam perkembangan 2 tahun pendampingan melalui sistem getuk-tular dan dibantu petugas pertanian lapangan dan pihak terkait biosaka hari ini sudah mulai diuji coba pada skala luas dihampir setiap kecamatan wilayah Kabupaten Blitar.
“Kelebihan biosaka ini adalah efektifitas kinerja yang baik. Reaksi biosaka dapat dilihat dalam waktu 24 jam setelah aplikasi dan dapat digunakan pada seluruh fase tanaman, mulai dari benih sampai panen. Proses produksinya pun sangat cepat karena tidak menggunakan metode fermentasi yang biasanya memakan waktu paling cepat 1 mingggu,” jelasnya.
“Selain itu, cara penggunaannya mudah dan penggunaan dosis yang sangat sedikit, cukup 40 ml dicampur 15 liter air untuk satu kali penyemprotan untuk luasan 1.000m2, atau 400ml untuk 1 hektar tanaman padi. Penyemprotan dari mulai tanam sampai panen dilakukan sekitar 7 kali. Dan yang lebih penting, penggunaan biosaka dapat mengurangi penggunaan pupuk kimia sehingga jauh menghemat biaya produksi," pungkas Ansar. (*)