Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Syahrul Yasin Limpo Jadi Profesor

Tidak Mudah, Ini 3 Arus Bentuk Cara Berpikir & Bertindak SYL Hingga Raih Gelar Profesor di Unhas

Menteri Pertanian RI atau Mentan, Syahrul Yasin Limpo meraih gelar Profesor Kehormatan di Unhas.

Penulis: Wahyudin Tamrin | Editor: Sudirman
zoom-inlihat foto Tidak Mudah, Ini 3 Arus Bentuk Cara Berpikir & Bertindak SYL Hingga Raih Gelar Profesor di Unhas
TRIBUN-TIMUR.COM/DIWAN
Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo saat menyampaikan orasi ilmiahnya

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Menteri Pertanian RI atau Mentan, Syahrul Yasin Limpo meraih gelar Profesor Kehormatan di Unhas.

Pengukuhan berlangsung di ruang senat lantai 2 Gedung Rektorat Unhas, Tamalanrea, Makassar, Kamis (17/3/2022).

Orasi ilmiah dibawakan Syahrul Yasin Limpo berjudul "Hibridisasi Hukum Tata Negara Positivistik dengan Kearifan Lokal dalam Mengurai Kompleksitas Kepemerintahan".

Baca juga: Membaca Medan Pengabdian Selanjutnya Setelah Syahrul Yasin Limpo Jadi Profesor (1)

Baca juga: Guru Besar Kehormatan Unhas, Prof Dr Syahrul Yasin Limpo SH MH MSi Legenda dan Kamus Pemerintahan

Dalam orasi ilmiahnya, Syahrul Yasin Limpo menyampaikan pengalamannya hingga bisa meraih gelar kehormatan sebagai guru besar di Unhas.

"Saya telah terlibat di dunia pemerintahan lebih 40 tahun sebagai medan pengabdian saya sepanjang hidup," katanya.

Selain itu, ia juga memberikan sebagian besar kapasitasnya dalam organisasi masyarakat dan partai politik.

Ia menjelaskan tiga arus yang membentuk caranya berpikir dan bertindak.

Pertama ialah ilmu hukum dan administrasi negara yang dipelajarinya secara formal. 

Ilmu tersebut memberinya pemahaman terkait kebenaran yang berbasis teoritik keilmuan.

Yang kedua ialah pengalamannya dalam birokrasi pemerintahan.

Pengalaman tersebut memberinya pemahaman bahwa tujuan utama dalam pemerintahan adalah membangun rahmat dan melindungi bagi kehidupan seluruh rakyat dan masyarakat.

"Di sana saya mendengar suara sampai yang lirih sekalipun dan mengetahui apa sesungguhnya yang dibutuhkan oleh masyarakat," katanya.

Terakhir ialah pengalamannya dalam berpolitik. 

Pengalaman tersebut membuatnya mampu membaca sebuah aksi dan reaksi. 

"Di sana saya mampu melihat lawan politik sebagai sahabat, mematikan dendam di dalam diri saya, dan menghapus rasa musuh dalam kamus kehidupan," katanya.

Semuanya dilalui tidak terlepas dari bimbingan kedua orangtuanya.

"Pelajaran-pelajaran yang sebagaimana diperkuat oleh nasihat kehidupan kedua orang tua yang juga politisi dan militer," katanya. (*)

Laporan wartawan Tribun Timur, Wahyudin Tamrin

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved