Ikatek Unhas
Tanggap Bencana Banjir dan Longsor di Walenrang, Tim Reaksi Cepat Ikatek Unhas Aktifkan Air Bersih
Aksi-aksi yang dilakukan tim Ikatek Unhas dan Bersama Berbagi di setiap musibah adalah kebutuhan darurat, salah satunya mengaktifasi air bersih
Penulis: Arwin Ahmad | Editor: Arif Fuddin Usman
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Team Reaksi Cepat Ikatan Alumni Teknik Universitas Hasanuddin ( Ikatek Unhas) hadir sebagai relawan di musibah banjir dan longsor di Walenrang, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan, Rabu (6/10/2021).
Aksi-aksi yang dilakukan tim Ikatek Unhas dan Bersama Berbagi di setiap musibah adalah kebutuhan darurat, salah satunya mengaktifasi kebutuhan air bersih.
Seperti dijelaskan Koordinator Tim Reaksi Cepat Ikatek Unhas Muh. Syukri Turusi, pihaknya menyediakan tandon air besir dan lengkap dengan jaringan pipa air.
"Adapun penyediaan air bersih untuk warga yang menjadi korban banjir dan longsor diambil dari mata air di sebelah sungai," ujar Syukri dalam rilis ke tribun-timur.com.
"Jarak mata air dari tandon sekitar 120 meter dari rumah warga. Insya Allah bisa memenuhi kebutuhan warga," lanjutnya.
Dalam usaha memasang pipa dari tandon dan sumber mata air, setidaknya medannya cukup menantang.
Pasalnya untuk pipanisasi guna mengalirkan air bersih ke tempat penampungan air bersih warga, harus menyeberangi sungai.

"Arus air sungai cukup deras. Jadi tim harus bergelantungan di jembatan gantung yang rusak untuk memasang pipa untuk alirkan air dari mata air," jelas Syukri.
Tokoh masyarakat Desa Siteba Sallang mengucapkan banyak terima kasih atas dukungan Relawan Ikatek Unhas.
Tim Reaksi Cepat Ikatek Unhas sendiri akan bersama pengungsi selama beberapa hari ke depan.
Terlebih masih banyak warga yang trauma pasca musibah banjir bandang dan tanah longsor di desa mereka.
"Terima kasih Nak. Rumahku hilang disapu air banjir Nak," ucapnya lirih sambil mengusap air matanya yang mulai mengalir.
Sallang menjelaskan ada tiga rumah yang hanyut tersapu banjir dan 2 lainnya mengalami kerusakan sedang.
"Jembatan kami juga rusak parah nak, susah mi kami mau jual hasil kebun dan belanja keperluan sehari-hari," ucapnya.
Tampak memang, jembatan gantung yang menjadi akses warga Desa Siteba rusak parah dan tak lagi bisa dilalui.