Iptu Baharuddin
Kisah Iptu Baharuddin, 30 Tahun Tugas di Jeneponto Hanya Sekali Nikmati Ketupat Lebaran Bareng Ibu
Sudah empat tahun perwira dua balok itu tidak merasakan nikmatnya suguhan Coto dan ketupat di kampung halamannya.
Penulis: Muslimin Emba | Editor: Hasriyani Latif
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Gema takbir perayaan Idul Fitri merupakan momentum yang didamba-dambakan setiap umat muslim.
Terkhusus bagi yang menjalani puasa di tanah rantau atau kampung orang.
Karenanya, mudik lebaran menjadi sesuatu yang spesial dan jadi rutinitas perantau setiap tahun.
Namun tiga tahun belakangan, rutinitas yang telah jadi tradisi itu terhalang oleh pandemi Covid-19.
Ganasnya Corona Virus yang muncul pada 2019 silam itu, memaksa pemerintah mengeluarkan kebijakan.
Larangan mudik bagi setiap warga yang hendak pulang kampung diberlakukan.
Barulah di momentum Ramadan 1443 Hijrah, pemerintah mengeluarkan kebijakan pelonggaran.
Kelonggaran itu buah dari penanganan pandemi yang berdampak pada melandainya penyebaran Covid-19.
Kebijakan itu pun disambut antusias warga di seluruh Indonesia.
Tidak terkecuali di Sulawesi Selatan.
Kapolda Sulsel Irjen Pol Nana Sudjana, menyebut sekitar 1 juta orang memasuki provinsi di selatan Pulau Sulawesi ini.
"Dari data yang diperoleh, ada sebanyak 1 juta lebih warga masyarakat yang masuk ke Sulawesi," ujarnya saat buka puasa bersama di salah satu restoran Jl Lamaddukelleng, Makassar, Kamis (28/4/2022) malam.
Mereka, lanjut Nana Sudjana, berasal dari sejumlah provinsi di Indonesia.
"Ada dari Jawa, mungkin paling banyak dari Kalimantan, Maluku sampai Papua," ungkap Nana Sudjana.
Banyaknya jumlah pemudik itu, kata Nana telah diprediksi sebelumnya setelah pemerintah mengeluarkan kebijakan adanya pelonggaran.
"Jadi saat pemerintah mengeluarkan kebijakan pelonggaran untuk mudik, kami sudah prediksi bahwa aktivitas masyarakat akan sangat meningkat," bebernya.
Untuk menjaga kondusivitas itu, kata dia, pihaknya pun telah memberlakukan Operasi Ketupat.
"Operasi Ketupat ini berlaku mulai 28 April sampai 9 Mei, jadi selama 12 hari," tuturnya.
Operasi itu melibatkan sebanyak 4.409 personel gabungan yang terdiri dari TNI Polri dan instansi terkait dikerahkan dalam Operasi Ketupat 2022.
Terdiri dari 2.200 lebih anggota Polri, kemudian 2.100 lebih instansi terkait seperti TNI, Pemda, Satpol PP, Dishub, tenaga kesehatan dan organisasi kemasyarakatan.
Dengan adanya Operasi itu, dapat dipastikan petugas yang terlibat pun tidak dapat merayakan mudik di kampung halaman.
Terlebih mereka yang tugas di luar daerah asalnya.
Salah satunya dirasakan Kanit Turjagwali Polres Jeneponto, Iptu Baharuddin.
Iptu Baharuddin mendapat tugas sebagai wakil kepala pos Operasi Ketupat yang berlangsung selama 12 hari.
Tugas yang membawahi 35 personel untuk bertanggung jawab mengatur lancarnya arus mudik dan arus balik.
Tidak jarang, ia bertugas sejak pagi (pukul 07.00) hingga larut malam hingga tembus pukul 02.00 dini hari.
"Waktu padat-padatnya kemarin orang ziarah sama puncak mudik, sempat tembus sampai jam 2 mengatur kendaraan," kata Iptu Baharuddin ditemui di pos Operasi Ketupat, Kampung Boyong, Kecamatan Tamalatea, Kabupaten Jeneponto, Selasa (3/5/2022) malam.
Sudah empat tahun perwira dua balok itu tidak merasakan nikmatnya suguhan Coto dan ketupat di kampung halamannya.
Pria asal Panaikang, Kecamatan Panakukang, Kota Makassar, itu juga tidak dapat mudik karena tugas dan pandemi Covid-19.
Rindunya dengan sang ibu Haja Hawa (70) di momen lebaran pun hanya dapat disalurkan lewat video call.
Layanan komunikasi yang tidak hanya saling sapa melalui suara tapi juga dengan gambar video.
Meski dapat menatap sang ibu lewat video call, tentu momen Idul Fitri belumlah cukup bagi Bahar sapaan karib Iptu Baharuddin.
Ya, mau bagaimana lagi, tugas sebagai abdi negara mengharuskan Baharuddin dari ribuan personel TNI-Polri lainnya menunda rindu bertemu langsung.
"Kalau sengingat saya sudah empat tahun ini, belum bisa pulang pas lebaran karena tugas operasi ketupat," ujar Iptu Baharuddin.
"Terlebih waktu parah-parahnya Pandemi Covid-19 tiga tahun terakhir," sambungnya.
Semenjak tugas di Polres Jeneponto 1992 silam, Iptu Baharuddin hanya sekali bersama menikmati opor daging dan ketupat buatan ibunya di Makassar.
Itu berarti dalam rentang waktu 30 tahun, Iptu Baharuddin hanya sekali menikmati ketupat lebaran buatan ibunya.
Yaitu saat Iptu Baharuddin yang saat itu berpangkat Inspektur polisi dua (Ipda) tugas sebagai wakpolsek Batang dan Binamu.
"Waktu tugas di Polsek, Alhamdulillah sempat dapat izin, malamnya turun ke Makassar setelah pengaman salat Idul Fitri," ucap Iptu Baharuddin.
"Jadi waktu itu malamnya masih bisa makan ketupat sama ibu dan keluarga di rumah," terangnya.
Iptu Baharuddin yang berlatar belakang lalu lintas, nyaris tiap tahunnya terlibat dalam operasi ketupat.
"Saya tugas di Jeneponto mulai 1992, dan kebanyakan di lalu lintas. Otomatis untuk setiap operasi ketupat, pasti dilibatkan," ucap Bahar.
Operasi ketupat yang berlangsung, hingga 9 Mei mendatang membuat Baharuddin harus menahan rindu berapa hari ke depan.
"Semoga setelah operasi selesai, kondisi kondusif dan dapat izin dari pimpinan untuk ke rumahnya ibu di Makassar," harapnya.(*)
Baca berita terbaru dan menarik lainnya dari Tribun-Timur.com via Google News atau Google Berita