Timor Leste
Dulu Jadi Tempat Pembantaian Pengungsi di Timor Leste, Kini Suai Bawa Keuntungan Bagi Australia
Schlumberger telah memasang pipa besar di sumur untuk membantu menghitung jumlah minyak dan gas yang terkandung.
Bapa muda Dewanto adalah yang pertama meninggal, ujar Suster Mary Barudero dikutip dari The Guardian.
Anggota militan berbaris di luar gereja kayu tua yang menjadi tempat persembunyian pengungsi di kota Suai, Timor Leste, dan para paroki menyaksikan saat Yesuit Indonesia muda, berpakaian dalam jubahnya, keluar bertemu para anggota militan.
Tembakan terdengar dan ia tewas, selanjutnya Bapa Fransisco yang keluar.Anggota militan menunggu untuk pendeta senior, Bapa Hilario, keluar.
Ketika ia tidak keluar, seorang saksi mengatakan para anggota militan menendang pintu gereja lalu memborbardir dengan tembakan api.
Seorang suster yang menyaksikan pembantaian itu dari rumahnya menggambarkan kejadian tersebut kepada Barudero setelah pembunuhan terjadi Senin siang.
Suster mengatakan kepadanya anggota militan memasuki gereja dan mulai menembakkan semburan panjang dari senjata mereka ke kerumunan pengungsi.
Mereka juga melemparkan granat tangan di antara para korban yang berkerumun.
Di dalam gereja, Barudero mengatakan hanya ada anak-anak kecil dan wanita, bayi-bayi yang digendong ibunya dan wanita-wanita hamil.
Para pria telah melarikan diri sebelumnya.
Barudero, seorang suster, telah mengirim 4 wanita hamil kembali ke gereja dari rumah sakit tempatnya bekerja hanya dua jam sebelumnya untuk menunggu prosesi melahirkan.
"Mereka pergi ke gereja karena merasa aman di sana; mereka merasa dekat para pendeta adalah perlindungan," ujar suster yang di tahun 1999 itu berusia 64 tahun.
Cerita pembantaian massal darinya dikonfirmasi oleh agen berita misionaris Vatikan, Fides, sebagai salah satu penggambaran paling brutal mengenai kekerasan di Timor Leste yang muncul di waktu sejak pasukan militan melawan kemerdekaan dari Jakarta dan mulai menjarah dengan dukungan dari militer Indonesia.
Juru tulis Katholik Roma yang dianggap para militan sebagai pendukung kemerdekaan, merupakan korban-korban yang pertama.
Sebagian besar warga dari koloni Portugis itu beragama Katholik, sedangkan Indonesia yang menganeksasi Timor Leste tahun 1976, adalah negara Muslim terbesar di dunia.
Pembantaian di Suai itu membunuh kurang lebih 100 warga, 15 pendeta dibunuh di kota Baukau dan Dili, dan beberapa suster terbunuh di Baukau. (Intisari.grid.id)