Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Jaringan Organisasi Terlarang di Sulsel

Disebut Berafiliasi Organisasi Terlarang, Ini Profil Ponpes Darul Huffadh Tuju-Tuju Bone

Total ada 13 pondok pesantren yang disebut dalam pesan berantai yang beredar dan paparan file pdf Badan Nasional Pananggulangan Terorisme (BNPT).

Penulis: Muslimin Emba | Editor: Saldy Irawan
dok pribadi
Suasana Pondok Pesantren Darul Huffadh Tuju-Tuju sebelum mewabahnya Covid-19. 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Belasan pondok pesantren di Sulawesi Selatan, disebut turut berafiliasi dengan organisasi terlarang ISIS.

Total ada 13 pondok pesantren yang disebut dalam pesan berantai yang beredar dan paparan file pdf Badan Nasional Pananggulangan Terorisme (BNPT).

Melalui Direktur Penegakan Hukum Bnpt Republik Indonesia, Kombes Pol Hando Wibowo, yang merilis pendanaan terorisme di Indonesia.

Dalam rilis Kombes Hando Wibowo, salah satu dianggap Jaringan Teror Nasional adalah Jamaah Islamiyah (JI). 

BNPT juga merilis Peta Pesebaran Pondok berafiliasi ISIS di Indonesia. 

Beberapa pesantren di Sulawesi Selatan turut dianggap terafiliasi dengan ISIS.

Yaitu, Al Ridho Sudiang, Hidayatullah BTP, Wahdah Islamiyah, Salafi Baji Dakka, Al Birr Unismuh, Darusssalam Buriko, H Darul Istiqomah.

Hidayatullah Wara utara, Hidayatullah Belopa H Labasse, Ponpes 77 Bone, Nurul Huda Bunga Didi Syuhada 45 Malili dan Hidayatullah Sudu Maiwa Enrekang.

Namun tudingan itu dibantah pimpinan Pondok Pesantren Darul Huffadh Tuju-Tuju.

Bahkan, pihak Ponpes Darul Huffadh Tuju-tuju telah melaporkan pesan beredar itu ke Polda Sulsel.

"Ini sementara kita akan ke Cyber Polda (Sulsel) untuk mengadukan ini," kata Direktris Pondok Pesantren Putri Darul Huffadh, Sa'diah Lanre saat ditemui di Jl Sultan Alauddin, Makassar, Jumat (28/1/2022) siang.

Menurutnya, pesan berantai tersebut perlu diklarifikasi langsung ke aparat kepolisian.

Pasalnya, jika benar ada indikasi yang ditemukan BNPT, pihaknya mengaku bersedia untuk diperiksa lebih lanjut.

"Kalau pun ditemukan ada indikasi ayo temui kami, datang ke pondok kami silahkan dikonfirmasi langsung," ujar Sa'diah Lanre.

Dan jika tidak benar, maka polisi kata Sa'diah Lanre harus mengusut pelaku yang membuat pesan berantai itu.

"Polisi harus usut tuntas penyebab selebaran ini, karena ini sudah mencemarkan nama baik pondok pesantren kami," jelasnya.

Sebab, kata Sa'dia, semenjak Pondok Pesantren Darul Huffadh Tuju-tuju berdiri pada 1975, pihaknya mengaku kerap berkoordinasi dan bekerja sama dengan aparat kepolisian serta pemerintah setempat.

"Santri dan santriwati kita saat ini sudah 2000an lebih, kita juga sering kok bekerja sama dengan pemerintah di Bone," terangnya.

Berikut profil singkat Pondok Pesantren Darul Huffadh Tuju-Tuju Bone yang pernah diterbitkan TribunBone.com.

Pondok Pesantren Darul Huffadh Tuju-Tuju berdiri pada 7 Agustus 1975.

Pesantren ini didirikan oleh KH Muhammad Said yang lebih dikenal dengan nama Lanre Said. 

Lokasinya berada di Kampung Tuju-Tuju, Kecamatan Kajuara, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan (Sulsel). Dari Kota Watampone harus menempuh jarak 66 kilometer. 

Pimpinan Pondok Pesantren Darul Huffadh Tuju-Tuju, Ustaz Saad Said mengatakan pendirian pondok pesantren ini tak lepas dari ilham melalui mimpi yang diterima sang pendiri KH Lanre Said di tahun 1962.

Dalam mimpinya, beliau melihat sebuah lampu petromaks. K.H Lanre Said pada awalnya selalu mempertanyakan apa yang menjadi takbir dalam mimpinya. 

Ia membutuhkan waktu untuk membaca makna dari ilham yang diterima.

Hingga suatu waktu, beliau membaca makna bahwa harus mendirikan lembaga pendidikan dalam bentuk pesantren.

Namun, ia belum tahu di mana lokasi pesantren akan didirikan. 

"Lampu petromaks di atas gunung bilala beliau maknai sebagian lembaga pendidikan dalam bentuk pesantren karena dia melihat sebuah cahaya.

Cahaya ini dimaknai sebagai Alquran. Dengan adanya cahaya, apa yang digerakkan dan diterapkan pesantren ini didasarkan pada Alquran," jelasnya Selasa (20/10/2020).

