Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Minyak Goreng

Harga Meroket, Ini 3 Konglomerat yang Kaya Raya dari Minyak Goreng, Harta Capai Ratusan Triliun

Di sejumlah daerah, masyarakat bahkan harus mengantre panjang hanya untuk mendapatkan 1 liter minyak goreng.

Editor: Hasriyani Latif
TRIBUNGOWA.COM/SAYYID
Ratusan emak-emak rela mengantri minyak goreng murah di pasar murah diadakan oleh Milenial Peduli Sulsel (MPS) Jl Gassing Dg Tiro no 77A, Kelurahan Batangkaluku, Kecamatan Somba Opu, Gowa, Sulawesi Selatan, Jumat (25/2/2022). Hingga kini minyak goreng masih mahal dan menjadi barang langka di sejumlah daerah. 

TRIBUN-TIMUR.COM - Minyak goreng merupakan salah satu isu yang ramai dibicarakan saat ini.

Sejak akhir tahun lalu, masyarakat mengeluhkan mahalnya harga minyak goreng.

Naiknya harga minyak goreng di Indonesia jadi ironi sebab Indonesia merupakan penghasil minyak sawit terbesar di dunia.

Pemerintah kemudian mengeluarkan kebijakan sebagai langkah pengendalian harga minyak goreng dalam negeri.

Baca juga: Harga Minyak Goreng 1 Liter di Bone Rp 30 ribu, Penjual: Memang Sudah Begitu Harganya

Baca juga: Jagan Khawatir, Wamendag RI Jamin Ketersediaan Minyak Goreng Jelang Ramadan di Sulsel

Dimana pemerintah mematok Harga Eceren Tertinggi (HET) minyak goreng kemasan Rp 14.000 per liter.

Harga ini awalnya berlaku untuk toko-toko ritel modern, seminggu kemudian menyusul pemberlakuannya di pasar tradisional.

Lantas, pemerintah kembali menurunkan harga minyak goreng yang diatur berdasarkan kemasan per 1 Februari 2022.

Sesuai HET, harga jual minyak goreng curah di pasaran seharusnya ditetapkan sebesar Rp 11.500 per liter, minyak goreng kemasan sederhana Rp 13.500 per liter, dan minyak goreng kemasan premium Rp 14.000 per liter.

Kenyataannya, masih banyak pedagang yang tak memberlakukan harga yang ditetapkan.

Minyak goreng masih dijual di atas Harga Eceran Tertinggi (HET), di kisaran Rp 20.000 per liter.

Masyarakat membeli minyak goreng di Pasar Terong Makassar, belum lama ini. Harga minyak goreng hingga saat ini masih mahal dan tidak sesuai dengan yang ditetapkan pemerintah.
Masyarakat membeli minyak goreng di Pasar Terong Makassar, belum lama ini. Harga minyak goreng hingga saat ini masih mahal dan tidak sesuai dengan yang ditetapkan pemerintah. (TRIBUN-TIMUR.COM/WAHYUDDIN)

Selain harga yang mahal, sejumlah daerah mengeluhkan kelangkaan sembako yang satu ini.

Di sejumlah daerah, masyarakat bahkan harus mengantre panjang hanya untuk mendapatkan 1 liter minyak goreng.

Operasi pasar yang dilakukan pun nyatanya tak berefek dengan kestabilan harga minyak goreng.

Di tengah situasi pandemi covid-19 saat ini, kelangkaan minyak goreng jadi pukulan berat.

Penyebab Minyak Goreng Langka

Pemerintah dan asosiasi pedagang sendiri menyebutkan jika persediaan minyak goreng sebetulnya cukup aman.

Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi mengungkapkan ada dua kemungkinan penyebab minyak goreng alami kelangkaan.

Baca juga: Pedagang hingga Lansia Antre Lama Demi Minyak Goreng Murah di Maros

Baca juga: Setelah 483 Warga Kecamatan Ujung, Giliran 630 Emak-emak Bacukiki Barat Dapat Minyak Goreng Murah

Ia menduga ada oknum yang menimbun minyak goreng kemudian dijual ke luar negeri.

Selain itu, Lutfi juga menduga ada kebocoran di sektor industri, dimana minyak goreng dijual tak sesuai harga patokan pemerintah.

"Hasil timbunan itu, bahkan dijual ke luar negeri dengan harga yang berlaku di tingkat global, ini sudah melanggar hukum," kata Lutfi dalam keterangannya seperti dikuti tribun-timur.com dari Tribunnews.com, Jumat (11/3/2022).

Lutfi mengaku ironis melihat terjadi kelangkaan minyak goreng.

Hal itu mengingat ketersediaan minyak goreng yang dimiliki pemerintah mencukupi.

Bahkan melimpah yang dihasilkan dari penerapan kebijakan domestic market obligation (DMO) dan domestic price obligation (DPO).

Konglomerat Penguasa Minyak Goreng

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) menyebutkan bahwa produksi minyak goreng sebenarnya dikuasai segelintir pemain.

Mereka tak hanya memiliki pabrik minyak goreng, tapi juga menguasai ratusan ribu hektare perkebunan kelapa sawit di atas lahan negara melalui skema HGU.

