Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Inspirasi Ramadhan 2022 Hamdan Juhannis

Indra Keberagamaan 10: Ketenangan vs Ketegangan

Para "founding fathers" dan tokoh-tokoh kaliber bangsa hanya dibentuk dengan situasi pendidikan yang penuh keterbatasan, bahkan dalam suasana revolusi

Editor: AS Kambie
dok.tribun
Prof Hamdan Juhannis, Rektor UIN Alauddin 

Indra Keberagamaan (10)
Oleh: Hamdan Juhannis
Rektor UIN Alauddin

TRIBUN-TIMUR.COM - Masih tentang masalah kenyamanan dunia pendidikan, seiring dengan beragamnya respon yang sangat inspiratif untuk dilewatkan.

Direktur Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Kemenag Dr Muhammad Zain, mengakui bahwa  Lembaga pendidikan sejatinya menjadi tempat yang nyaman untuk menyemaikan konten positif dan mencerahkan.

Menurut Dr Muhammad Zain, selama ini sudah banyak lembaga pendidikan yang bertaraf internasional tetapi biasanya juga diikuti dengan biaya pendidikan yang tinggi.

Ini menjadi paradoksal menurut Dr Muhammad Zain, karena sejatinya pendidikan itu ibarat udara yang setiap orang berhak menghirupnya secara gratis, sambil mengutip Prof Thaha Husain, cendekiawan terkemuka Mesir dan mantan menteri Pendidikan negeri Piramida itu.

Namun Dr Muhammad Zain selalu optimis bahwa Pemerintah dan masyarakat pasti berjuang untuk menghadirkan layanan pendidikan berkualitas dengan biaya yang terjangkau.

Tapi betulkah kenyamanan selalu terkait dengan fasilitas fisik?

Teman yang terrgabung dalam Ikatan Alumni Australia, Ardy Arsyad, mengutip Feynman bahwa anak-anak sekolah sejatinya  dibentuk untuk berfikir, meragukan, bertanya, dan belajar dari kesalahan,  tetapi yang lebih penting semua dilakukan dengan suasana riang gembira.

Karena kenyamanan itu masalah rasa, terkait dengan suasana hati bagi peserta belajar.

Suasana nyaman itu terbentuk dari ikatan, kita istilahkan dengan keterpautan jiwa.

Jadi dunia pendidikan memang harus dibentuk menjadi medan magnet, sisinya selalu memiliki daya tarik.

Para "founding fathers" dan tokoh-tokoh kaliber bangsa hanya dibentuk dengan situasi pendidikan yang penuh keterbatasan, bahkan dalam suasana revolusi tapi hatinya terpaut, jiwanya selalu hidup.

Lihatlah, hasil gemblengan dunia pendidikan mereka, menjadi pemikir sekaligus aktivis.

Tapi dunia sudah berubah.

Kenyamanan selalu dibentuk oleh persepsi.

Generasi sudah jauh meninggalkan revolusi fisik, yang mereka hadapi sekarang revolusi teknologi.

Kalau tidak beradaptasi dengan derasnya teknologi, susah mengharap ketenangan, yang hadir hanyalah ketegangan, kata seorang teman, Dr Sulaeman Samad.

Tapi kalau kembali lagi ke cerita film,  yang seru itu biasanya cerita yang menegangkan, Pak Dr. Sul!(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved