Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Mutiara Ramadhan 2022

11 Ramadhan 1443 H Haul Ke-1446 Wafatnya Sayyidah Khadijah, Wafatnya Menjadi Tahun Kesedihan Nabi

Seluruh harta kekayaan Sayyidah Khadijah digunakan untuk kepentingan Islam.

Editor: AS Kambie
DOK PRIBADI
Supratman Supa Athana, Dosen Kajian Timur Tengah FIB Unhas 

Haul Sayyidah Khadijah di Bulan Ramadan
Oleh: Supratman Supa Athana
Dosen FIB Unhas

TRIBUN-TIMUR.COM - Tanggal 11 Ramadhan 1443 H, adalah haul wafatnya Sayyidah Khadijah istri nabi.

Sayyidah Khadijah istri  Nabi Muhammad SAW wafat pada 11 Ramadhan Tahun ke-10 Kenabian, atau tiga tahun sebelum Rasulullah SAW hijrah ke Madinah.

Seperti difahami tahun hijrahnya Nabi Muhammad SAW ke Madinah ditetapkan sebagai tahun pertama Hijriah.

Dengan demikian, Ramadhan 1443 H ini adalah Haul Ke-1446 Sayyidah Khadijah istri nabi.

Sayyidah Khadijah istri nabi wafat pada usia 65 tahun.

Sosok Sayyidah Khadijah dikenal sebagai donator utama dan pertama pengembangan dan penyebaran Islam.

Sayyidah Khadijah istri nabi dikenal oleh umat Islam sebagai 'Ummul Mukminin, Ibu Kaum Mukminin’.

Wanita pertama yang menyatakan bahwa Sang Pencipta adalah Satu, dan bahwa Muhammad  adalah Utusan-Nya. Kemuliaan dan kehormatan menjadi wanita pertama yang beriman di seluruh dunia,adalah miliknya untuk selama-lamanya.

Sayyidah Khadijah lahir di Mekah pada tahun 555 M. Dia terkenal sebagai wanita kaya yang hebat, saleh dan terhormat di Jazirah Arab.  Pada masa rezim pagan Arab sebelum Islam, dikenal sebagai "Tahireh (Wanita Suci)”.

Dia terlibat bisnis kemitraan yang perusahaan atas namanya. Oleh karena itu, dia mencari pria yang dapat dipercaya dan jujur yang dapat diandalkan sepenuhnya dengan modal bisnisnya.

Sayyidah Khadijah tertarik pada Muhammad yang berusia 25 tahun.

Ketika itu, Muhammad sangat populer karena integritas dan kejujurannya. 

Selain kualitasnya yang luar biasa sebagai orang yang sangat cerdas.

Oleh karena itu dia mengajukan permohonan kepadanya melalui pamannya Abu Thalib.

Dalam permohonan itu dia menawarkan pengelolaan bisnis.

Sayyidah Khadijah mengetahui dan sangat menyadari kabar gembira tentang kedatangan nabi penutup melalui orang-orang terpelajar dan pemimpin spiritual diantaranya pamannya sendiri, Waraqah bin Naufal, yang dianggap sebagai ilmuwan Arab terkemuka di masa itu.

Kemudian perhatian berubah menjadi antusiasme setelah mengetahui bahwa Nabi yang ditunggu akan muncul untuk misi kenabiannya dari Kota Mekah dan akan menikahi seorang wanita Quraisy yang mulia dan kaya.

Keinginannya untuk belajar lebih banyak tentang dia meningkat ketika Waraqah bin Naufal memberinya kabar baik bahwa dia adalah wanita terpilih untuk mendapat kehormatan menikah dengan Nabi Suci.

Sayyidah Khadijah semakin bersemangat atas respon positif Muhammad, atas tawarannya untuk menerima tanggung jawab memimpin kafilah bisnis.

Maysharah adalah asisten Sayyidah Khadijah ditugaskan untuk mengamati perilaku Muhammad (Saw) selama perjalanan dan melaporkan pengamatan padanya.

Ketika kafilah kembali dari Damaskus ke Mekah, Sayyidah Khadijah naik di kamar paling atas berada dalam posisi untuk mengawasi barang dan pengawasan mereka.

Kemudian sebuah peristiwa yang menakjubkan menarik perhatiannya dan memenuhi dirinya dengan rasa iman yang mendalam.

Dari jauh, Sayyidah Khadijah melihat bahwa awan menaungi Muhammad (Saw) dan mengikuti langkahnya dan bergerak sesuai dengan gerakannya.

Ketertarikannya menjadi begitu kuat sehingga dia melamarnya.

Kabar lamaran ini sampai ke Abu Thalib dan para paman lainnya.

 Abu Thalib dengan tangkas melaksanakan akad nikah, sedangkan mahar Sayyidah Khadijah dari kekayaannya sendiri.

Segera setelah upacara formal dan pernikahan dilakukan, banyak orang melakukan kritik dengan keras karena menikahi Muhammad yang sudah tak punya ayah dan ibu kandung dan hartanya terbatas dari suku Bani Hasyim.

Sayyidah Khadijah menikah dengan Muhammad ketika dia berusia 40 tahun dan Muhammad berusia 25 tahun pada 595 M.

Mereka memiliki enam anak: dua putra dan empat putri.

Khadijah tinggal bersama nabi selama 25 tahun dan merupakan satu-satunya istri beliau selama waktu itu.

Ketika wahyu datang dari Allah dan Muhammad dijadikan nabi terakhir pada tahun 610 M, Khadijah-lah yang menerima iman dan menjadi Muslim pertama.

Penerimaannya terhadap Islam sangat membantu penyebaran agama di kalangan penduduk Mekah.

Dia berdiri di samping nabi sepanjang waktu. Di saat-saat kesulitan, nabi selalu datang kepadanya.

Sayyidah Khadijah menghibur, mendukung dan mendorong terus suami dalam tugas kenabian dan kerasulannya.

Seluruh harta kekayaan Sayyidah Khadijah digunakan untuk kepentingan Islam.

Orang Quraisy melakukan semua yang mereka bisa untuk menghentikan penyebaran Islam oleh Muhammad (SAW).

Hazrat Khadijah adalah sumber dorongan dan penghiburannya.

Dia juga harus menanggung tekanan dan penderitaan yang luar biasa selama boikot di Sha'bi (lembah) Abu Thalib selama tiga tahun.

Wafatnya Sayyidah Khadijah merupakan kehilangan besar bagi nabi.

Nabi sangat mencintai Sayyidah Khadijah sehingga setelah kematiannya, dia sering mengingatnya.

Tiga hari sebelumnya Abu Thalib, paman Nabi, juga meninggal. Kematian kedua manusia mulia itu merupakan kesedihan besar yang harus ditanggung Rasulullah.

Beliau diliputi kesedihan dan menyebut tahun kematian mereka sebagai "Tahun Kesedihan" (Aam-ul-Huzn).(*)

 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved