Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Inspirasi Ramadhan 2022 Hamdan Juhannis

Indra Keberagamaan 13: Kuatkan Jati Diri Kemanusian Agar Tidak Lelah Jiwa

KH D Zawawi Imron menunjuk puisi Iqbal bahwa tugas manusia memaksimalkan fungsi kekhalifaannya

Editor: AS Kambie
dok.tribun
Prof Hamdan Juhannis, Rektor UIN Alauddin 

Indra Keberagamaan (13)
Oleh: Hamdan Juhannis
Rektor UIN Alauddin Makassar 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Untuk pemahaman takdir jenis ketiga,  saya tidak ingin menguras pikiran.

Saya mengajak pembaca menyelami respon  dari seorang penyair yang sangat ternama, KH D Zawawi Imron

"Saya tak mampu ngomentari Prof Hamdan. Saya tiba-tiba ingat Puisi Muhammad Iqbal, Manusia Khalifah yang berbunyi:

Tuhan,

Engkau yg bikin malam gelap gulita

Tapi aku yang ditugaskan membuat lampu yang terang benderang.

Engkau yang membuat hutan belukar

Aku yg bertugas mengubahnya menjadi lahan pertanian yg subur

Engkau yg membuat racun

Aku yg bertugas membuat obat penawar, dst.

Di sini Iqbal tidak bicara Taqdir yang urusan Tuhan.

Manusia cukup melakukan tugas, ikhtiar, dengan semangat dan vitalitas.

Semangat dan vitalitas itu bisa dicerahkan dengan semangat Bugis,

Purik babbara sompekku (Layar sudah terkembang)

Purik tangkisi' gullikku (Kemudi sudah terpasang)

Ulebbirenggi telleng natowalie (Lebih baik tenggelam dari pada surut langkah).

Semangat, vitalitas seperti itu kalau didorong oleh Doa, ada optimisme dalam berikhtiar dan kalau gagal siap untuk tidak kecewa dan berusaha lagi.

Wallahu A'lamu bishshawab."

Demikian respon KH D Zawawi Imron.

Jadi penggambaran yang dilakukan oleh beliau adalah tipe yang menggabungkan antara ikhtiar dan penyerahan diri.

Tipe ini tidak tertarik mengutak-atik seperti apa takdir itu harus dipahami. 

KH D Zawawi Imron menunjuk puisi  Iqbal bahwa tugas manusia memaksimalkan fungsi kekhalifaannya, memastikan tanggung jawabnya untuk mengelola ragam ciptaan Tuhan dengan perangkat kreasi yang dimilikinya.

Perangkat kekuatan manusia inilah yang menjelajah dengan cara berikhtiar semaksimal mungkin.

Ikhtiar ini diperkuat oleh perangkat lain,  "tawakkal" yang  dijabarkan oleh KH D Zawawi Imron sebagai doa.

Tujuannya apa? Terwujudnya prinsip kemaslahatan, khususnya kemaslahatan jiwa, yaitu penyandaran.

Jiwa manusia harus diselamatkan karena roh kehidupan ada pada jiwa, yang disebut KH D Zawawi Imron, " tidak mudah kecewa ", atau istilah anak muda sekarang, lelah jiwa.

Doa inilah yang mengalirkan optimisme sekaligus sebagai pengendali.

Keyakinan tentang takdir Tuhan seperti ini yang bisa dianggap paling tepat bagi penguatan jati diri kemanusian, tidak terlalu progresif tapi tidak juga regresif, tidak membawa uphoria tapi tidak juga dysphoria.

Inilah prinsip keberagamaan yang patut menjadi arus utama, prinsip jalan tengah (washatiyah) atau lebih lumrahnya disebut: keberagamaan yang moderat.

Berada di tengah-tengah itu selalu baik, asal jangan di tengah-tengah antara dua orang, di mana hati Anda terpaut pada keduanya.

Jangan bilang itu juga takdir, karena di luar dari pembahasan saya!(*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved