Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Opini Tribun Timur

Latsar CPNS: Tiangnya Abdi Negara

Kegiatan yang bekerjasama dengan BPSDM Sulawesi Selatan itu diikuti 158 peserta dari berbagai latar belakang formasi.

Editor: Sudirman
zoom-inlihat foto Latsar CPNS: Tiangnya Abdi Negara
Hery
Hery SIP, Pustakawan Dinas Perpustakaan Parepare

Hery, S.I.P.

Peserta Latsar CPNS Angkatan 63 Kota Parepare / Pustakawan Dinas Perpustakaan Parepare

Beberapa bulan yang lalu, Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Daerah (BKPSDMD) Pemerintah Kota Parepare telah menyelenggarakan Pelatihan Dasar
(Latsar) CPNS Tahun 2021.

Kegiatan yang bekerjasama dengan BPSDM Sulawesi Selatan itu diikuti 158 peserta dari berbagai latar belakang formasi.

Mulai dari tenaga kesehatan, guru, hingga teknis.

Kegiatan digelar selama kurang lebih 50 hari, yang prosesnya berlangsung di dalam dan luar kampus.

Untuk dalam kampus, dipusatkan di Asrama BPSDM Sulawesi Selatan, Jl Cendrawasih, Kota Makassar.

Sedangkan luar kampus, dilakukan di unit kerja masing-masing.

Sebagai salah seorang peserta, tentu saja ada banyak kesan yang membekas, selama mengikuti
proses Latsar CPNS tersebut.

Penulis akan mencoba mengutarakannya lewat tulisan sederhana ini.

Bagi penulis, Latsar CPNS adalah tiangnya abdi negara. Sebab, melalui proses itulah bibit-bibit
abdi negara dilahirkan dan ditempa.

Bibit itulah yang selanjutnya akan menjelma menjadi tiang, yang akan menegakkan dan menguatkan karakter abdi negara dalam menjalankan tugas sebagai pelaksana kebijakan pemerintah, pelayan publik, serta perekat dan pemersatu bangsa.

Tak heran, jikalau banyak yang beranggapan bahwa kualitas seorang ASN sangat dipengaruhi oleh
bagaimana proses Latsarnya.

Betapa tidak, dalam proses Latsar, seluruh sisi kecerdasan digenjot habis-habisan, agar tumbuh
mekar dan mengakar dalam diri masing-masing peserta.

Mulai dari kecerdasan intelektual, emosional, bahkan spiritual.

Saban hari, kegiatan diisi dengan berbagai agenda materi berkualitas, yang mampu merangsang
daya intelektual peserta sebagai modal dalam menjalankan tugas di unit kerja.

Materi itu meliputi tentang Sikap Prilaku Bela Negara (Wawasan Kebangsaan, Analisis Isu Kontemporer, dan Kesiapsiagaan Bela Negara).

Nilai Dasar PNS (Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik,Komitmen Mutu, dan Anti Korupsi), serta Kedudukan dan Peran ASN dalam NKRI (Manajemen ASN), Pelayanan Publik, dan Whole of Government).

Menariknya, materi-materi tersebut dibawakan secara apik oleh para Widyaiswara berkompeten, sehingga memudahkan peserta

dalam memahami isi yang terkandung di dalammnya.

Apalagi, ada sesi diskusi dan saling berbagi pengetahuan dalam prosesnya, yang ujung-ujungnya memantik banyak sekali wacana yang menarik perhatian.

Mulai dari yang berkaitan tentang internal kepegawaian, masalah kebangsaan, problem keagamaan, hingga isu-isu sosial kemasyarakatan.

Semua muncul ke permukaan forum, diiringi argumentasi peserta yang mengacu pada data dan fakta.

erada di forum Latsar, serasa ikut dalam sebuah pertemuan ilmiah.

Tak hanya pengasahan intelektual, kegiatan Latsar juga turut mengambil peran dalam
pengasahan emosional.

Berulang kali peserta diingatkan bahwa kecerdasan intelektual yang menumpuk di tengkorak kepala, akan menjadi sia-sia jikalau tak diwujudkan dalam realita.

Ia mesti diamalkan, agar dampaknya dapat dirasakan oleh seluruh elemen masyarakat yang ada.

Pengamalannya tentu saja mesti sarat dengan etika, agar apa yang dilakukan bisa dengan mudah
diterima.

Kata Ibnu Arabi, Adab mesti ditempatkan di atas ilmu. Spirit pesan inilah yang tak bosan-bosannya didengungkan dalam proses Latsar.

Itulah sebabnya, melalui Latsar ini, peserta dituntut untuk membuat inovasi yang memaslahatkan masyarakat untuk diaktualisasikan di unit kerja.

Hal ini dilakukan sebagai bukti nyata bahwa wacana intelektual yang didiskusikan dalam
forum, bukan sekadar bualan dan omong kosong belaka.

Kecerdasan spiritual tak lupa ditempa selama proses Latsar berlangsung.

Hal itu terwujud dalam pembiasaan memulai dan mengakhiri segala aktifitas dengan berdoa, sebagai bentuk ketakberdayaan manusia terhadap segala sesuatu yang terjadi di dunia.

Manusia hanyalah seonggok daging yang tak punya daya dan upaya di hadapan Tuhan yang Maha segala-galanya.

Tak hanya itu, nuansa moderasi beragama juga sangat lekat terbangun dalam lingkungan Latsar.

Beberapa peserta yang memiliki keyakinan berbeda dan minoritas, justru tak canggung berbaur
dan melebur dengan teman-teman yang mayoritas.

Itu karena ada doktrin dan pembiasaan untuk saling merangkul, bahu-membahu, dan bergandengan tangan.

“Kita telah memulai proses Latsar ini bersama-sama, maka kita pun akan mengakhirinya secara bersama-sama,” demikian

penggalan doktrin tersebut yang berulang kali hadir mengetuk gendang telinga.

Tak terpungkiri, Latsar adalah ruang pengasahan seluruh sisi kecerdasan (intelektual, emosional,
dan spiritual).

Itulah sebabnya, para keluaran Latsar adalah generasi-generasi yang ahli dan cekatan di bidangnya.

Inovasi yang telah diaktualisasikan dan dihabituasikan sudah cukup menjadi buktinya.

Hanya saja, aktualisasi yang telah diwujudkan tersebut tak boleh hanya berlangsung saat proses Latasar saja. Namun, gerakannya mesti lebih intensif dan massif ke depannya.

Atas dasar itu, mewakili teman-teman Latsar lainnya, penulis menaruh harapan kepada pihak
berwewenang, agar inovasi yang telah kami wujudkan bisa diakomodir ke dalam program wajib
di masing-masing unit kerja.

Harapan ini kami utarakan dari lubuk hati yang paling dalam, agar apa yang telah kami perjuangkan selama hampir dua bulan, tak hanya berakhir di proses penjilidan laporan. Salamaki Tapada Salama !!!

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved