Inspirasi Ramadhan 2022 Hamdan Juhannis
Indra Keberagamaan 5: Sakit Gigi Berangsur Hilang Saat Dialog dengan Prof Thib Raya
Saya mencoba menelaah bagaimana itu terjadi secara ilmiah, karena secara imaniah sudah pasti melalui kekuasaan Tuhan dengan ikhtiar khusus
Indra Keberagamaan (5)
Oleh: Hamdan Juhannis
Rektor UIN Alauddin Makassar
TRIBUN-TIMUR.COM - Saya ingin mengurai sosok yang menurutku sangat fenomenal, guru saya dan guru bagi banyak orang, Prof Dr Ahmad Thib Raya MA.
Siapa yang tidak mengenal Prof Thib Raya khususnya yang berlatar belakang pendidikan tinggi keagamaan dengan jumlah murid yang sudah menyebar di berbagai daerah di Indonesia.
Tapi merangkai sisi hidup Prof Thib Raya dari sisi ini menjadi sangat menarik, mengandung keseruan dan keharuan sekaligus.
Ceritanya bermula dari acara yang pernah saya ikuti di sebuah hotel di Jakarta.
Saya dichat oleh Prof Dr Mardan MAg (Wakil Rektor Bidang Akademik UIN Alauddin) yang juga mengikuti acara itu, bahwa sekarang ada dua guru kita, sedang sarapan pagi di Restoran Hotel; Prof Dr KH Nasaruddin Umar dan Prof Dr KH Ahmad Thib Raya.
Saya bergegas turun namun Anregurutta Prof Dr KH Nasaruddin Umar sudah pergi.
Saya hanya mendapati Anregurutta Prof Thib Raya dan duduklah kami bersama dengan beberapa kolega sambil bercengkrama.
Tiba-tiba Prof Mardan membawa koleganya, Prof Fauzi (Wakil Rektor Bidang Akademik IAIN Purwokerto), yang menderita sakit gigi.
Semua yang duduk di meja makan tertawa karena semua tahu bahwa Pak Prof Thib Raya bisa menyembuhkan orang sakit gigi hanya dengan berdialog beberapa saat.
Sambil menyimak pengalaman beliau dalam kaitan dengan interaksi dengan orang yang sakit gigi mulai dari orang biasa sampai para pesohor kaum rasional, dengan segala keseruan dan kelucuan, beliau sesekali menanyakan kepada Prof Fauzi, apakah sakit giginya sudah membaik. Prof Fauzi menjawab bahwa masih ada.
Pak Prof Thib Raya lanjut bercerita menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang proses mendapatkan kemampuan menyembuhkan orang yang sakit gigi tanpa menyentuh atau memberikan apa-apa kepada si penderita.
Tiba-tiba Prof Fauzi mengatakan kalau sakit giginya sudah mulai membaik.
Dan terakhir dia mengaku kalau sudah hilang sama sekali.
Banyak diskusi yang berkembang di meja makan; bagaimana proses mendapatkan kemampuan khas itu, termasuk pertanyaan tentang metamorfosa cara pengobatan yang dilakukan.
Cerita Pak Prof Thib Raya sangat detail.
Saya mencoba menelaah bagaimana itu terjadi secara ilmiah, karena secara imaniah sudah pasti melalui kekuasaan Tuhan dengan ikhtiar khusus yang dilakukan oleh Pak Prof Thib Raya.
Saya mencoba mencari benang merahnya seperti ini.
Pak Prof Thib Raya berhasil mengalirkan sugesti kepada penderita sakit gigi bahwa dengan doa dan ikhtiar beliau, mereka akan sembuh.
Sugesti yang dialirkan itulah yang mengurangi atau bahkan menghilangkan rasa sakit si penderita.
Analoginya seperti ini, kita mungkin yang pernah sakit, lalu pergi ke dokter langganan kita, dan saat berbincang dan diberikan obat, belum sampai obat itu dikonsumsi, sudah ada perasaan sehat, karena jiwa kita sudah tersembuhkan oleh pengaruh positif dari pertemuan kita dengan dokter, muncul rasa sehat saat sudah konsultasi dengan dokter.
Artinya, Pak Prof Thib Raya menyelesaikan sisi kejiwaan si penderita sakit gigi yang mungkin memang menjadi pemicu untuk secara sadar merasakan sakit gigi.
Lalu Pak Prof Thib Raya dengan mengajak berbincang memainkan kejiwaan si penderita bawa sakit itu adalah persoalan rasa, dan ketika mengabaikan secara bawah sadar, rasa sakit itu akan hilang.
Entahlah, saya hanya mencoba merasionalisasi kemampuan khas yang dimiliki sosok Prof Thib Raya.
Kalau Anda belum yakin dengan penjelasan saya, apakah harus menunggu sampai sakit gigi, dan menemui beliau?(*)