Perang Rusia Ukraina
Rusia: Ukraina Membunuh Lebih Banyak Orang di Mariupol Daripada Kami
Hal ini diumumkan oleh kepala Pusat Kontrol Pertahanan Nasional Federasi Rusia, Kolonel Jenderal Mikhail Mizintsev
Rusia memberikan waktu bagi para pejuang Mariupol sampai jam 5 dini hari waktu setempat untuk merespon penawaran tersebut.
Wakil Perdana Menteri Ukraina Iryna Vereshchuk dengan cepat menolak ancaman dan kemungkinan menyerah.
"Tidak akan ada pembicaraan menyerah, dan menyerahkan senjata kami. Kami sudah menginformasikan pihak Rusia mengenai ini," ujarnya kepada media Ukraina Pravda.
"Aku menulis: Alih-alih membuang waktu dalam 8 halaman surat, buka saja koridornya."
Tawaran sebelumnya memperbolehkan warga mengevakuasi Mariupol dan kota-kota Ukraina lainnya telah gagal atau hanya berhasil sebagian saja, dengan pengeboman Rusia berlanjut saat warga sipil mencari cara melarikan diri.
Jenderal Mizintsev sendiri mengatakan: "Semua yang menyerahkan senjata mereka dijamin aman keluar dari Mariupol."
Hal ini juga berlaku untuk anggota pasukan keamanan Ukraina.
Pernyataan tidak mengatakan aksi apa yang diambil Rusia jika "tawaran kemanusiaan" ditolak.
Ultimatum Rusia datang di tengah laporan bahwa kota pelabuhan itu menderita pengepungan paling brutal di sejarah modern.
Otoritas Mariupol mengatakan hampir 10% populasi kota dari 430.000 warga telah melarikan diri minggu lalu, memperbesar risiko hidup mereka dalam mencari cara melarikan diri.
Otoritas Ukraina mengatakan pada hari Minggu bahwa militer Rusia mengebom sebuah sekolah seni yang menjadi tempat berlindung hampir 400 warga di Mariupol, dan regu penyelamat dari kota pelabuhan itu menggambarkan bagaimana "peperangan terjadi di semua jalan," berminggu-minggu memasuki pengepungan.
Salah seorang warga menggambarkan, "Tidak ada lagi kota." (Intisari Online)