Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Forum Dosen Tribun Timur

Dirjen Yankes Prof Abdul Kadir Paparkan Cara Kemenkes Tangani Omicron

Ditambah lagi, Kemenkes sekarang menggunakan Telemedicine atau layanan konsultasi online bagi warga yang terpapar covid.

Penulis: Siti Aminah | Editor: Muhammad Fadhly Ali
Screenshot YouTube Tribun Timur
Diskusi Forum Dosen hadirkan Direktur Jenderal (Dirjen) Pelayanan Kesehatan Kemenkes, Prof Abdul Kadir. 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Direktur Jenderal (Dirjen) Pelayanan Kesehatan Kemenkes, Prof Abdul Kadir mengimbau agar warga yang terkonfirmasi positif dengan gejala ringan atau tanpa gejala diharapkan menjalani isolasi secara mandiri.

Ia meminta agar pasien covid OTG tidak usah datang ke rumah sakit, cukup menjalani Isman di kediaman masing-masing.

Hal tersebut dalam rangka mencegah adanya lonjakan keterisian atau Bed Occupancy Rate (BOR) di rumah sakit.

Juga mengantisipasi adanya tekanan berat bagi para tenaga kesehatan yang akan berpotensi menyebabkan penurunan layanan kesehatan.

"Kalau RS penuh maka akan menjadi berat para tenaga kesehatan dan akan menyebabkan pelayanan kesehatan menurun bahkan menyebabkan potensi kematian," ucap Prof Kadir lewat Live Forum Dosen: Potensi Omicron Memicu Gelombang Ketiga, Fakta atau Isu yang disiarkan di YouTube dan Facebook Tribun Timur, Kamis (10/2/2022). 

Ditambah lagi, Kemenkes sekarang menggunakan Telemedicine atau layanan konsultasi online bagi warga yang terpapar covid.

Kadir bilang, di Jakarta melayani 8 ribu orang yang positif menggunakan telemedicine ini.

Dari situ akan ada notifikasi ke WhatsApp masing-masing (pasien) bahwa yang bersangkutan positif.

Saat itu pula Kemenkes mengkoneksikan ke platform kesehatan, sehingga pasien bisa konsultasi langsung lewat aplikasi tersebut.

"Setelah konsultasi dikeluarkan resep dan diantar langsung ke rumahnya, jadi tidak perlu ke luar rumah," ulasnya.

Yang paling penting dan harus diperhatikan saat terinfeksi Corona adalah memperhatikan saturasi oksigen.

"Kalau masih di atas 95 persen tidak usah takut karena itu masuk kategori tanpa gejala atau gejala ringan," katanya.

Tetapi jika saturasi oksigen turun di angka 93 persen atau dibawahnya, itu sudah harus was-was.

"Itu masuk kategori sedang, apalagi dibawah itu (93 persen) harus masuk rumah sakit," ungkapnya.

Kewaspadaan harus ditingkatkan bagi kelompok lansia, anak, atau comorbid.

Meskipun omicron punya tingkat kefatalan rendah tetapi itu akan tetap membahayakan kelompok tersebut, apalagi jika mereka belum menjalani vaksinasi.

"Comorbid, lansia, dan anak harus segera vaksinasi, karena vaksinasi bisa mengurangi gejala klinis," tegasnya.

Alumnus Universitas Hasanuddin ini menambahkan, pihaknya telah melakukan berbagai antisipasi mencegah lonjakan kasus.

Termasuk memastikan kesiapan rumah sakit, SDM kesehatan, dan paling bekerja dari hulu.

Maksudnya, mengedukasi masyarakat untuk selalu menegakkan protokol kesehatan.

"Kita juga lakukan tracing dan testing minimal 20 hingga 25 orang dalam 1 kali 24 jam untuk mendapat potensi penularan," paparnya.

Menurutnya, kasus omicron ibarat fenomena gunung es.

Sebenarnya di masyarakat (Sulsel) ribuan bahkan 10 ribuan yang positif, tapi itu tidak terdeteksi karena tanpa gejala.

"Tetapi mereka tidak memeriksakan diri ke laboratorium. Bisa saja 5 ribu sampai 10 ribu (kasus harian)," ungkapnya.(Tribun-Timur.com)

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved