Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Perang Rusia Ukraina

Rusia Arahkan Serangan ke Kota Lviv, Tempat Ribuan Pengungsi Berlindung

Meskipun lebih dari empat minggu pertempuran, Rusia sejauh ini gagal merebut kota besar Ukraina.

Editor: Muh. Irham
@indo_military45
Tank Ukraina dan Rusia saling tembak 

TRIBUN-TIMUR.COM - Setelah sebulan melakukan serangan bertubi-tubi ke kota-kota besar Ukraina, pasukan Rusia kini mengarhakan serangan ke Kota Lviv, Ukraina bagian barat.

Sebanyak dua roket ditembakkan oleh militer Rusia ke Kota Lviv dan menghantam sebuah depot bahan bakar di pinggiran timur kota, Sabtu (26/3/2022) sore. Akibat serangan itu, lima orang dikabarkan terluka.

Dikutip dari Al Jazeera, Gubernur Maksym Kozytsky mengatakan dua roket menghantam depot bahan bakar di pinggiran timur kota pada Sabtu sore, melukai lima orang.

Sementara dua roket lagi menghantam sebuah pabrik militer.

Kozytsky menambahkan bahwa dia telah mengunjungi lokasi serangan pertama dan situasinya terkendali.

Meski begitu, warga diminta untuk tetap berlindung.

Walikota Andriy Sadoviy mengatakan serangan udara lain telah menyebabkan kerusakan signifikan pada fasilitas infrastruktur.

“Bangunan tempat tinggal tidak rusak,” tulisnya di Twitter tanpa membagikan detail lokasi.

Lviv, sekitar 60 km dari perbatasan Polandia, sejauh ini lolos dari pemboman dan pertempuran yang menghancurkan beberapa kota Ukraina yang lebih dekat ke Rusia.

Kota ini memiliki populasi sebelum perang sekitar 717.000 tetapi telah menjadi tempat perlindungan bagi ribuan keluarga yang melarikan diri dari pertempuran terburuk di Ukraina timur, selatan dan tengah dan pusat transit bagi orang-orang yang melarikan diri dari negara itu.

Meskipun lebih dari empat minggu pertempuran, Rusia sejauh ini gagal merebut kota besar Ukraina.

Konflik tersebut telah menewaskan ribuan orang, mengirim hampir 3,8 juta orang ke luar negeri dan mengusir lebih dari setengah anak-anak Ukraina dari rumah mereka, menurut PBB.

Moskow pada hari Jumat (25/3/2022) mengisyaratkan bahwa mereka mengurangi ambisi militernya untuk fokus pada wilayah yang diklaim oleh separatis yang didukung Rusia di timur, sebelum menyerang pinggiran Lviv pada hari Sabtu.

Serangan di Lviv terjadi saat Presiden AS Joe Biden mengunjungi Polandia.

Saat pertemuan tatap muka pertamanya dengan pejabat tinggi Ukraina, Biden menggambarkan Presiden Rusia, Vladimir Putin sebagai "pembantai".

Pertemuan itu, yang diadakan di ibu kota Polandia, Warsawa, adalah perhentian terakhir Biden dalam perjalanannya ke Eropa yang bertujuan untuk menggarisbawahi penentangannya terhadap invasi Rusia, solidaritasnya dengan Ukraina, dan tekadnya untuk bekerja sama dengan sekutu Barat untuk menghadapi krisis.

NATO sejauh ini mengesampingkan zona larangan terbang di atas Ukraina yang diminta oleh Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, karena khawatir hal itu akan mengarah pada bentrokan langsung dengan pasukan Rusia dan eskalasi di seluruh Eropa.

Sanksi Inggris Dapat Dicabut dengan Syarat

Inggris mengatakan bahwa sanksi terhadap individu dan perusahaan Rusia dapat dicabut jika Moskow menarik diri dari Ukraina dan berkomitmen untuk mengakhiri agresi.

Pernyataan itu disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Inggris, Liz Truss.

Dalam sebuah wawancara dengan Sunday Telegraph, Truss mengangkat kemungkinan mencabut sanksi yang dijatuhkan jika Moskow menghentikan perang, dikutip dari Evening Standard.

Seperti diketahui, Inggris dan sekutu baratnya telah mengeluarkan sanksi yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap rezim Putin dan sejumlah individu, yang telah menyebabkan nilai rubel anjlok.

"Apa yang kami ketahui adalah bahwa Rusia menandatangani beberapa perjanjian yang tidak mereka patuhi. Jadi perlu ada tindakan keras. Tentu saja, sanksi adalah tuas yang keras," katanya.

“Sanksi itu seharusnya hanya datang dengan gencatan senjata dan penarikan penuh, tetapi juga komitmen bahwa tidak akan ada agresi lebih lanjut."

“Dan juga, ada peluang untuk mendapatkan sanksi snapback jika ada agresi lebih lanjut di masa depan. Itu adalah tuas nyata yang menurut saya bisa digunakan.”

Tuss menyebut bahwa "unit negosiasi" telah dibentuk di Kementerian Luar Negeri untuk membantu kemungkinan pembicaraan damai.

Pemerintah mengatakan sejauh ini telah memberlakukan sanksi pada bank dengan total aset £500 miliar dan individu dengan nilai gabungan lebih dari £150 miliar.

Rusia telah mengindikasikan setelah satu bulan perang bahwa mereka dapat mengurangi ambisinya untuk berjuang untuk menguasai wilayah Donbas di timur Ukraina.

Namun Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, telah memperingatkan dia tidak akan menyerahkan wilayahnya dalam pembicaraan damai ketika dia mencatat bahwa pasukannya telah memberikan "pukulan kuat" kepada pasukan Rusia.

Pernyataan Truss menggemakan rekannya dari AS, Antony Blinken, yang mengatakan larangan perjalanan dan pembekuan aset "tidak dirancang untuk permanen".

Menteri Luar Negeri mengatakan sanksi itu bisa "dihilangkan" jika terjadi penarikan pasukan Rusia.(*)

 

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved