Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Jenderal Bintang Lima

Hanya Ada 3 Jenderal Bintang Lima di Indonesia, Pejuang Masa Perang dan Isi Kemerdekaan, Siapa Saja?

Inilah jenderal bintang lima, pangkat tertinggi di TNI dan sejarah mencatat 3 tokoh ini mendapat kehormatan jenderal bintang lima, selain Soeharto?

Editor: Arif Fuddin Usman
Istimewa
Panglima Besar Jenderal Soedirman dalam Pertempuran Ambarawa. Ini peta pikiran Pertempuran Ambarawa. 

Sebagai komandan, Soedirman rupanya sangat dicintai oleh anak buahnya karena sangat memperhatikan kesejahteraan prajurit.

Ia tidak segan-segan untuk bersitegang dengan opsir-opsir Jepang. Namun, karena itu ia justru dicurigai.

Jepang sempat berniat "menjebak" Soedirman dengan membawanya dan beberapa orang perwira PETA lainnya ke Bogor dengan dalih akan mendapat lanjutan pada Juli 1945.

Sebetulnya saat itu Jepang berniat untuk membuang Soedirman.

Niat itu tak terlaksana karena Jepang menyerah kepada Sekutu pada 14 Agustus 1945, Soedirman pun kembali ke Banyumas.

Setelah Indonesia merdeka, Soedirman terpilih menjadi ketua Badan Keamanan Rakyat (BKR) Karasidenan Banyumas.

Tak lama kemudian ia diangkat sebagai Komandan Divisi V Tentara Keamanan Rakyat (TKR) setelah BKR meleburkan diri ke TKR.

Pada 12 November 1945, Soedirman pun dipilih sebagai pimpinan tertinggi TKR karena pemegang jabatan itu, Soeprijadi, tidak pernah muncul.

Bersamaan dengan itu, Soedirman menghadapi ancaman pihak sekutu di Magelang dan Ambarawa.

TKR berhasil memukul mundur melalui pertempuran di Ambarawa.

Pada 15 Desember 1945, Soedirman dilantik oleh Presiden Soekarno sebagai panglima besar TKR dengan pangkat jenderal.

Soedirman kerap kali berbeda pendapat dengan pemerintah dalam menghadapi agresi militer Belanda.

Sebagai militer, ia ingin pertentangan diselesaikan melalui cara-cara militer, sedangkan pemerintah ingin menempuh jalan diplomasi.

Soedirman pun rela berperang dengan Belanda melalui gerilya meski saat itu ia menderita penyakit TBC (tubercolosis).

Paru-parunya hanya berfungsi 50 persen. Pada Desember 1948, Soekarno sempat menasihati Soedirman agar kembali ke rumah karena sakit.

Halaman
1234
Sumber: Grid.ID
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved