Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Sri Lanka

Sri Lanka Umumkan Gagal Bayar Utang Rp732 Triliun, Inilah Daftar Negara Pemberi Utang

Kementerian Keuangan Sri Lanka menyebut jika saat ini negaranya tak hanya gagal membayar utang pada para kreditur internasional atau pemerintah asing

Editor: Ilham Arsyam
AFP/ISHARA S. KODIKARA
Para pengunjuk rasa membakar bus selama demonstrasi di luar rumah presiden Sri Lanka untuk menyerukan pengunduran dirinya di Kolombo pada 31 Maret 2022. - Pasukan keamanan dikerahkan di seluruh ibu kota Sri Lanka pada 1 April setelah pengunjuk rasa mencoba menyerbu rumah presiden di kemarahan pada krisis ekonomi terburuk bangsa sejak kemerdekaan. (Photo by Ishara S. KODIKARA / AFP) 

TRIBUN-TIMUR.COM - Pemerintah Sri Lanka pada Selasa (11/4/2022) mengumumkan default atau gagal bayar atas utang luar negerinya, senilai 51 miliar dolar AS atau setara dengan Rp 732 triliun (dengan satuan USD Rp 14.365).

Dilansir dari laman Independent.co.uk, default tersebut terjadi imbas dari adanya pandemi serta perang Rusia- Ukraina, yang membuat sebagian besar harga bahan pangan dan kebutuhan impor menjadi naik.

Dampak inilah yang kemudian membuat krisis ekonomi Sri Lanka makin memburuk hingga menyebabkan terjadinya inflasi.

Kementerian Keuangan Sri Lanka menyebut jika saat ini negaranya tak hanya gagal membayar utang pada para kreditur internasional atau pemerintah asing, namun pihaknya juga kesulitan untuk membayarkan dana moneter internasional dari IMF.

Ada 4 lembaga keuangan atau negara asing memberi utang terbesar ke Sri Lanka yakni yakni IMF, Asian Development Bank (ADB), Jepang dan China.

"Peristiwa baru-baru ini telah mengikis posisi fiskal Sri Lanka hingga membayar kewajiban utang publik eksternal menjadi tidak mungkin. Pemerintah mengambil tindakan darurat mencegah memburuknya posisi keuangan " tambah Kementerian Keuangan Sri Lanka.

Kesulitan Sri Lanka dalam membayar utang negara telah mendorong pemerintah pusat untuk mengeluarkan kebijakan baru dimana nantinya kreditur bebas untuk memanfaatkan pembayaran bunga apa pun yang harus dibayar atau mereka juga bisa memilih pengembalian dalam mata uang rupee Sri Lanka.

Tak hanya itu bahkan demi menghemat pengeluaran negara serta cadangan mata uang asingnya, pemerintah Sri Lanka kini tengah memberlakukan larangan impor yang luas.

Akibat krisis yang berkepanjangan ini, peringkat Sri Lanka dipasar global pun juga ikut menurun jika dibanding dengan tahun lalu.

Bahkan inflasi ini telah membuat cadangan devisa Sri Lanka melemah, terpantau sejak awal krisis hingga kini nilai devisa merosot 16,1 persen dari bulan sebelumnya, hingga membuat nilainya ikut turun menjadi 1,93 miliar.

Hal ini membuat pemerintah harus melakukan pengetatan pada warga negaranya dengan membatasi penggunaan listrik serta pembatasan bantun sembako hingga bahan bakar minyak.

Langkah ini sengaja di lakukan agar negara dapat lebih mengehat pengeluaran pada barang pokok tersebut.

Lebih lanjut saat ini menteri keuangan Sri Lanka menyebut jika negaranya tengah membutuhkan 7 miliar dolar AS untuk membayar beban utangnya yang jatuh tempo tahun ini, sementara itu cadangan dana negara yang tersisa tinggalah 1,9 miliar dolar AS pada akhir Maret 2022.

(*)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Sri Lanka Umumkan Default Usai Gagal Bayar Utang Senilai Rp 732 Triliun, .

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved