Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Perang Rusia Ukraina

Bukannya Memusuhi, Warga Gaza Palestina Malah Sambut Baik Pengungsi dari Ukraina

Kini, saat Ukraina dibombardir Rusia, pengungsi Ukraina justru mendapat perlakuan baik dari warga Palestina

Editor: Ilham Arsyam
AFP/DANIEL MIHAILESCU
Pengungsi dari Ukraina tiba dengan feri di titik perbatasan Rumania-Ukraina Isaccea-Orlovka di Isaccea, Rumania, Selasa (8/3/2022). Kini pengungsi dari Ukraina tersebar ke sejumlah negara termasuk Palestina 

TRIBUN-TIMUR.COM - Seperti diketahui, saat Palestina berkonflik Israel, pemerintah Ukraina justru berada di kubu negara Zionis.

Status Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky yang membela Israel dari serangan roket Hamas pada medio Mei 2021 sempat viral di media sosial.

Kini, saat Ukraina dibombardir Rusia, pengungsi Ukraina justru mendapat perlakuan baik dari warga Palestina.

Victoria Roger, seorang perempuan Ukraina, mengungsi dari negaranya ke Palestina usai Rusia melancarkan invasi sejak 24 Februari lalu.

Kini, Victoria tinggal di Jalur Gaza bersama suaminya, Ibrahim Saidam.

Mereka berdua pergi dari Vinnytsia, di barat daya Ukraina, sekitar empat jam perjalanan dari ibu kota Kyiv.

Ibrahim merupakan warga Palestina.

Keduanya bertemu di universitas lalu menikah sekitar dua setengah tahun lalu.

“Kami meninggalkan teman-teman dan keluarga kami dan kami tidak tahu mengenai kabar mereka,” kata Victoria kepada Anadolu Agency, Senin (21/3/2022).

Ketika memutuskan pergi ke kampung halaman suaminya, Victoria sempat merasa khawatir karena Jalur Gaza juga bisa menjadi tempat yang berbahaya. Pasalnya, daerah yang telah berada di bawah blokade Israel dan Mesir sejak 2007 itu, masih rentan diserang Israel.

Akan tetapi, Victoria yang merupakan mahasiswi tahun keempat jurusan farmasi, mengakui bahwa saat ini Jalur Gaza lebih aman dibanding Ukraina.

Sambutan hangat warga Palestina

Victoria kini tinggal di rumah keluarga suaminya. Pada awalnya, ia merasa “sulit” meninggalkan negara asal, tetapi kini merasa “sedikit lega” di tengah keluarga suami.

“Suami saya adalah seorang Palestina dari Jalur Gaza. Karena bombardir Rusia, kami tidak punya pilihan selain pergi ke tempat asal suami, yang mana adalah Gaza,” kata Victoria.

Victoria pun mengaku disambut hangat oleh tetangga-tetangga barunya. Ia berharap rakyat di Jalur Gaza dan Ukraina bisa hidup dengan damai dan bahagia.

Suami Victoria, Ibrahim, menyebut situasi di Vinnytsia “menakutkan” dan “sangat hancur”, serupa pengalamannya saat Israel melancarkan serangan-serangan ke Jalur Gaza.

Ibrahim sendiri mengaku akan kembali ke Ukraina bersama istrinya jika perang telah usai. Ia berniat menyelesaikan studi kedokteran yang ditempuhnya.

Ibrahim dan Victoria adalah dua dari sekitar 3,38 juta pengungsi yang telah keluar dari Ukraina sejak invasi Rusia meletus.

Menurut estimasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), sekitar 6,5 juta orang diperkirakan masih terjebak di Ukraina.

Selain itu, PBB memperkirakan setidaknya 902 warga sipil meninggal dan sekitar 1.459 terluka.

Namun, PBB mengakui bahwa jumlah sebenarnya kemungkinan jauh lebih tinggi karena kondisi di lapangan membuat verifikasi data sulit dilakukan.

Pemerintah Israel Takut dengan Rusia?

Pemerintah Israel mengambil sikap hati-hati dalam menyikapi invasi Rusia ke Ukraina.

Perdana Menteri Israel Naftali Bennett menyebut Tel Aviv akan menjaga keterlibatannya “dalam cara yang sensitif, murah hati, dan bertanggung jawab sembari menyeimbangkan berbagai dan bermacam pertimbangan rumit.”

Hal tersebut disampaikan Bennett usai Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky meminta Tel Aviv menyanksi Rusia dan mengirim senjata untuk Ukraina.

Sebelumnya, Zelensky menyampaikan pidato emosional kepada parlemen dan publik Israel. Ia mengibaratkan serangan Rusia seperti genosida Nazi Jerman terhadap bangsa Yahudi pada Perang Dunia Kedua.

Zelensky meminta Israel mengirim senjata ke Ukraina dan ikut menyanksi Rusia.

Israel sendiri selama ini memiliki hubungan baik dengan Rusia maupun Ukraina, belakangan hendak berlaku sebagai penengah konflik.

Tel Aviv secara resmi mengecam invasi Rusia ke Ukraina, tetapi enggan mengambil langkah lebih jauh yang bisa membuat Moskow marah.

Salah satu kekhawatiran Israel adalah koordinasi militer keduanya di Suriah. Untuk mencegah “kesalahpahaman”, Tel Aviv berkoordinasi dengan Moskow jika hendak melancarkan operasi militer di Suriah.

Sejak perang sipil Suriah meletus, Israel telah ratusan kali mengirim serangan udara ke wilayah yang dikontrol pemerintahan Bashar Al-Assad. (*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved