Timor Leste
Gegara Ini, Timor Leste Kini Bisa Nikmati Sumur Minyaknya Setelah Puluhan Tahun Disedot Australia
Carnarvon mengklaim, ada kemungkinan besar Buffalo-10 akan mengkonfirmasi proyek ekonomi.
Sementara jika biaya pembangunan kurang dari USD 450 juta ($15/barel), maka pemerintah Timor Leste akan menerima lebih banyak.
Kini Timor Leste ikut menikmati hasil ladang minyak yang berada di wilayahnya tersebut.
Tetapi itu hanya apa yang disisakan Australia, karena sejak 1960-an, Australia sendiri dilaporkan telah menambang tiga ladang minyak di Laut Timor, yaitu Buffalo, Laminaria, dan Corallina, hingga habis.
Bahkan, sebelum menikmati hasil kekayaan alamnya tersebut, Timor Leste juga harus menghadapi sengketa wilayah laut dengan Australia, yang mencakup ladang minyak dan gas.
Saat itu, dengan lepasnya wilayah Timor Leste dari Indonesia pada tahun 1999 dan secara resmi jadi negara pada 2002, perjanjian Celah Timor antara Indonesia dan Australia tak berlaku lagi.
Tak lama setelah kemerdekaannya, Timor Leste dan Australia pun menyepakati perjanjian bagi hasil dari eksploitasi sumber minyak dan gas di kawasan Greater Sunrise.
Namun, Timor Leste menyebut kesepakatan itu tidak adil.
Pada tahun 2013, Timor Leste mengajukan kasus ke Mahkamah Arbitrase Permanen Den Haag untuk keluar dari perjanjian gas yang ditandatanganinya bersama Australia tahun 2006, setelah skandal spionase dalam perundingan perjanjian tersebut mencuat.
Penyadapan itu baru terbongkar pada 2012 dibongkar oleh Saksi K, bertahun-tahun setelah perjanjian tersebut ditandatangani.
Melansir redflag.org.au (15/8/2018), dilaporkan pada tahun 2004, Menteri Luar Negeri Alexander Downer memimpin operasi Badan Intelijen Rahasia Australia (ASIS) untuk memasang alat pendengar di kantor-kantor pemerintah Timor Leste.
Disebut, operasi itu dilakukan di bawah kedok proyek bantuan, bertujuan untuk memberi Australia keuntungan dalam negosiasi perbatasan laut baru antara kedua negara.
Penyadapan ASIS terhadap kantor pemerintah Timor Leste kemudian diketahui oleh agen yang bertanggung jawab atas operasi tersebut.
Baru pada tahun 2018, akhirnya Timor Leste dan Australia menandatangani Perjanjian Batas Maritim baru, di mana Timor Leste masih harus menunggu lebih dari setahun sampai perjanjiajn tersebut diratifikasi.
Pada 29 Juli 2019, parlemen Australia dan Timor Leste akhirnya sepakat meratifikasi batas maritim sesuai dengan Konvensi Hukum Laut Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Kesepakatan dipastikan berlaku setelah parlemen Australia menyetujui penerapan perjanjian perbatasan maritim melalui sebuah pemungutan suara.