Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Bupati Langkat

Terungkap Kondisi Pekerja yang Dikerangkeng saat Pertama Kali Ditemukan, Beda Omongan Bupati Langkat

Jika tempat tersebut adalah tempat rehabilitasi, tim penyelidik KPK mengaku tak melihat adanya tim medis.

Editor: Hasriyani Latif
Tribun Medan
Para penghuni kerangkeng di kediaman Bupati Langkat, Terbit Rencana Peranginangin 

TRIBUN-TIMUR.COM - Inilah kondisi pekerja yang dikerangkeng saat pertama kali ditemukan.

Sangat berbeda dengan ucapan Bupati Langkat, Terbit Rencana Peranginangin sebelum terjaring Operasi Tangkap Tangan (OTT) KPK.

Seperti apa kondisi pekerja tersebut?

Baca juga: 7 Perlakuan Kejam yang Diduga Dilakukan Bupati Langkat di Rumahnya

Baca juga: Tengok Foto-foto Penjara Manusia di Kediaman Bupati Langkat Non Aktif, Polisi: Untuk Tempat Rehab

Kondisi para pekerja sawit saat pertama kali ditemukan dibeberkan Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Nurul Ghufron.

Menurutnya, saat menggeledah rumah sang bupati, KPK justru menemukan dua ruangan seperti penjara atau kerangkeng.

"Pada saat sampai di rumah yang bersangkutan, tim menggeledah ruang-ruang dan tempat-tempat yang berada di lingkungan yang bersangkutan, namun yang bersangkutan tidak di tempat."

"Namun KPK malah menemukan ruangan yang berjumlah dua ruangan yang sebagaimana telah diberitakan."

"Itu dari luar tampak seperti ruangan yang berjeruji seperti kerangkeng pada umumnya," kata Ghufron, dikutip dari tayangan Youtube tvOne, Rabu (26/1/2022).

Baca juga: Sosok Hakim, Panitera hingga Pengacara di PN Surabaya Terjaring OTT KPK? Jubir Bilang Begini

Baca juga: Fakta Bupati Langkat Terbit Rencana Perangin Angin dari Partai Golkar Ditangkap di OTT KPK: Terkaya!

Saat menemukan para pekerja itu, tim penyelidik KPK sempat mencurigai adanya aksi perbudakan.

Lantas, tim penyelidik KPK pun bergerak untuk menanyakan beberapa hal.

Menurut keterangan, mereka mengaku sebagai pekerja di kebun sawit milik Bupati Langkat.

Namun, Ghufron menyebut kondisi mereka terlihat sangat ketakukan saat berdialog dengan tim penyelidik KPK.

"Pada saat ditanyakan memang mereka mengatakan mereka adalah pekerja di kebun sawit Bupati Langkat."

"Mereka bahkan tampak sangat ketakutan ketika menyampaikan keterangan-keterangan kepada penyelidik KPK yang berdialog dengan mereka," kata Ghufron.

Kerangkeng manusia di rumah Bupati Langkat, Terbit Rencana Perangin-angin.
Kerangkeng manusia di rumah Bupati Langkat, Terbit Rencana Perangin-angin. (Tribunnews)

Ghufron menyebut, para pekerja sawit itu berjumlah 40 orang.

Mereka bekerja dari pukul 08.00 pagi hingga 18.00 sore.

Mereka terbagi menjadi dua shift, dengan bergantian 20 orang setiap shiftnya.

Mirisnya, Ghufron menyampaikan para pekerja tersebut tidak mendapatkan gaji.

"Mereka mengaku sudah sekitar 1 tahun rata-rata di dalam kerangkeng tersebut, yang melakukan pekerjaan di kebun sawit."

"Ketika ditanyakan gaji, mereka mengaku tidak mendapatkan gaji," jelas Ghufron.

Mengenai dugaan para pekerja tersebut adalah para pecandu narkoba, Ghufron tak membenarkannya.

Sebab, kondisi para pekerja tersebut tidak tampak seperti pecandu.

Terlebih, jika tempat tersebut adalah tempat rehabilitasi, tim penyelidik KPK mengaku tak melihat adanya tim medis.

"Dari keterangan mereka adalah mereka pekerja, tidak tampak seperti pecandu atau orang yang sedang direhab."

"Bahkan tim KPK juga menanyakan apakah ada tim medis karena kalau memang dikatakan tempat rehab, tak cukup hanya ruangan kerangkeng tetapi ada tim medis yang mendampingi mereka," ujar Ghufron.

Polisi Masih Dalami Dugaan Perbudakan

Diberitakan Tribunnews.com, Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Pol Ahmad Ramadhan menyampaikan, pihaknya masih mendalami dugaan praktik perbudakan di balik temuan kerangkeng manusia milik Bupati Langkat Nonaktif Terbit Rencana Peranginangin.

"Ini dalam proses, karena kita melihat sudah dijelaskan dengan kesadaran diri orang tua mengantar dan menyerahkan kemudian dengan pernyataan. Tetapi apa itu kita nanti lihat, kita akan dalami apa prosesnya. Kita belum bisa cepat-cepat memberikan kesimpulan ya," ujar Ramadhan di Mabes Polri, Jakarta, Selasa (25/1/2022).