Jadi, kata dia, K.H Lanre Said mendirikan pesantren bukan keinginan pribadinya. Beliau mendirikan pesantren karena melihat ini sebagai sebuah perintah.

Itupun ketika mendapatkan ilham melalui mimpinya, dia belum bisa menentukan di mana lokasi pendirian pesantren. 

Ia coba memaknai syarat dan pemberitahuan dalam lampu petromaks. 

"Lampu petromaks kan gelap ke bawah dan terang ke samping. Berarti pesantren ini didirikan di tempat gelap matanya melihat agama," ujarnya. 

K.H Lanre Said lalu melakukan perjalanan untuk  mencari lokasi  pesantren tersebut. 

Beliau melakukan perjalanan ke Kalimantan, Nusa Tenggara Barat, Jawa dan Sulawesi.  Bahkan di Sulawesi ia tak menemukan lokasi yang dimaksud. Sehingga dia tinggalkan Sulawesi menuju Jawa.  

Sepuluh tahun di Jawa, dia juga belum menemukan lokasi sesuai petunjuk dan makna lampu petromaks. 

Maka di akhir Juli 1975, K.H Lanre Said mendapatkan mimpi kembali bahwa pesantren ini ada di Indonesia Timur. Dia pun kembali ke Sulawesi. 

Pada 5 Agustus, dia tiba di Tuju-Tuju, Kabupaten Bone. Tempat orang tua dan dia dibesarkan. Namun, pada saat itu dia belum memastikan tempat berdirinya pondok pesantren. 

Barulah pada 7 Agustus 1975, K.H Lanre Said  mendirikan pesantren. Diawali tujuh santri, di kampung Tuju-Tuju pada jam tujuh. 

Di awal berdirinya pesantren, K.H Lanre Said mempersiapkan nama Pondok Pesantren  Darul Ulum. Namun, melihat situasi yang tidak memungkinkan saat itu beliau tidak jadi mendirikan pesantren dengan nama tersebut. 

"Beliau mempersiapkan nama Darul Ulum, tetapi seiring berjalannya waktu, Pesantren Darul Ulum sulit didirikan. Alasannya, banyak gangguan dan begitu besar kebencian orang-orang yang tidak menginginkan ada pesantren di Tuju-Tuju kala itu," terangnya Saad. 

Melihat banyaknya gangguan, K.H Lanre Said mengurungkan sementara mendirikan Pesantren dengan nama Darul Ulum. Beliau menggantikan dengan pengajian dengan nama 
Majlis Qurra Wal-Huffadh (MQWH). 

Santrinya masih sedikit. Santri berasal dari desa-desa-desa MQWH dan jamaah dari  orang-orang pendatang dari sekitar MTQH. 

Tak ada bangunan di awal berdirinya pesantren ini. Beliau mengajarkan fiqh, baca dan tulis  Alquran di rumah pribadi yang merupakan hasil warisan orang tuanya.

Setelah melalui perjalanan panjang dan penuh rintangan, barulah pada 11 Oktober tahun 1993 Pondok Pesantren Darul Huffadh berdiri secara resmi. Bupati Bone ketujuh, Kolonel Andi Amir yang meresmikan secara langsung. 

Saad Said menjelaskan nama Darul Huffadh sendiri memiliki arti tempat orang-orang menghafalkan Alquran. 

"Jadi siapapun yang ingin menghafalkan Alquran silakan datang. Apakah dia hafal atau tidak, pesantren ini hanya menyiapkan tempat bagi orang yang mencintai dan menghafalkan Alquran untuk bisa ke sini. Makanya dinamakan Darul Huffadh," jelasnya. 

Untuk bangunan pesantren mulai dibangun  pada 7 Agustus 1995. Dilakukan peletakan batu pertama pendirian pondok putra. Hingga sekarang telah berdiri sejumlah bangunan di atas tanah  empat hektar. Terdapat masjid, asrama santri, lapangan olahraga, ruang kelas serta laboratorium.   

Sementara  pondok putri Darul Huffadh diresmikan dua tahun setelahnya,  tepatnya 7 Agustus 1997. Saat ini luas pondok putri telah mencapai dua hektar. 

Santri dan santriwati yang menempuh pendidikan di Pesantren Darul Huffadh Tuju-Tuju berjumlah 2 ribuan termasuk dengan staf pengajar. 

Santri dan santriwati berasal dari seluruh penjuru  Indonesia. Mulai dari Aceh, Atambua hingga Puncak Jaya. Bahkan, ada santri dari Malaysia.

Untuk kurikulum pembelajaran di pesantren ini,  masih tetap mempertahankan pelajaran pondok yang lebih dominan dalam keseharian. Seperti Nahwu, Sharaf, Balaghah, Durushul Lughah, Tafsir Quran dan lainnya. 

Meski terdapat pelajaran yang dikolaborasikan dengan pelajaran umum semisal Bahasa Indonesia, Kimia, Fisika dan lainnya. Namun, identik kepesantrenan tetap melekat dalam setiap pembelajaran. 

Pesantren Darul Huffadh Tuju-Tuju juga menggunakan dua bahasa dalam keseharian yakni, bahasa Arab dan bahasa Inggris. 

Peralihan bahasa ditentukan oleh perdua minggu penggunaan bahasa Arab dan dua minggu selanjutnya dalam bahasa Inggris.(*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved