Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Lihat 'Pembalasan' Anggota DPR Dedi Mulyadi Usai Ditegur Mahasiswa Gegara Pungut Sampah, Gak Lama

Ingat mantan Bupati Purwakarta sekaligus anggota DPR RI, Dedi Mulyadi ditegur mahasiswa saat memungut sampah di Pasar Rebo, Purwakarta, Jawa Barat?

Editor: Edi Sumardi
DOK DEDI MULYADI
Anggota DPR RI, Dedi Mulyadi saat menemui Yuda Dawam Abdas, mahasiswa yang menegurnya ketika memungut sampah di Pasar Rebo, Purwakarta, Jawa Barat. 

TRIBUN-TIMUR.COM - Masih ingat peristiwa mantan Bupati Purwakarta sekaligus anggota DPR RI, Dedi Mulyadi ditegur mahasiswa saat memungut sampah di Pasar Rebo, Purwakarta, Jawa Barat, belum lama ini?

Peristiwa itu sempat viral.

Beberapa hari setelah berlalu, Dedi Mulyadi melakukan "pembalasan" kepada Yuda Dawam Abdas yang telah menegurnya.

Rupanya, "pembalasan" politisi Partai Golkar itu adalah memberi bantuan dengan melunasi SPP Yuda Dawam Abdas.

"Saya berkunjung ke rumah Yudha Dawam Abdas. Dia rupanya sudah lama ditinggal meninggal oleh ayahnya. Yudha yang kini kuliah di semester 8 jurusan hukum keluarga STAI DR Khez Muttaqien ternyata sudah 5 semester belum membayar uang kuliah," tulis Dedi dalam akun Facebook-nya, Kang Dedi Mulyadi.

Dedi Mulyadi mengatakan, pihaknya membantu untuk melunasi tunggakan SPP 5 bulan.

Bahkan, Dedi Mulyadi juga akan menanggung semua biaya kuliah pria itu hingga lulus dan diwisuda.

"Bagi saya, setiap peristiwa yang dialami, selalu memiliki arti bagi siapapun yang mentafakurinya," tulis Dedi Mulyadi.

"Allah Swt selalu memiliki cara untuk mengangkat derajat seseorang melalui peristiwa alam yang dijalaninya. Artinya, memungut sampah ternyata melahirkan banyak peristiwa yang tidak bisa kita bayangkan sebelumnya," lanjut dia mengatakan.

Dikonfirmasi via WhatsApp, Sabtu (27/11/2021), Dedi Mulyadi membenarkan pihaknya membantu Yudha Dawam Abdas, mahasiswa yang sempat bersitegang dirinya karena memungut sampah.

"Ya, betul. Sesuai dengan apa yang saya posting di Facebook," kata Dedi Mulyadi.

Ditegur karena pungut sampah

Sebelumnya, Dedi Mulyadi tiba-tiba ditegur seorang mahasiswa ketika dia memungut sampah bersama warga di Pasar Rebo, Purwakarta.

Keduanya pun terlibat debat panas, mulai dari depan pasar sampai ke sebuah ruangan.

Kang Dedi mempertanyakan maksud mahasiswa itu yang mempermasalahkannya membersihkan sampah di pasar tersebut.

Mantan Bupati Purwakarta itu bersikeras bahwa apa yang dilakukannya itu adalah bentuk tanggung jawab sebagai warga Purwakarta untuk menjaga kebersihan.

"Kalau kita mencintai kebersihan harus ada dasar hukumnya?" kata Kang Dedi balik bertanya kepada yang memprotesnya itu seperti dikutip dari channel YouTube Kang Dedi Mulyadi Channel, Kamis (18/11/2021).

"Artinya kan di sini ada yang punya kewenangan," ujar mahasiswa itu.

"Yang punya kewenangan mereka kok (menunjuk para pejabat di Pemkab Purwakarta yang ikut dalam kegiatannya), saya membantu," tegas Kang Dedi.

Mahasiswa itu kemudian tetap bersikukuh menanyakan kewenangan Kang Dedi bersih-bersih di pasar.

"Saya di sini sebagai warga menanyakan akang," ujar sang mahasiswa.

"Saya juga warga Purwakarta," ujar Kang Dedi dengan nada bicara mulai meninggi.

"Artinya di sini kan siapa yang bertanggungjawab," tutur mahasiswa.

"Saya gak mau tahu siapa yang bertanggung jawab. Ini kan kewajiban masyarakat," ujar Kang Dedi mulai kesal dengan sikap mahasiswa yang seolah melarangnya bersih-bersih.

"Akang di sini bukan pelaksana teknis terkait kebersihan," balas sang mahasiswa.

"Enggak ada masalah, ngurus sampah mah kewajiban," timpal Kang Dedi.

Kang Dedi pun kemudian meluapkan kekesalannya ke kamera.

"Saya kasih tahu ya netizen, saya lagi bersihkan ini, dia (mahasiswa) protes. Saya gak mau melayani orang yang berteori," ujar Kang Dedi yang sudah ogah menanggapi sang mahasiswa.

Namun, ucapan mahasiswa itu yang mengklaim dirinya mewakili masyarakat Purwakarta membuat Kang Dedi naik pitam.

Tak hanya Kang Dedi, para warga pasar juga menanyakan klaim mahasiswa itu.