Ramadhan menjelaskan pengelola kerangkeng manusia itu berdalih bahwa yang dilakukannya merupakan sebuah pembinaan.

Namun, kasus tersebut masih didalami oleh penyidik Polri.

"Tadi kita jelaskan bahwa pekerjaan tersebut alasan dari yang bersangkutan diberikan pembinaan supaya mempunyai keterampilan, sehingga nanti memiliki keterampilan," katanya.

"Tentu itu semua merupakan alasan dari pengelola. Nanti kita lihat bagaimana proses penyelidikan akan kita sampaikan. Jadi masih dalam proses ya," jelas dia.

Baca juga: Kalau Sudah Meninggal, Kamu Dapat Apa? Anak Kakek 89 Tahun yang Tewas Dikeroyok Minta Keadilan

Baca juga: Jadi Tersangka Kasus Korupsi Dana Desa Rp475 Juta, Kades Wiringtasi Pinrang Gaet 8 Pengacara

Di sisi lain, kata Ramadhan, pihaknya telah menyerahkan seluruh penghuni kerangkeng manusia itu kepada keluarga.

Mereka nantinya juga ditawarkan tempat rehabilitasi di bawah kendali BNN.

"Sudah dikembalikan ke keluarganya. Kita tawarkan tempat pembinaan yang resmi itu rehabilitasi di bawah BNN. Tapi kita tidak bisa memaksa, namun orang tuanya memilih," pungkas Ramadhan.

Pengakuan Bupati Langkat

Sebelum akhirnya terkena OTT KPK, Bupati Langkat, Sumatera Utara, Terbit Rencana Peranginangin ternyata pernah mengungkap perihal kerangkeng di rumahnya.

Hal itu ia ungkapkan secara terbuka dalam sebuah wawancara dengan personel dari Dinas Kominfo Langkat.

Wawancara itu diunggah di akun YouTube resmi Diskominfo Langkat, Info Langkat pada 27 Mei 2021 lalu.

Dalam wawancara tersebut, Terbit Rencana yang didampingi istrinya mengatakan kerangkeng di rumahnya tersebut merupakan tempat pembinaan bagi para pecandu narkoba.

Ia menyatakan, tempat tersebut bukan tempat rehabilitasi narkoba.

"Itu bukan rehabilitas. Itu tempat pembinaan yang saya buat selama ini untuk membina bagi masyarakat yang penyalahgunaan narkoba," kata Terbit, sebagaimana dikutip Tribunnews.com.

Terbit mengaku tempat pembinaan itu sudah ia dirikan selama 10 tahun, atau sebelum dirinya menjabat sebagai Ketua DPRD maupun Bupati Langkat.

Diterangkannya, ada tiga gedung yang disediakan sebagai tempat membina dan tempat istirahat warga binaan.

Semua fasilitas dan perawatan yang ia sediakan pun gratis.

Bahkan, pihak Terbit akan menjemput pencandu narkoba jika memang diminta pihak keluarga.

Ia pun tak membatasi siapa saja yang bersedia dibina di tempatnya tersebut.

"Perawatan gratis semua, bagi masyarakat (pengguna narkoba) yang keluarganya mengantarkan, ada juga keluarga yang minta dijemput," urainya.

Baca juga: Andi Sudirman Sulaiman Bakal Jadi Gubernur Termuda di Indonesia Pasca Nurdin Abdullah Diberhentikan

Baca juga: Penyebab Dino Patti Djalal Jubir Era Presiden SBY Diperiksa KPK, Kasus Korupsi Menyeretnya

"Siapapun boleh datang," tegasnya.

Terbit mengaku tujuannya mendirikan tempat pembinaan yang mirip penjara itu agar dirinya bisa membantu keluarga yang anggota keluarganya terdapat pecandu narkoba.

"Dengan hati yang ikhlas, niat yang baik, kami melihat pandangan dimana salah satu keluarga apabila keluarganya ada penyalahgunaan narkoba kami berharap kami membantu keluarga yang terkena narkoba."

"Kalau itu kami lakukan seolah-olah kami membantu keluarga yang salah satu kena penyalagunaan narkoba. Itu awalnya," bebernya.

Terbit mengaku sudah ada sekitar 2000 hingga 3000 orang yang telah menjalani pembinaan di tempat pembinaan miliknya.

Soal makanan yang diberikan, Terbit mengaku, makanan yang diberikan kepada para pecandu narkoba itu sama dengan makanan sehari-hari yang ia dan keluarganya konsumsi.

Terbit juga mengklaim, para pecandu narkoba yang ia bina itu juga mendapatkan pemeriksaan kesehatan yang ditangani oleh istrinya.

"Menu makanan kami sehari-hari itu juga yang kami berikan (kepada para pencandu narkoba yang dibina). Semuanya ditangani ibu," ujarnya.

Soal metode pembinaan yang diberikan kepada para pecandu narkoba itu, Terbit memberi penjelasan singkat.

Menurutnya, para pecandu narkoba itu diberikan pembinaan dan pencerahan oleh tim termasuk terdapat dokter.

Namun, Terbit tidak merinci metode yang ia gunakan.

"Banyak metode yang kita berikan. Ya, melibatkan dokter," ujarnya.

(Tribunnews.com/Maliana/Igman Ibrahim/Daryono)

Sumber: Tribunnews.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved