Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Dampak Larangan Ekspor Minyak Goreng Indonesia, India Sampai Memohon hingga Prediksi Hal Ini Terjadi

Perusahaan minyak goreng India mohon ke Indonesia supaya segera mencabut larangan ekspor tersebut.

Editor: Ansar
Kompas.com
Warga mengangkat kelapa sawit ke truk untuk diabawa ke pabrik olahan jadi minyak goreng 

TRIBUN-TIMUR.COM - Larang ekspor minyak goreng dan minyak sawit mentah (CPO) yang dilakukan oleh Presiden Jokowi, membawa dampak besar bagi India.

India menjadi salah satu langganan tetap ekspor minyak goreng, kini dalam kesulitan.

Kini baru beberapa hari larangan ekspor tersebut berlaku, namun perushaan di India sudah memohon.

Perusahaan minyak goreng India mohon ke Indonesia supaya segera mencabut larangan ekspor tersebut.

India kewalahan untuk mencari bahan dari negara lain untuk minyak goreng.

Jokowi setop ekspor untuk menstabilkan kebutuhan bahan baku minyak goreng di dalam negeri.

Akibatnya, harga CPO makin tinggi karena Indonesia merupakan salah satu produsen CPO terbesar di dunia.

Dikutip dari Financial Ekspress, salah satu perusahaan sawit asal India Adani Wilmar melalui Chief Executive Officer dan Managing Director Angshu Mallick mengatakan, harga minyak sawit telah mencapai puncaknya dan akan mulai turun mulai bulan depan dan seterusnya.

Ilustrasi minyak goreng.
Ilustrasi minyak goreng. (Tribunnews.com)

Malick pun meminta Indonesia segera mencabut larangan ekspor CPO dan bahan baku minyak nabati agar harga CPO turun.

Menurut Mallick, Indonesia merupakan negara surplus minyak sawit terbesar dan saat ini kapasitas produksi sawit Indonesia sedang melimpah.

Namun, Indonesia tidak memiliki ruang penyimpanan yang cukup baik sehingga tidak mampu menahan stok terlalu lama.

“Mereka bisa menunggu 7-10 hari atau 15 hari. Tetapi mereka harus mengekspor karena mereka tidak memiliki cukup penyimpanan untuk menyimpan minyak,” kata Mallick.

Kata Mallick, Indonesia harus mencabut larangan ekspor sehingga harga CPO kembali turun karena tidak ada alasan lagi untuk harga CPO lebih tinggi.

“Pada akhir kuartal Juni nanti, harga minyak nabati mulai akan terkoreksi. Harga harus benar turun sekitar 10 %-15 %.

Karena sudah mencapai puncaknya, dan pada Juni, kami akan melihat pasar terkoreksi, ” ujar Mallick.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved