Kopassus
Cerita Pasukan Kopassus TNI AD Taklukkan Pemberontak Kongo Bermodal Kain Putih dan Bawang
Tak heran, jika pasukan ini sering dipercaya untuk menjalankan misi berbahaya baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
TRIBUN-TIMUR.COM - Prajurit Kopassus (Komando Pasukan Khusus) merupakan salah satu pasukan elite yang dimiliki TNI AD. Pasukan dengan ciri khas baret merah di kepala ini, dikenal sangat ahli dalam strategi perang dan kemampuan survive di alam liar.
Tak heran, jika pasukan ini sering dipercaya untuk menjalankan misi berbahaya baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
Dikutip Gridhot dari Intisari, salah satu prestasi Kopassus adalah berhasil mengalahkan pemberontak Kongo.
Strategi Kopassus kalahkan ribuan pemberontak Kongo menunjukkan kecerdikan pasukan baret merah andalan TNI.
Kopassus kala itu hanya menggunakan strategi sederhana yang membuat ribuan pemberontak Kongo menyerah tanpa adanya baku tembak.
Kesuksesan misi Kopassus kala itu menunjukkan jika Kopassus tak hanya ahli dalam bertempur, tapi juga ahli dalam mengatur strategi.
Baca juga: Karier Mentereng 2 Putra Ex Panglima Jenderal Edi Sudrajat, Kakak Bintang 1 Adik Kolonel Kopassus
• Ternyata Bentrok Kopassus vs Brimob di Timika Dipicu Harga Rokok, Kompolnas: Sangat Memalukan!
Dilansir dari Kompas dalam artikel 'Dari RPKAD ke Kopassus, Ini Perjalanan Pasukan Baret Merah TNI AD', Kopassus saat itu jadi bagian dari Kontingen Garuda III di Kongo 1962-1963.
Kala itu, Kongo tengah dilanda konflik mencekam akibat adanya pemberontak.
Suatu ketika markas pasukan Garuda III diserang para pemberontak yang merasa terusik terhadap kehadiran pasukan Garuda III.
2000 pemberontak menyerang secara tiba-tiba markas Garuda III yang hanya dihuni 300 orang.
Baku tembak yang cukup sengit membuat sejumlah pasukan Garuda III mengalami cedera ringan.
Menjelang subuh, para pemberontak pun mengehentikan serangannya.
Baca juga: Profil Prajurit TNI AD Serma Rama Wahyudi, Pasukan Perdamaian PBB yang Gugur di Kongo
Namun, pasukan Garuda III justru tak tinggal diam, 30 anggota Kopassus pun diturunkan menjadi tim paling depan.
Pagi hari, 30 anggota Kopassus ini memulai perjalanan menuju lembah mematikan, disebut 'no man's land' atau kawasan tak bertuan di atas kekuasaan pemberontak.
30 anggota Kopassus ini menyamar menjadi warga Kongo dengan membawa bakul sayuran, kambing, dan sapi.
Mereka berjalan menyusuri danau. Setelah matahari terbenam, mereka memantapkan strategi penyerangan sambil beristirahat di tepi danau.
Strategi cerdik Kopassus pun dilakukan tanpa diawali gempuran bom.
Baca juga: Mengenal Virus Ebola dan Cara Penyebarannya, Dikabarkan Kembali Muncul di Kongo
Tepat pukul 12 malam, mereka membungkus diri menggunakan kain putih di atas kapal hitam.
Kain putih itu pun melayang-layang terterpa angin malam.
Semerbak bawang putih tercium dari sosok mereka yang melayang-layang bak hantu gentayangan.
Mereka sengaja menyamar menjadi hantu untuk menundukkan pasukan pemberontak itu.
Pasalnya, pemberontak itu percaya dan sangat takut pada hantu putih.
Hal itulah yang dimanfaatkan anggota Kopassus untuk memberikan serangan ampuh.
Terbukti, saat 'hantu putih' itu mendekat menerobos pintu masuk, para pemberontak gemetar ketakutan.
Dalam waktu 30 menit saja, markas pemberontak pun terkuasai. Sebanyak 3.000 pemberontak menyerah tanpa adanya baku tembak.
Memang terlihat mustahil, Panglima PBB Kongo Letjen Kadebe Ngeso pun seakan tak percaya dengan strategi cerdik prajurit Kopassus itu.
(*)