Pesona Desa Maros
Dukung Pertanian Rendah Emisi di Desa Salenrang, Balai PPI Karhutla Kenalkan Teknologi Rendah Karbon
Sejak 2020 pemerintah dan masyarakat Desa Salenrang telah mencanangkan program pertanian alami rendah karbon untuk meminimalisir pemanasan global.
Penulis: Hutami Nur Saputri | Editor: Edi Sumardi
Pertanian alami juga dimaksudkan untuk menghasilkan pangan yang sehat melalui perbaikan ekosistem dengan menggunakan input pertanian lokal serta perbaikan pranata kehidupan sosial dan praktek bertani yang lebih berkesetaraan gender.

Selain itu, Armin juga menjelaskan prinsip, kekuatan, dan metode pertanian alami.
Menurutnya, setidaknya ada 6 kekuatan pertanian alami, yaitu ramah lingkungan, hasil tinggi, biaya rendah, kualitas yang baik, bisa diaplikasi, dan menghargai kehidupan.
Tentu saja outputnya adalah perbaikan lingkungan hidup dan perubahan iklim untuk mengurangi resiko pemanasan global.
Petani yang memahami dan melakukan praktik pertanian alami akan menjadi sahabat alam sekitarnya.
Sahabat alam akan menghayati dan memperlakukan alam secara arif dan cerdas sebagai sebuah harmoni yang harus dinikmati proses dan tahapannya tanpa terburu-buru.
Singkatnya, rahasia pertanian alami adalah tidak memberi nutrisi sarat zat gizi yang sama kepada tanaman dalam setiap tahap perkembangannya.
Memberi nutrisi yang tidak dibutuhkan tanaman bukannya menyehatkan, tetapi justru menimbulkan penyakit.
Dengan demikian pertanian alami akan efektif bila dilakukan dengan benar sesuai kebutuhan, waktu, dan tahap pertumbuhan tanaman, yakni tepat nutrisi, waktu, dosis, sasaran dan sesuai pertumbuhan.
Misalnya pra pertumbuhan, pertumbuhan, dan peralihan serta masa reproduksi.
“Ingat, petani adalah pelatih hidup bukan pengurus penyakit tanaman. Biarkan penyakit tanaman menjadi urusan tanaman, jangan diambil alih. Tugas petani hanya menjaga nutrisi tanah dan nutrisi tanaman” jelas Armin.
Apabila dilakukan dengan benar, maka pemberian nutrisi pada tanah/lahan hanya 1 sampai 3 tahun.
“Setelah itu lahan akan normal kembali sehingga tidak perlu penggunaan nutrisi karena sudah diproduksi sendiri secara alami sesuai fungsi mikro organisme ekosistem yang ada” tambah Armin.
Armin pun menjelaskan bahwa setidaknya ada 13 ramuan penting yang harus dikuasai oleh petani.
Ramuan tersebut diantaranya mikroorganisme lokal, fermentasi jus tanaman, nutrisi rempah, bakteri asam laktat, asam amino ikan, kalsium larut air, kalsium fosfat larut air, asam fosfat larut air, air mineral bakteri, cuka beras merah, penarik serangga, air laut, dan kompos campur.
Melihat antusias dan keseriusan peserta, Armin dengan penuh semangat menjelaskan ramuan-ramuan tersebut satu persatu secara detail dan jelas.
Termasuk menjelaskan ramuan alami sari bambu untuk manusia, hewan, dan tumbuhan.
Sebelum mengakhiri, Armin menyimpulkan bahwa setelah memahami apa, mengapa, dan bagaimana pertanian alami rendah emisi, pilihan akhirnya tetap dikembalikan kepada peserta sebagai petani.
Apakah ingin meneruskan sistem pertanian konvensional yang sarat dengan input kimia yang hasilnya tidak saja menghasilkan pangan kualitas rendah, tetapi juga menurunkan kesuburan lahan pertanian dan membuat petani tidak mandiri.
Atau kembali bersahabat dengan alam dan membangun kedaulatan petani serta merintis jalan kesejahteraan dengan sistem pertanian alami?
“Yang pasti, jangan hanya mewariskan tanah, tetapi juga mewariskan ilmu dan kehidupan” pesan Armin mengakhiri.
Baca juga: Pemerintah Kecamatan Simbang Gencarkan Serbuan Vaksinasi Covid-19 di Kantor Desa Sambueja