Sebagian dari pedagang dan warga yang menonton perdebatan itu meminta Kang Dedi tak usah menanggapi sang mahasiswa.

"Saya ini mewakili masyarakat Purwakarta," ujar sang mahasiswa.

"Masyarakat mana, saya asli Purwakarta," ujar salah satu pedagang yang mencoba menengahi.

Namun sang mahasiswa yang tampak gelagapan dan tak bisa menjawab dengan tegas pertanyaan itu tetap berbicara dengan kalimat yang diawali kata artinya dan terkesan dilpomatis.

"Masyarakat mana yang anda wakilin. Mana bukti legalitas anda mewakilin," cecar Kang Dedi.

Sedangkan sang mahasiswa hanya menjabat "Artinya begini, artinya begini, artinya begini," jawab mahasiswa itu yang tak menjawab pertanyaan Kang Dedi.

Kang Dedi yang mulai menurunkan nada bicaranya itu kemudian menyimpulkan maksud kedatangan mahasiswa itu.

"Anda protes terhadap gerakan kebersihan yang saya lakukan," kata Kang Dedi.

"Tidak diprotes, tapi kewenangan dan kompetensinya," ujar sang mahasiswa dengan jawaban yang itu lagi.

"Membersihkan sampah gak perlu kompetensi. Tangan anda gak pernah kotor, tangan saya suka kotor," ujar Kang Dedi.

"Saya juga suka bebersih pak," debat mahasiswa itu.

Mahasiswa itu mengaku berkuliah di STAI Muttaqien dan mewakili lembaga kajian bantuan hukum.

Kang Dedi kemudian meminta mahasiswa itu tak hanya pintar berteori dan omong besar.

Pasalnya, kata Kang Dedi, kalau dia memang cinta kebersihan, maka tak seharusnya wilayah tempat tinggal sang mahasiswa itu dibiarkan kotor.

"Kenapa Anda mahasiswa ga ada kepekaan tiap hari warga buang sampah ke situ dan anda membiarkan. Jangan-jangan Anda ikut buang," lanjut Kang Dedi.

"Mana ada saya buang, saya tiap hari di sini (di sekret mahasiswa)," jawab mahasiswa itu dengan nada tak suka.

Kang Dedi yang kembali geram dengan jawaban sang mahasiswa yang berputar-putar langsung memotong ucapan mahasiswa yang kembali mengatakan artinya.

"Jangan banyak artinya. Rumah Anda di mana?," tanya Kang Dedi.

"Rumah saya di Gang Sekolah tapi tinggal di sini," jawab mahasiswa itu dengan nada sedikit gelagapan.

Disebut ngomong ketinggian

Kang Dedi kemudian menanyakan apakah mahasiswa itu tak malu bila di lingkungannya itu banyak sampah.

"Harusnya malu Anda sebagai warga Plered. Mungut sampah di Plered dilakukan oleh saya," tegas Kang Dedi.

"Ya ga malu pak," jawab sang mahasiswa sekenanya.

"Anda gak punya malu. Anda jangan ketinggian ngomong. orang yang berpikir seperti Anda membuat negara ga akan maju. Pinternya berteori, ngomongnya tinggi," beber Kang Dedi.

Sementara itu, sang mahasiswa yang seolah tak berkutik saat didebat Kang Dedi justru menunjukan ekspresi yang kurang sopan dari nada bicaranya.

Mahasiswa itu kembali menanyakan peran dan fungsi Dedi Mulyadi membersihkan sampah di Pasar Rebo Purwakarta.

"Saya sebagai warga Purwakarta bareng bersama ikatan pasar membersihkan sampah. Salahnya apa? Justru Anda harus malu, orang setingkat saya Dedi Mulyadi, Wakil Ketua Komisi IV mau mungut sampah, mau bersihkan lingkungan. Orang yang baru mahasiswa kaya anda lagunya udah kaya menteri," ujar Kang Dedi meluapkan emosinya.

Ketika sudah diskak soal keberadaan Kang Dedi bersihkan sampah, mahasiswa itu justru lompat ke masalah lain.

"Jadi begini kang, kita ini kan bukan persoalan terkait tentang sampah. Artinya disini ada perelokasian pedagang kaki lima yang memang tidak sesuai aturan kan pak," kata mahasiswa. "Sebentar dulu jangan lompat-lompat," sela Kang Dedi.

"Artinya kita ga bahas sampah disini," kata sang mahasasiswa. "Loh Anda bahas sampah dari tadi," kata Kang Dedi.

Lantaran tak ada titik temu, Kang Dedi mengajak mahasiswa itu untuk bersih-bersih ketimbang hanya sekadar berteori.

"Jangan kebanyakan artinya, saya juga pernah kuliah, saya juga pernah demo," kata Kang Dedi.

"Mahasiswa itu pinter tapi gak bisa nempatin diri," kritik Kang Dedi kepada mahasiswa itu.

Namun mahasiswa itu menolak ajakan bersih-bersih dengan alasan mau ada diskusi.

"Diajak bersih-bersih gak mau, ada agenda lagi," tutur Kang Dedi.

Sang mahasiswa berkilah siap mengerahkan teman-temannya untuk ikut bersih-bersih di lain waktu.

"Artinya kan kita punya kesibukan, jangan sepihak dong," jawab mahasiswa itu.(tribunnews.com/kompas.com)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved