Kesan Kolega Profesor Wahyuddin Naro, Rektor UIN: Ia Administratur dan Penghafal Aturan yang Mumpuni
Wakil Rektor II Universitas Islam Negeri atau UIN Alauddin Makassar Prof Dr H Wahyuddin Naro M Hum (54), dikukuhkan sebagai Guru Besar
Penulis: Thamzil Thahir | Editor: Edi Sumardi
Laporan jurnalis Tribun-Timur.com, Thamzil Thahir
MAKASSAR, TRIBUN-TIMUR.COM - Wakil Rektor II Universitas Islam Negeri atau UIN Alauddin Makassar Prof Dr H Wahyuddin Naro M Hum (54), dikukuhkan sebagai Guru Besar Ilmu Pendidikan Islam dalam Sidang Senat Terbuka Luar Biasa UIN Alauddin Makassar, di Auditorium UIN Makassar, Romangpolong, Gowa, Sulawesi Selatan ( Sulsel ), Kamis (9/12/2021).
Wahyuddin Naro menjadi guru besar ke-48 di UIN Alauddin.
Dia guru besar pertama yang dikukuhkan dalam dua tahun masa pandemi Covid-19, 2020-2021.
Saat dan usai pengukuhan, sejumlah kolega, rekan, dan sahabat Wahyuddin Naro memberi kesan.
Saat pemberi sambutan di pidato pengukuhan, Rektor UIN Alauddin Makassar, Prof Hamdan Juhannis PhD menyebut Wahyuddin Naro sebagai administratur ulung, namun juga kritis.
“Saya tenang karena ada sosok administratur ulung, paham aturan, pasal, sampai junto dihapal. Jadi kalau beliau sudah sebut pasal, saya hanya bisa bilang, kalau Pak Warek II yang bilang itu saya sudah percaya,” ujar Hamdan Juhannis.
Baca juga: Wakil Rektor II UIN Alauddin Wahyuddin Naro Resmi Berstatus Guru Besar
Sebelum menjadi Wakil Rektor Bidang Administrasi Umum, Perencanaan, dan Keuangan di UIN Alauddin, tahun 2010-2012, Wahyuddin Naro pernah menjabat Kepala Biro Administrasi Umum, Perencanaan, dan Keuangan UIN Alauddin; dan Staf Khusus Wakil Rektor II UIN Alauddin.
Menurut Rektor UIN Alauddin, meski selalu bekerja merujuk aturan dan perundang-undangan, Wahyuddin Naro juga sosok akademisi kritis atas kebijakan.
“Dia ini relevan dan banyak membantu gerbong kepemimpinan di UIN,” ujar Rektor UIN Alauddin.
Wakil Ketua Kopertais Wilayah I Jakarta-Banten Prof Dr Ahmad Thib Raya (66), mendefinisikan adik iparnya, sebagai sosok pekerja keras yang rajin silaturahim.
“Orang bisa jadi profesor, karena memenuhi syarat obyektif, namun juga harus rajin silaturahim dan berdoa. Nah, Naro ini mewakili sosok itu,” ujar Ahmad Thib Raya dalam sambutan resmi mewakili keluarga di acara pengukuhan.
Baca juga: Prof Wahyuddin Naro Bikin Nangis Eks Plt Rektor UIN Alauddin dan Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah
Kesan administratur ulung dan ketat menjalankan aturan juga dikemukakan pengacara sekaligus Ketua Ikatan Alumni Pesantren IMMIM, Mappinawang SH.
“Saya saja pengacara, tapi kalo Naro itu hapal semua pasal dan undang-undang. saya saja sering bertanya sama dia,” kata mantan ketua KPU Sulsel ini, usai seremoni.
Kesan serupa juga dikemukakan Direktur CV Berkah Utami, HM Syahrir.
Kepada Tribun-Timur.com usai pengukuhan, Syahrir mengaku mengenal Wahyuddin Naro sejak masih jadi aktivis dan dosen muda di IAIN Alauddin.
“Pak Warek II ini memang gesit, pekerja keras, dan punya silaturahim yang baik,” ujar Syahrir.
Wakil Sekretaris Tanfidiyah PW NU Sulsel, Bakhtiar MA Saleh (57) yang juga sahabat aktivis Wahyuddin Naro di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) awal dekade 1990-an, juga memberi kesan berbeda.
