Trending Twitter
Siapa Ibnu Sutowo yang Lagi Trending Twitter? Kaitannya dengan Dian Sastro, Soeharto, dan Pertamina
Nama Ibnu Sutowo Trending Twitter, Minggu (20/2/2022). Menyusul Ibnu Sutowo, nama Dian Sastro juga ikut Trending. Apa yang terjadi sebenarnya?
TRIBUN-TIMUR.COM - Nama Ibnu Sutowo Trending Twitter, Minggu (20/2/2022).
Menyusul Ibnu Sutowo, nama Disas juga ikut Trending.
Pantauan Tribun-timur.com, Disas yang dimaksud netizen yakni artis Dian Sastro.
Ya, nama Ibnu Sutowo ramai dibahas di Twitter usai artis Dian Sastro memperlihatkan isi rumahnya.
Selain dengan Dian Sastro, Ibnu Sutowo dikaitkan dengan Pertamina dan Dian Sastro.

Lantas apa kaitannya dengan Dian Sastro?
Penelusuran Tribun-timur.com, Ibnu Sutowo merupakan kakek mertua Dian Sastro.
Ya, Ibnu Sutowo merupakan kakek dari suami Dian Sastro, Maulana Indraguna Sutowo.
Adapun ayah Maulana Indraguna Sutowo yakni Adiguna Sutowo.

Lebih jelasnya seperti ini:
- Ibnu Sutowo ayah dari Adiguna Sutowo.
- Adiguna Sutowo ayah dari Maulana Indraguna Sutowo.
- Maulana Indraguna Sutowo suami Dian Sastro.
Siapa sosok Ibnu Sutowo dan kaitannya dengan Pertamina dan Soeharto?
Dilansir dari Kompas.com, Ibnu Sutowo adalah dokter militer Indonesia yang juga diangkat sebagai direktur utama pertama PT Pertamina pertama tahun 1957.
Ia menjabat sebagai direktur selama dua periode sebelum akhirnya lengser karena diduga melakukan korupsi di Pertamina.
Selain itu, Ibnu Sutowo juga dikenal sebagai dokter perwira yang sangat andal.
Ia pernah mengamputasi tangan Kolonel Bambang Utoyo pada 1947 akibat sebuah ledakan granat yang terjadi di Palembang.
Hanya berbekal peralatan sederhana dan tanpa bius, Ibnu Sutowo mampu mengamputasi tangan Kolonel Bambang Utoyo dengan sangat baik.
- Karier
Ibnu Sutowo lahir di Grobogan, Jawa Tengah, 23 September 1914.
Ia mengenyam pendidikan selama 10 tahun di sekolah kedokteran Nederlands Artsen School (NIAS) Surabaya.
Setelah lulus tahun 1940, ia bekerja sebagai dokter di Palembang dan Martapura.
Kemudian, setelah kemerdekaan Indonesia, ia diangkat sebagai Kepala Jawatan Kesehatan Tentara di Sumatra Selatan tahun 1946.
Sewaktu bertugas di sana, Ibnu Sutowo sempat mengalami masa-masa kritis, di mana ia harus mengamputasi tangan Kolonel Bambang Utoyo tanpa bius dengan alat-alat seadanya.
Kendati demikian, Ibnu Sutowo berhasil mengamputasi tangan Bambang Utoyo dengan sangat baik. Sejak saat itu, kariernya di militer semakin melejit.
Setelah kemerdekaan, Ibnu Sutowo bergabung dalam Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD), tepatnya pada 5 Desember 1946.
Pada 18 Februari 1948 ia diangkat sebagai Kepala Staf Sub Komandemen Sumatra Selatan hingga 9 Juni 1949.
Setelah itu, pada 9 Juni 1949 hingga 9 Desember 1949, Ibnu Sutowo menjabat sebagai Kepala Staf Daerah Militer Istimewa Sumatra Selatan.
Pada 9 Desember 1949 hingga 11 Juni 1955, Ibnu Sutowo dipercaya sebagai Kepala Staf Tentara Teritorium II/Sriwijaya.
Lalu, sejak 11 Juni 1952 hingga 2 Juli 1956, ia diangkat sebagai Panglima Tentara Teritorium II/Sriwijaya.
Ibnu Sutowo juga pernah menjabat sebagai Asisten IV Kepala Staf Angkatan Darat pada 2 Juli 1956 hingga 25 Agustus 1958.
Sejak 29 Desember 1956 hingga 9 Oktober 1968, Ibnu Sutowo ditunjuk sebagai Deputi II Bidang Operasi Kepala Staf Angkatan Darat merangkap Deputi Pelaksana Perang Pusat.
Setelah berkiprah dalam militer, tahun 1968, ketika berpangkat kolonel, Ibnu Sutowo ditunjuk sebagai Direktur Utama PT Perusahaan Minyak Negara atau Pertamina.
Terpilihnya Ibnu Sutowo sebagai direktur ini ditunjuk langsung oleh Presiden Soeharto sebagai pendiri dari Pertamina.
Ibnu Sutowo menjabat sebagai Direktur Pertamina sejak 1968 hingga 1976.
Akan tetapi, tahun 1975, kondisi keuangan Pertamina memburuk, bahkan nyaris bangkrut setelah investasi berbagai bidak tidak berjalan lancar.
Para petinggi Pertamina juga diduga melakukan korupsi besar-besaran, termasuk Ibnu Sutowo.
Akhirnya, Presiden Soeharto menertibkan internal Pertamina dengan memerintahkan perusahaan tersebut untuk menjual sebagian asetnya yang berlebihan.
Presiden Soeharto kemudian membentuk tim Koalisi Empat beranggotakan Wilopo, Anwar Tjokroaminoto, IJ Kasimo, dan Herman Johannes untuk menyelidiki dugaan korupsi di Pertamina.
Berdasarkan penyelidikan, didapat laporan telah terjadi penyimpangan, di dalam Pertamina. Namun, tidak ada tindakan hukum apapun yang dijatuhkan kepada para pelaku.
Akhirnya, pada 5 Maret 1976, Ibnu Sutowo dilengserkan dari jabatannya sebagai direktur utama PT Pertamina.
- Aqua dan Petronas
Kemudian, tahun 1973, Ibnu bersama bawahannya, Tirto Utomo, membuat produk air mineral dengan merek Aqua.
Keduanya berkunjung ke Bangkok, Thailand untuk mempelajari cara pembuatan air mineral di pabrik air mineral Polaris di sana.
Setelah itu, mereka segera mengembangkan Aqua yang semakin terkenal ketika pertandingan bulu tangkis Piala Thomas & Uber 1988 di Kuala Lumpur dan pertandingan golf.
Setelah produk Aqua semakin dikenal, Ibnu dan Tirto beranggapan bahwa Aqua harus dikelola oleh seseorang yang lebih muda.
Untuk itu, Ibnu Sutowo, mengundurkan diri dari jabatan direktur utama PT Golden Mississippi dan menyerahkannya kepada Willy Sidharta.
Selain mengembangkan Aqua, pada 1976 Ibnu juga mengelola Petronas.
Meskipun Petronas baru berdiri selama. dua tahun, Ibnu menganggap bahwa perusahaan ini telah berkembang dengan sangat pesat.
Ibnu juga mendirikan Bank Aqua pada 1988, tetapi bank ini mengalami kegagalan.
- Akhir hidup
Ibnu Sutowo menikah dengan Zaleha Binti Sjafe'ie dan dikaruniai tujuh anak.
Ketujuh anaknya kini mewarisi dan mengembangkan bisnis di berbagai lini.
Ibnu Sutowo wafat di RS Pusat Pertamina pada 12 Januari 2001 di usia 86 tahun.
Referensi:
Karma, Mara. (2001). Ibnu Sutowo Mengemban Misi Revolusi Sebagai Dokter, Tentara, Pejuang Minyak Bumi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. (Tribun-timur.com/ Sakinah Sudin, Kompas.com/ Rintan Puspita Sari)