Timor Leste
Saking Susahnya Cari Kerja, Pemuda Timor Leste Cuma Bisa Pilih Nganggur atau Jadi Pekerja Migran
Sebagian besar dari mereka memilih meninggalkan Timor Leste dan ingin mendapatkan paspor Portugal.
TRIBUN-TIMUR.COM - Elit Timor Leste puluhan tahun berjuang untuk bisa lepas dari Indonesia.
Setelah merdeka dan menjadi sebuah negara, nyatanya kehidupan di Timor Leste malah memprihantinkan.
Timor Leste masuk dalam jajaran negara miskin di dunia.
Padahal diketahui bahwa Timor Leste punya cadangan minyak.
Salah satu yang jadi permasalahan adalah tingkat pengangguran yang tinggi.
Di Timor Leste lapangan kerja susah sampai-sampai pemudanya cuma punya 2 pilihan, nganggur atau 'kabur'dari negaranya dan jadi pekerja migran.
Seperti apa penyediaan lapangan kerja di Timor Leste?
Timor Leste pernah menjadi bagian dari Indonesia.
Dulu namanya adalah Timor Timur.
Namun pada tahun 1999, warga Timor Leste mengadakan jajak pendapat atau referendum.
Hasilnya lebih dari 50% warganya ingin merdeka dan melepaskan diri dari Indonesia.
PBB pun mendukung referendum tersebut.
Secara resmi, negara ini memerdekakan diri dan menjadi negara baru pada 20 Mei 2002 atau 18 tahun yang lalu.
Namun setelah melepaskan diri dari Indonesia, nyatanya kehidupan di Timor Leste tidak juga membaik.
Kilang minyak yang begitu mereka banggakan justru menjadi masalah lainnya karena mereka terlilit utang dengan China.
Bahkan Timor Leste menjadi salah satu negara dengan tingkat pengangguran tertinggi di dunia.

Fakta ini pun membuat pemuda-pemuda Timor Leste memutuskan kabur dari negaranya sendiri.
Sebagian besar dari mereka memilih meninggalkan Timor Leste dan ingin mendapatkan paspor Portugal dengan harapan memiliki masa depan yang lebih baik di Eropa.
Padahal menurut analisis dari Sensus Penduduk dan Perumahan Timor Leste terbaru, pemuda yang berusia antara 15 hingga 24 tahun merupakan 20 persen dari total populasi di Timor Leste pada 2015.
Jika mereka pergi, maka Timor Leste bisa kehilangan populasi emas atau calon penerus bangsa.
Namun para pemuda Timor Leste juga punya alasan kuat.
Dilansir dari kompas.com pada Selasa (25/5/2021), mereka menyebutkan bahwa mencari pekerjaan di negaranya begitu sulit.
Jadi tidak heran banyak dari mereka rela mengantri di depan Kedutaan Besar Portugal di Dili demi pindah negara.
Pemandangan itu pun sudah tidak asing lagi dalam beberapa tahun terakhir.
Mereka berharap mendapatkan paspor Portugal dengan harapan melihat masa depan yang lebih baik di Eropa.
Dari laporan Sensus Analisis Angkatan Kerja, tingkat pengangguran memang mencapai 12,3%.
Ironisnya, semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin tinggi pula risiko dirinya menganggur.
Sekitar 20% tingkat pengangguran.
Itu bagi mereka yang berpendidikan.
Bagi mereka anak muda yang tidak berpendidikan atau nonformal, maka tingkat pengangguran mencapai di bawah 10 persen.
Sementara pemuda yang tamat sekolah menengah, persentase penganggurannya adalah 18 persen.
Jadi, total tingkat pengangguran di Timor Leste bagi mereka yang tidak berpendidikan atau tidak memiliki pelatihan mencapai 27,7%.
Data buruk itu dilengkapi dengan hampir 53,4 persen pemuda yang telah menyelesaikan pendidikannya tidak bekerja pada saat pencacahan tahun 2015.
Ada beberapa alasan mengapa tingkat pengangguran begitu tinggi di Timor Leste.
Salah satunya kurangnya kesempatan kerja dan kurangnya keterampilan yang dibutuhkan untuk bekerja.
Tidak ada pekerjaan seperti PNS di Indonesia atau organisasi masyarakat sipil.
Buruknya, saingan mereka adalah para tenaga asing yang berasal dari berbagai negara.
Seperti pekerja migran di Inggris, pekerja musiman di Australia, dan program kerja sementara di Korea.
(Kompas.com, intisari-online/mentari)