Pasien Covid19 Naik 100 Persen di Sulsel
Pasien Covid-19 Meningkat Tajam, Epidemolog FKM Unhas Sarankan 4 Hal ini ke Pemerintah
Indonesia akhirnya memasuki fase gelombang ketiga yang Sebagian besar sebagai kasus bergejala ringan hingga sedang.
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Dilansir akun Twitter @BNPB_Indonesia, Minggu (6/2/2022) terlihat kasus Covid-19 di Sulsel bertambah 109 pasien.
Angka itu turun dari sehari sebelumnya di angka 123 pasien.
Dengan penambahan 109 pasien di Sulsel, angka komulatif penambahan pasien terkonfirmasi tembus 110.803 orang.
Sementara untuk pasien sembuh naik 11 pasien.
Angka tersebut naik dibandingkan sehari sebelumnya di angka 8 pasien.
Dengan penambahan 11 pasien sembuh di Sulsel membuat angka komulatif penambahan pasien sembuh tetap 107.901 pasien.
Untuk pasien positif yang meninggal tambah 0pasien, di angka 2.247 pasien.
Artinya, pasien aktif Covid-19 di Sulsel di angka 655 pasien.
Secara umum, Epidemolog FKM Unhas, Prof RIdwan Amiruddin melihat, setelah pelandaian kurva pandemi Covid-19 selama 5 bulan (Agustus 2021-Desember 2022) dengan pertumbuhan kasus yang terkendali dengan baik (Rt kurang 1).
Lalu positif rate kurang 5 persen sesuai standar World Health Organization (WHO) serta penggunaan tempat tidur di Rumah sakit atau Bed Occupancy Rate (BOR) kurang 5 persen, dan angka kesembuhan yang sangat baik 97 persen.
"Kondisi tersebut mulai berubah seiring dengan munculnya varian baru Omicron, setelah pada gelombang kedua yang didominasi oleh Delta dengan angka kematian yang cukup besar 4 ribuan kematian," katanya.
Karakteristik Varian Omicron yang berasal dari Afrika Selatan ini memiliki daya tular yang lebih tinggi 6 kali lipat dari varian yang lain serta gejala yang lebih ringan dengan angka kematian yang lebih rendah dari varian delta.
Mencermati pertumbuhan kasus Omicron yang bersifat eksponensial maka Indonesia akhirnya memasuki fase gelombang ketiga yang Sebagian besar sebagai kasus bergejala ringan hingga sedang.
"Dengan angka kejadian kasus yang tinggi pada populasi umum berpotensi besar akan meningkatkan paparan juga pada kelompok lansia dan komorbiditas (terdapat penyakit penyerta; hipertensi, DM, jantung), sehingga akan memperburuk penanganan pandemi selanjutnya," katanya.
Lalu apa yang harus dilakukan?
"Merespon peningkatan kasus yang meningkat tajam tersebut maka beberapa langka taktis yang harus terus dikawal dengan baik oleh pemerintah," katanya.
Pertama, pelacakan kontak erat untuk menghentikan penularan.
Kedua, penanganan kasus yang adekuat
Ketiga, peningkatan Testing untuk melacak kasus secara dini.
dan keempat, percepatan cakupan vaksin hingga 80%. Untuk membentuk kekebalan kelompok/komunal.
"Pentingnya vaksinasi pada pandemi Covid-19 ini diantaranya akan membentuk kekebalan kelompok secara cepat sehingga pandemic lebih cepat berlalu," katanya.
"Dengan vaksin yang lengkap, gejala penyakit lebih ringan, tidak menjadi sumber penularan lagi dan angka kematiannya yang sangat kecil," jelasnya.
Selain itu lanjut dia, pada kelompok populasi/masyarakat untuk Kembali melaksanakan protocol Kesehatan secara disiplin. Memakai masker N95 secara benar (bukan masker kain).
"Dan mengurangi keluar rumah bila tidak terlalu penting, menghindari kerumunan, dan senantiasa menjaga kebersihan diri dan lingkungan," jelasnya.(Tribun-Timur.com)