Mendag Lutfi Sidak Pasar di Makassar
Lagi Sidak di Pasar Pabbaeng-baeng Makassar, Mendag Lutfi Malah Disemprot Emak-emak, Ada Apa?
Kala itu, Mendag Lutfi berdialog dengan salah seorang pedagang, menanyakan kondisi bahan pokok khususnya minyak goreng.
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Seorang emak-emak di pasar tradisional Pabbaeng-baeng Jl Sultan Alauddin Makassar meluapkan kekesalannya kepada Menteri Perdagangan.
Emak-emak tersebut sedang berbelanja saat Mendag Lutfi sidak ke Pasar Pabbaeng-baeng.
Kala itu, Mendag Lutfi berdialog dengan salah seorang pedagang, menanyakan kondisi bahan pokok khususnya minyak goreng.
Tetapi, emak-emak berjilbab abu-abu tersebut ikut menjawab, seolah sebagai jubir sang pedagang.
Ia juga menyampaikan langsung uneg-unegnya saat keliling mencari minyak goreng tapi tak dapat.
"Katanya ada minyak goreng murah, saya cari dari pagi, keliling di Indomaret apa tidak dapat," ujarnya.
Ia juga mengeluhkan harga minyak goreng yang selangit, Rp42 ribu hingga Rp45 ribu per dua liter.
"Bagaimana tidak marah Pak, minyak 2 liter Rp40 ribu lebih, mending beli beras, kita orang kecil masa (mau) beli barang begini, disembunyikan, mahal lagi," katanya.
Diketahui, minyak goreng kemasan memang masih langka di pasar tradisional.
Karenanya, para pedagang lebih memilih menjual minyak curah.
Itupun, harga minyak curah dibanderol Rp13ribu per liter, diluar dari Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah.
Seperti yang disampaikan salah seorang pedagang di pasar Pabbaeng-baeng, Asdar.
"Tidak ada minyak kemasan yang ada cuma minyak curah," bebernya.
Asdar mengaku susah mendapatkan barang dari distributor, padahal ia sudah berkali-kali order.
Informasi yang diterima Asdar, pihak distributor masih melakukan penyesuaian.
Barang-barang yang sudah keluar harus ditarik kembali untuk mengajukan subsidi ke Pemerintah.
Tetapi prosesnya sangat lama kata dia, sehingga stok yang ada di pasar menipis, bahkan langka.
Ditambah lagi, mereka harus bersaing atau berlomba dengan toko-toko ritel untuk mendapat pasokan.
Menurutnya, selama ini pembagian tidak merata, kebanyakan toko-toko kecil tak dapat jatah.
"Pembagian tidak merata ada toko kecil tidak dapet. Atau mungkin kuotanya harus ditambah. Kapasitasnya besar," paparnya.(Tribun-Timur.com)