Mantan Direktur Lakpesdam NU menyebut, Wahyuddin Naro sejak masa mahasiswa sebagai sosok bersahabat dan punya jaringan luas, dan organisatoris sejati.
“Seandianya Naro bukan PNS, saya yakin dia sudah lama jadi anggota DPR,” ujarnya.
Disebutkan, Wahyuddin Naro yang aktif di Pemuda Pancasila, KNPI, dan organisasi kemasyarakatan lain, sejak dulu selalu berada dalam pusaran konflik.
“Namun karena pandai merawat silaturahim, dia tak pernah terlihat konflik terbuka dengan pihak lain, justru dia bisa mengkomunikasikan pihak berkonflik,” ujarnya.
Bakhtiar menyebut Wahyuddin Naro sebagai sosok yang telaten merawat silaturahim.
“Masak di acara pengukuhan guru besar, dia masih sempat menghadirkan ibu-ibu tukang masaknya saat jadi santri di IMMIM tahun 1980-an lalu,” ujar Bakhtiar yang juga hadir di acara pengukuhan.
Dr Zulhasary Mustafa, dosen Fakultas Syariah UIN Alauddin menyebut Wahyuddin Naro sebagai ‘senior pembimbing yang sabar.”
“Kak Naro inilah yang banyak mengkomunikasikan kerja-kerja adik-adik dengan senior PMII, antara dosen muda dan guru besar,” ujar Zulhasary Mustafa yang kini menjabat Sekretaris Komisi Disiplin dan Etik UIN Alauddin.
Dalam acara pengukuhannya, Wahyuddin Naro mengajak sekitar 47 guru besar dan 800-an tetamu mengirim bacaan Alfatihah kepada almarhum kedua orangtuanya.
Hadirin tertegun saat Wahyuddin Naro mengajak hadirin mengirim bacaan ummul quran itu kepada orangtuanya.
Bahkan Ahmad Thib Raya mengaku bangga dan mengeluarkan air mata, saat Wahyuddin Naro mengajak hadirin mengirim Alfatihah ke kedua orangtuanya.
"Naro ini langsung mengamalkan bagaimana pendidikan karakter, dengan birru walidain," kata Ahmad Thib Raya.
Ahmad Thib Raya adalah kakak ipar Naro.
Istri Ahmad Thib Raya, Prof Dr Musdah Mulia bersaudara kandung dengan Dr Yuspiani, istri Wahyuddin Naro.
Naro sendiri adalah singkatan dari kedua nama mendiang orangtuanya, Sitti NAisah dan Abdul ROma Hamma Asa.
Wahyuddin Naro adalah guru besar ke-48 UIN Alauddin.
Penetapan gelar profesor bagi Wahyuddin Naro ditandai pengetukan palu sidang oleh Ketua Senat UIN Alauddin Prof Dr HA Qadir Gassing HT MS.
Pidato pengkuhan Wahyuddin Naro sebagai guru besar berlangsung dua jam.
Acara dimulai pukul 08.00 Wita dan berakhir pukul 11.00 wita.
Pidato pengkuhannya berjudul "Mendasain Kurikulum Madrasah Aliyah Negeri Berbasis Pendidikan Karakter pada Masa Pandemi".
Wahyuddin Naro menjadi guru besar ke-48 bidang Ilmu Pendidikan Islam di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin.
"Prosesnya berlangsung di masa pandemi," ujar Wahyuddin Naro kepada Tribun-Timur.com usai pengukuhan.
Rektor UIN Alauddin menyebut pengukuhan Wahyuddin Naro sebagai guru besar dengan istilah "gercep" (gerak cepat).
"Model gercep ini akan diadaptasi di UIN. Semua yang profesor langsung dikukuhkan dan kolektif, " ujar Hamdan Juhannis, merujuk seremoni pengukukan 50 guru besar UIN Syarif Hidayatullah, beberapa bulan lalu.
Hadir di acara pengukuhan itu, hadir Rektor UNM Prof Dr Husain Syam, Rektor UIM Prof Dr Majdah Muhyiddin Zain MA, Ketua Tanfidiyah PW NU Sulsel sekaligus Ketua Kopertais Wilayah IV Prof Dr Hamzah Harun, Ketua MUI Makassar AGH Baharuddin AS, Wakil Ketua Walubi Sulsel Yonggris Lao, dan sejumlah tetamu VVIP lainnya.(*)