Wija To Luwu
Wija To Luwu Akan Satukan KKL Raya dan KKTL, Buhari Kahar Muzakkar Usul Kriteria Calon Ketua Ideal
Beberapa nama calon ketua, Jenderal Marga Taufik, Andi Hatta Marakarma, Luthfi Andi Mutty, Prof Jasruddin, Dr Talib Mustafa, dan Arsyad Kasmar
"Selanjutnya dengan bersama Datu Luwu, kami menyampaikn pemikiran ini ke pengurus KKTL. Secara terbatas dari KKL Raya saya bersama Sekjen Dr Talib Mustafa dan dari KKTL Pak Dr Andi Arvin sebagai Ketua bersama Sekum H Jaya Lupu." jelas Buhari Kahar Muzakkar.
Menurut Buhari Kahar Muzakkar, pemikiran penyatuan dua paguyuban Wija To Luwu itu disambut baik dari KKTL dengan syarat Pengurus pusatnya berkedudukan di Jakarta.
"Gagasan untuk penyatuan dua organisasi peguyuban Wija To Luwu ini dan selanjutnya berpusat di Jakarta, mendapat dukungan secara dominan dari pengurus wilayah dan cabang-cabang se-Indonesia," kata Buhari Kahar Muzakkar.
Mengapa harus di Jakarta? Agar paguyuban Wija To Luwu tetap menjadi pilar utama di organisasi Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan atau KKSS.
"Ya memang lebih strategis jika paguyuban ini pusatnya berkedudukan di ibukota negara. Denga demikian diharap bisa lebih mudah untuk lobby-lobby seperti pembentukan Kabupaten Luteng dan Provinsi Luwu Raya," kata Buhari Kahar Muzakkar.
Bagi Buhari Kahar Muzakkar, penyatuan dua paguyuban Wija To Luwu atau penyatuan Kerukunan Keluarga Luwu Raya (KKLR) dengan Kerukunan Keluarga Tana Luwu atau KKTL adalah asa di penghujung masa jabatan.
"Spirit saya untuk penyatuan organisasi ini adalah diakhir kepengurusan saya sebagai Ketua KKLR, saya ingin mengantarkan paguyuban WTL ini dalam format yang lebih ideal, prinsipnya the only one paguyuban for Wija To Luwu," jelas Buhari Kahar Muzakkar.
Namun diskusi di tingkat pengurus, hal yang belum selesai adalah tentang nama organisasi penyatuan nanti.
"Dari pihak KKL Raya menginginkan tetap nama KKL Raya dengan alasan jaringannya yang sudah lebih besar dari Papua hingga di Sumatera. Dari pihak KKTL mengusulkan nama baru Kerukunan Keluarga Tana Luwu Raya atau KKTLR, dan ada juga yang mengusulkan kembali ke nama semula organisasi ini dibentuk yaitu KKL," jelas Buhari Kahar Muzakkar.
"Nama KKL ini memang bisa juga jadi solusi. Tetapi kekhawatiran saya kedepannya di tingkat cabang se-Indonesia bisa terbelah menjadi empat nama sesuai daerah kabupaten asalnya," ujar Buhari Kahar Muzakkar menambahkan.
Terkait calon Ketua ke depan, beberapa nama yang muncul ke permukaan seperti Jenderal Marga Taufik, Andi Hatta Marakarma, Luthfi Andi Mutty, Prof Jasruddin, Dr Talib Mustafa, dan Arsyad Kasmar.
"Dalam semangat penyatuan organisasi Wija To Luwu ini, kriteria ketua nanti tidak mesti bertempat tinggal di Jakarta, tetapi tentu setidaknya bisa mobile artinya minimal sering-sering berada di Jakarta," kata Buhari Kahar Muzakkar.
"Dan ada satu kriteria yang paling ideal untuk calon Ketua paguyuban Wija To Luwu, yaitu bersedia untuk tidak dicalonkan dalam momen politik apapun. Ini refleksi dari pengalaman pribadi saya," ujar Buhari Kahar Muzakkar.
Buhari Kahar Muzakkar pernah mencalonkan diri sebagai Calon Bupati Luwu dan Pilkada Luwu.
"Di di satu sisi secara etis seorang ketua tidak boleh memperalat paguyuban untuk kepentingan politiknya dan sisi lain juga baju yang kita pakai ini terasa kesempitan untuk komunitas lainnya. Tetapi tentang ini sepenuhnya kembali ke peserta Munas," jelas Buhari Kahar Muzakkar.
Selain itu, Buhari Kahar Muzakkar juga pernah menjadi anggota DPRD Sulsel dan Sekretaris DPW PAN Sulsel.
Kini Buhari Kahar Muzakkar tercatat sebagai Ketua Majelis Pengawas Partai Ummat Sulsel. (*)