Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Warga Manggala Sulap Minyak Goreng Bekas Jadi Sabun Mandi, Hasilnya Diperlihatkan ke Ganjar Pranowo

Pengolahan minyak goreng bekas menjadi sabun mandi itu diinisiasi oleh salah satu pengurus Kagama Sulsel, Kurniati Zainuddin.

Penulis: Wahyudin Tamrin | Editor: Hasriyani Latif
TRIBUN-TIMUR.COM/WAHYUDIN TAMRIN
Pengurus Kagama Sulsel, Kurniati Zainuddin (kanan) dan Asniar Khumas (kiri) memperlihatkan sabun mandi hasil olahan minyak goreng bekas. 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Pengurus Keluarga Alumni Gadjah Mada (Kagama) Sulawesi Selatan membuat berbagai program bermanfaat kepada warga Kompleks Ukhuwah, Kelurahan Bangkala, Kecamatan Manggala, Makassar.

Ada dua program yang dibuat selama pandemi yakni berbagi cantelan setiap Jumat dan pengolahan minyak goreng bekas menjadi sabun mandi.

Program tersebut diperlihatkan dan dijelaskan kepada Ketua Umum Kagama, Ganjar Pranowo yang datang meninjau di kompleks itu, Sabtu (7/5/2022).

Pengolahan minyak goreng bekas atau minyak jelantah menjadi sabun mandi itu diinisiasi oleh salah satu pengurus Kagama Sulsel, Kurniati Zainuddin.

Kurniati yang juga Pegiat Komunitas Penyelamat Lingkungan dari Dapur itu mengajari warga setempat.

Ia mengatakan bahwa program itu muncul atas kegelisahannya melihat minyak goreng bekas yang dibuang begitu saja.

Bahkan bekas minyak goreng tersebut dibuang ke saluran air sehingga mencemari lingkungan.

"Saat melihat kondisi itu, saya kemudian mencari tahu inovasi untuk memanfaatkan limbah tersebut," katanya kepada Tribun-Timur.com.

Dosen Psikologi UNM itu kemudian kursus cara mengolah limbah minyak goreng yakni membuatnya menjadi sabun cuci.

Setelah kursus, Kurniati kemudian mengajari warga di kompleks tersebut memanfaatkan limbah minyak goreng masing-masing.

Bahan yang diperlukan untuk membuat sabun mandi cukup sederhana. Hanya air, soda api, arang, dan minyak goreng bekas atau minyak jelantah.

Adapun cara pengolahannya, kata Kurniati, minyak goreng bekas terlebih dahulu dibeningkan menggunakan arang selama tiga hari.

Kemudian hasilnya dicampur dengan air dan soda api.

"Setelah itu, didiamkan selama seminggu supaya membeku," katanya.

Saat ini, lanjut dia, warga setempat sudah mampu membuat sendiri dan program itu masih berlanjut hingga sekarang.

"Setidaknya setelah ada inovasi ini, masyarakat bisa menghemat karena tidak lagi membeli sabun mandi," ucap Kurniati.(*)

Baca berita terbaru dan menarik lainnya dari Tribun-Timur.com via Google News atau Google Berita

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved