Tribun Wajo
Baru Diresmikan Jokowi, Warga Justru Minta Bendungan Paselloreng dan Bendung Gilireng Wajo Ditutup
mbangunan daerah irigasi (D.I) Bendung Gilireng, di Kecamatan Gilireng, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan belum juga menunjukkan progres siginifikan.
Penulis: Hardiansyah Abdi Gunawan | Editor: Suryana Anas
TRIBUNWAJO.COM, GILIRING - Pembangunan daerah irigasi (D.I) Bendung Gilireng, di Kecamatan Gilireng, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan belum juga menunjukkan progres siginifikan.
Masyarakat Desa Arajang, yang merasakan dampak dari lambannya progres pembangunan pun mulai kehilangan kesabaran.
Alhasil, sekitar 70 orang warga Desa Arajang melakukan aksi unjuk rasa di Bendung Gilireng, dan meminta agar aktivitas dihentikan dan ditutup, Jumat (10/12/2021) kemarin.
Masyarakat meminta pihak Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang, agar segera melakukan ganti rugi terhadap lahan warga yang tergenang akibat dampak pembangunan.
Kenjengahan masyarakat dipicu atas janji pihak BBWSPJ pada saat diadakan penyampaian aspirasi di DPRD Wajo beberapa waktu lalu.
"Kami menuntut pihak balai untuk dibayarkan lahan yang tergenang karena dampak pembangunan daerah irigasi Bendung Gilireng di Desa Arajang, dimana sesuai janji dari pihak balai pada 24 November 2021 disaksikan oleh Ketua Komisi II DPRD Wajo (Sudirman Meru) akan dilakukan penetapan lokasi pada tanggal 7 sampai 9 Desember 2021," kata koordinator aksi, Satria Arianto.
Sayangnya, janji itu tidak terealisasi hingga membuat masyarakat melakukan aksi unjuk rasa. "Sampai hari ini tidak ada realisasi dari pihak Balai," sambung Satria.
Olehnya, masyarakat pun meminta agar aktivitas di bendungan terbesar di Sulsel itu dihentikan dan ditutup.
"Menghentikan segala aktivitas kegiatan Bendungan Paselloreng dan Bendung D.I Gilireng selama tuntutan warga tidak dipenuhi," katanya.
Sudah tiga bulan lebih Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo meresmikan Bendungan Paselloreng dan Bendung Gilireng, di Kecamatan Gilireng, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan.
Namun, manfaat dari bendungan yang diklaim adalah terbesar di kawasan Indonesia Timur itu belum juga dirasakan masyarakat.
Malahan, masyarakat merasa tersiksa lantaran jaringan daerah irigasi (DI) belum terbangun. Sehingga, luapan air dari Bendung Gilireng malah merendam area persawahan dan perkebunan warga di Desa Arajang.
Ditambah lagi, pembangunan tanggul yang dinilai tak berfungsi maksimal. Lantaran justru menjadi penghalang air yang berada di area persawahan dan perkebunan warga.
Hal itu disampaikan masyarakat Desa Arajang, di Kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Wajo, Kamis (25/11/2021) lalu.
"Sejak bulan Maret lalu terendam puluhan hektare sawah dan kebun warga akibat dari pembangunan Bendung Gilireng, sampai saat ini belum juga surut," kata Satria Arianto, salah satu warga Desa Arajang.
Selain itu, salah satu warga lainnya, yakni Baso Sirajuddin menyebutkan sudah dua kali waktu panen, masyarakat tidak bisa melakukan aktivitas pertanian lantaran lahannya terendam air dari dampak pembangunan Bendung Gilireng.
"Kami menduga ada kesalahan perencanaan. Lahan kami tidak direncanakan tenggelam tapi tenggelam. Kami tidak bisa menunggu, karena tidak diukur dan tidak ada ganti rugi karena memang tidak direncanakan," katanya.
Anggaran Rp 771 M
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo didampingi Ibu Negara Iriana Joko Widodo meresmikan Bendungan Paselloreng yang ada di Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan, Kamis (9/9/2021).
Bendungan yang dibangun sejak 2015 dan telah dilengkapi dengan Bendung Irigasi Gilireng tersebut, diyakini akan mendukung Sulawesi Selatan sebagai lumbung pangan nasional.
"Bendungan Paselloreng ini menelan biaya Rp 771 miliar dan sudah dilengkapi dengan Bendung Irigasi Gilireng yang akan sangat bermanfaat untuk mendukung Sulawesi Selatan sebagai lumbung pangan nasional," ujar Presiden Jokowi dalam sambutannya saat peresmian berlangsung.
Presiden juga menjelaskan bahwa Bendungan Paselloreng merupakan bendungan dengan kapasitas daya tampung yang cukup besar hingga 138 juta meter kubik dan luas genangan sebesar 1.258 hektare.
Melalui daya tampung tersebut, Bendungan Paselloreng diyakini akan mampu mengairi 8.500 hektare sawah dan meningkatkan frekuensi tanam para petani sekitar.
"Kita harapkan dengan suplai air yang ada akan meningkatkan frekuensi tanam yang mungkin 1 bisa jadi 3 atau 2 sehingga meningkatkan produktivitas lahan serta akhirnya bisa kita harapkan meningkatkan kesejahteraan petani," imbuhnya.
Selain itu, Bendungan Paselloreng juga dinilai akan memberikan manfaat lain bagi masyarakat sekitar bendungan.
Mulai dari ketahanan air, reduksi banjir Sungai Gilireng sebesar 489 meter per detik dan menyediakan air baku 145 liter per detik bagi 6 kecamatan di Kabupaten Wajo.
"Juga berfungsi tentu saja untuk daerah konservasi yang dapat dimanfaatkan untuk pariwisata dan memberikan alternatif pendapatan baru bagi masyarakat," ucap Jokowi.
Ia pun menegaskan bahwa pemerintah akan terus berkomitmen menyediakan suplai air secara berkelanjutan untuk menjaga ketahanan pangan nasional.
Salah satu komitmen pemerintah diwujudkan dengan menyelesaikan 17 bendungan yang tersebar di seluruh Indonesia hingga Desember mendatang.
"Kita harapkan dengan bendungan-bendungan yang ada ini sekali lagi ketahanan pangan kita akan bisa kita perkuat dan kita tingkatkan," ungkapnya.
Turut mendampingi Presiden dan Ibu Iriana dalam peresmian tersebut adalah Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono.
Juga Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo, Wakil Ketua Komisi V DPR RI Andi Iwan Darmawan Aras, Plt. Gubernur Sulawesi Selatan Andi Sudirman Sulaiman, dan Bupati Wajo Amran Mahmud.(*)