Komisi Pengawasan Persaingan Usaha (KPPU) Sulsel melakukan inspeksi mendadak di gudang minyak goreng  di Jalan Ir Sutami,  Makassar, Jumat (4/3/2022). Sidak ini menindaklanjuti hasil temuan petugas disejumlah pasar tradisional di kota Makassar. TRIBUR TIMUR/SANOVRA JR
Komisi Pengawasan Persaingan Usaha (KPPU) Sulsel melakukan inspeksi mendadak di gudang minyak goreng  di Jalan Ir Sutami,  Makassar, Jumat (4/3/2022). Sidak ini menindaklanjuti hasil temuan petugas disejumlah pasar tradisional di kota Makassar. TRIBUR TIMUR/SANOVRA JR (TRIBUN-TIMUR.COM/SANOVRA)

Berikut ini deretan para konglomerat pemilik usaha minyak goreng berdasarkan laporan Majalah Forbes terbaru di 2022 seperti dikutip tribun-timur.com dari kompas.com:

1. Keluarga Widjaya

Keluarga Widjaja atau Grup Sinar Mas menjadi keluarga pemilik bisnis minyak goreng terkaya di Indonesia dengan kekayaan 9,7 miliar dollar AS atau setara Rp 139,5 triliun.

Di Tanah Air, Keluarga Widjaya berada di urutan kedua di daftar orang terkaya.

Kekayaan Sinar Mas hanya kalah oleh Keluarga Hartono pemilik BCA dan Djarum.

Kelompok bisnis ini didirikan oleh Eka Tjipta yang meninggal pada Januari 2019 di usia 98 tahun.

Empat putra tertua Widjaja mengawasi kerajaan bisnis yang dibangunnya, sementara yang lain membangun bisnis sendiri.

Keluarga Widjaja mewarisi kerajaan bisnis Eka Tjipta Widjaja yang meninggal pada Januari.

Salah satu perusahaan penyumbang pendapatan terbesar berasal dari minyak goreng.

Produk minyak goreng terkenalnya adalah Filma.

Bersama dengan Sudono Salim, Eka Tjipta sebelumnya juga sukses membuat produk minyak goreng Bimoli, namun kemudian pecah kongsi dengan Grup Salim.

Baca juga: Partai Demokrat Salurkan 16 Ton Minyak Goreng, Denny Siregar: Sebenarnya yang Nimbun Itu Siapa ya?

Baca juga: Di Unhas, Airlangga Hartarto Ungkap Kelangkaan Minyak Goreng Dipicu karena Perang Rusia Vs Ukraina

Selain sawit dan minyak goreng, bisnis Sinar Mas yang bergerak di bidang kertas, real estate, jasa keuangan, kesehatan, dan telekomunikasi.

2. Keluarga Salim

Grup Salim berada di urutan kedua keluarga terkaya di Indonesia yang memiliki bisnis sawit dan minyak goreng.

Pewaris Grup Salim yang juga putra Sudono Salim, Anthoni Salim memiliki total kekayaan sebesar 8,5 miliar dollar AS atau setara dengan Rp 122,9 triliun yang sebagian besar berasal dari Indofood (5,8 miliar dollar AS).

Kelapa sawit dan minyak goreng juga jadi penyumbang pundi-pundi kekayaan Grup Salim.

Bisnis kelapa sawit Keluarga Salim dijalankan lewat perusahaannya Indofood Agri Resources Ltd.

Perusahaan sawit lain di bawah Grup Salim antara lain PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) dan PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP).

Produk minyak goreng terkenal dari Grup Salim adalah Bimoli, Delima, dan Happy.

3. Bachtiar Karim

Bachtiar Karim berada di urutan ketiga pengusaha minyak goreng paling kaya di Indonesia.

Sementara secara nasional, ia berada di peringkat kesepuluh orang terkaya di Indonesia dengan kekayaan bersih 3,5 miliar dollar AS.

Bachtiar Karim bersama dengan saudaranya, Burhan dan Bahari, adalah pemilik Grup Musim Mas, salah satu perusahaan sawit terbesar di Indonesia.

Baca juga: Minyak Goreng Masih Susah, Harga Barang & Sembako Diprediksi Bakal Naik, Melonjak Tajam di Lebaran

Baca juga: Antrean Minyak Goreng di Bone Berbuntut Macet hingga ke Jalan

Pada 2019, penjualan konglomerasi sawit itu mencapai 6,6 miliar dollar AS.

Produk minyak goreng terkenal dari Musim Mas adalah Sanco, Amago, dan Voila.

Selain ketiga konglomerat yang masuk dalam daftar 10 orang terkaya Indonesia, masih ada beberapa taipan yang juga pemilik bisnis minyak goreng dan perkebunan kelapa sawit.

Meski tak masuk dalam daftar 10 besar orang terkaya Indonesia, mereka masuk dalam daftar 50 orang terkaya di Indonesia.

Beberapa konglomerat tersebut di antaranya Martua Sitorus (Grup Wilmar) dan Sukanto Tanoto grup usaha Royal Golden Eagle International (RGEI) yang dulu dikenal sebagai Raja Garuda Mas yang berbasis di Singapura.(*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved