Putin Susun Strategi Saat Kekuatan Militer Rusia Berkurang Lawan Ukraina, Pensiunan Jadi Sasaran
Ia pun mulai merekrut tentara tua yang sudah pensiun karena banyaknya tentara Rusia yang tewas di Ukraina.
TRIBUN-TIMUR.COM - Perang antara Rusia dan Ukraina hingga kini masih berlangsung.
Sudah 40 hari lebih dua negara tersebut berkonflik dan sudah menelan banyak korban jiwa.
Selain tentara Ukraina, militer Rusia ternyata banyak yang tewas.
Hal itu membuat Presiden Rusia, Vladimir Putin mulai cari cara untuk ganti militer yang meninggal.
Putin kini disebut kian tertekan melihat kondisi negara dan militernya.
Ia pun mulai merekrut tentara tua yang sudah pensiun karena banyaknya tentara Rusia yang tewas di Ukraina.
Laporan Intelijen Inggris yang dikutip dari media The Sun mengungkapkan para tentara itu akan digunakan untuk menggantikan tentara yang tewas dalam penyerangan ke Ukraina.
Strategi yang tidak terkonfirmasikan ke Rusia tersebut dilakukan untuk meningkatkan kekuatan bertempur tentara Rusia yang hilang.
Langkah tersebut digarisbawahi oleh Kementerian Pertahanan Inggris pada laporan pembaruan intelijen yang dikutip oleh media The Sun, Minggu (10/4/2022).
“Menanggapi kerugian yang meningkat, angkatan bersenjata Rusia berusaha untuk meningkatkan jumlah pasukan dengan personel yang diberhentikan dari dinas militer sejak 2012,” bunyi laporan intelijen itu dikutipn dari The Sun.
“Upaya untuk menghasilkan lebih banyak kekuatan tempur juga termasuk mencoba merekrut dari wilayah Transnistria Moldova yang tak dikenal,” tambah laporan itu.
Rekrutan baru diyakini bisa berusia lebih dari 60 tahun berdasarkan Undang-Undang Federal yang membatasi usia personel militer Rusia.
Berdasarkan ketentuan, letnan dalam pangkat militer dan prajurit harus berusia di bawah 50 tahun.
Kolonel dan kapten berpangkat 1 di bawah 55 tahun, serta wakil laksamana dan jenderal utama harus berusia di bawah 60 tahun.
Tentara yang pensiun pada 2012 karena usia mereka, berarti pada rekrutemen saat ini usia mereka beberapa tahun di atas 60 tahun.