Siriwijya Air
Setahun Lalu, Sriwijaya Air Jatuh di Kepulauan Seribu, Catatan Kelam di Dunia Penerbangan Indonesia
Pesawat Boeing 737-500 itu berangkat dari Bandara Internasional Sekarno-Hatta, Jakarta menuju Bandara Internasinal Supadio, Pontianak, Kalbar
TRIUN-TIMUR.COM - Tepat hari ini, setahun lalu, sebuah tragedi terjadi di dunia penebangan Indonesia. Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 jatuh di Kepulauan Seribu, Jakarta.
Pesawat Boeing 737-500 itu berangkat dari Bandara Internasional Sekarno-Hatta, Jakarta menuju Bandara Internasinal Supadio, Pontianak, Kalimantan Barat.
Sebanyak 62 penumpang di dalam pesawat, terdiri dari 50 penumpang dan 12 awak pesawat, tewas dalam kejadian mengerikan tersebut.
Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mengungkap kondisi dan saat-saat terakhir pesawat Sriwijaya Air SJ 182 sebelum jatuh di sekitar Kepulauan Seribu, Jakarta, pada 9 Januari 2021.
Baca juga: Terbaru! Basarnas Evakuasi 272 Kantong Jenazah Berisi Bagian Tubuh Korban Sriwijaya Air Jatuh
Baca juga: Sriwijaya Air Jatuh karena Elevator Copot, Pengamat: Pilot Tak Ada Pilihan,Hanya Punya waktu 2 Menit
Data ini berdasarkan rekaman flight data recorder atau salah satu bagian hitam dari kotak hitam pesawat tersebut, serta data dari air traffic controller (ATC) Bandara Soekarno-Hatta.
Ketua Sub-Komite Investigasi Kecelakaan Penerbangan KNKT Kapten Nurcahyo Utomo mengatakan, pesawat berangkat dari Bandara Soekarno-Hatta pada pukul 14.36 WIB.
"FDR mencatat bahwa pada ketinggian 1.980 kaki, autopilot mulai aktif atau engage," ujar Soerjanto dalam konferensi pers yang ditayangkan Kompas TV pada Rabu (10/2/2021).
Nurcahyo kemudian menjelaskan, masalah pada pesawat Boeing 737-500 itu bermula saat mencapai ketinggian 8.150 kaki.
"Pada ketinggian 8.150 kaki, throttle atau tuas pengatur tenaga mesin sebelah kiri bergerak mundur, kata Nurcahyo.
"Tenaga mesin atau putaran mesin juga ikut berkurang, sedangkan mesin sebelah kanan tetap," tuturnya.
Pada pukul 14.38.51 WIB, karena kondisi cuaca, pilot kemudian meminta kepada pengatur lalu lintas udara (ATC) untuk berbelok ke arah 075 derajat.
Baca juga: Sriwijaya Air Jatuh - inilah Sosok Kapten Afwan Pilot Sriwijaya Air SJ 182, Eks Penerbang TNI AU
ATC juga memperkirakan perubahan itu akan menyebabkan pesawat SJ 182 akan bertemu pesawat lain, yang berangkat dari bandara yang sama di Bandara Soekarno-Hatta, dengan tujuan yang sama, yaitu Pontianak.
"Maka, SJ 182 diminta berhenti naik di ketinggian 11.000 kaki," kata Nurcahyo.
Pada pukul 14.39.47 WIB, pesawat mulai berbelok ke kiri saat melewati ketinggian 10.600 kaki dan berada di 046 derajat.
"Tuas pengatur tenaga mesin sebelah kiri bergerak mundur, atau throttle kiri bergerak mundur, yang kanan tetap," kata Nurcahyo.
ATC kemudian memberi instruksi untuk naik ke ketinggian 13.000 kaki.
Pilot sempat menjawabnya pada pukul 14.39.59 WIB.
Baca juga: Bupati Kepulauan Seribu: Pesawat Sriwijaya Air Jatuh dan Meledak di Dekat Pulau Laki Jakarta
"Ini adalah komunikasi terakhir yang terekam di rekaman komunikasi pilot di ATC Bandara Soekarno-Hatta," kata Nurcahyo.
FDR kemudian merekam bahwa pesawat Sriwijaya Air SJ 182 mencapai ketinggian tertinggi 10.900 kaki pada pukul 14.40.05 WIB.
"Setelah ketinggian ini pesawat mulai turun, autopilot tidak aktif atau disengage, arah pesawat pada saat itu adalah 016 derajat," kata Nurcahyo.
"Sikap pesawat atau hidungnya mulai naik atau pitch up dan pesawat mulai miring atau roll ke sebelah kiri," kata Nurcahyo.
Saat itu, Nurcahyo mengatakan bahwa throttle sebelah kiri semakin berkurang, sedangkan yang bagian kanan tetap. FDR mencatat aktivitas terakhir pesawat pada pukul 14.40.10 WIB.
Saat itu autothrottle mulai tidak aktif dan pesawat dalam keadaan menunduk.
"Sekitar 20 detik kemudian flight data recorder mulai berhenti merekam," kata Nurcahyo.(*)