Video Call Terakhir dari Papa
Sampai di hari terakhir, dokter meminta ada keluarga yang menemani pasien di dalam kamar, karena kondisinya makin lemah.
Penulis: Ina Maharani | Editor: Sudirman
Laporan Wartawan Tribun Timur Ina Maharani
KEHADIRAN teknologi telepon selular hingga jaringan interne, sangat membantu kbutuhan manusia. Kini sudah menjadi kebutuhan pokok manusia.
Tak hanya sehari-hari baik saat santai maupun dalam bekerja, tapi juga dalam berbagai aspek lainnya, termasuk ketika sakit atau ada anggota keluarga yang sakit.
Hal ini dirasakan oleh keluarga almarhum Soeprapto Budisantoso.
Soeprapto adalah salah seorang warga Makassar, yang meninggal dunia 24 Desember 2020 lalu di ruang perawatan Covid-19, RS Labuang Baji, Makassar.

Soeprapto meninggal di usia 67 tahun, usai sekitar 10 hari dirawat di rumah sakit.
Dikisahkan Dian, anak Soeprapto, ayahnya masuk ke rumah sakit tersebut, dengan keluhan hilang penciuman, setelah beberapa hari sebekumnya sempat demam, diare, dan batuk.
“Beliau kemudian berinisiatif memeriksakan diri ke rumah sakit. Lalu karena hasil antigen positif, langsung masuk ruang isolasi covid,” ceritanya.
Sejak masuk, praktis Soeprapto hanya bisa berhubungan dengan keluarga melalui sambungan internet.
Setiap hari, Dian dan ibu beserta saudara-saudaranya berkabar melalui pesan WhatsApp. “Untungnya jaringan Indosat, kartu selular yang papa pakai, di rumah sakit bagus, jadi tidak ada halangan saat berkomunikasi dengan kami keluarganya,” ujar Dian.
Di awal-awal masuk rumah sakit, Soeprapto disebut masih aktif berkomunikasi. Setiap hari, baik hanya berbagi kabar pemeriksaan ataupun mengirim foto kondisinya.
“Saya ingat, papa waktu itu masih ikut rapat online pekerjaan dari rumah sakit. Karena di awal kondisinya masih baik. Masih bisa duduk dan berkomunikasi,” cerita Dian.
Hari berlalu,kondisi Soeprapto makin memburuk. Komunikasi masih ada, meski jarang. “Kami masih saling kirim pesan, sesekali video call. Saya ingat ada momen papa tidak balas whatsapp hingga pagi. Saat itu kondisi mulai turun,” kisah Dian.
Sampai di hari terakhir, dokter meminta ada keluarga yang menemani pasien di dalam kamar, karena kondisi Soeprapto makin lemah. “Kakak saya masuk menemani papa, karena harus pindah ke ICU,” cerita Dian.
“Di malam itu, melalui ponsel papa, kakak menelepon menggunakan whatsapp group. Kondisi papa sudah lemah, pakai selang udara yang menutup mulut dan hidung, beliau sempat mendadah-dadah ke kami keluarga, dan cucu di rumah,” ujarnya,
Siapa sangka, video call malam itu adalah terakhir kali keluarga Soeprapto melihatnya. Karena itu adalah malam terakhir ia sadar.