Tribun Sidrap
Setelah Viral Video Guru & Siswa Seberangi Sungai Pakai Rakit, Pemkab Sidrap Janji Bangun Jembatan
Hanya saja, kata dia, jembatan itu merupakan tanggung jawab pemerintah pusat. Yakni Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS).
Penulis: Nining Angraeni | Editor: Saldy Irawan
Kadang ada yang naik motor dan ada juga yang berjalan kaki untuk sampai ke sungai.
"Sampai di sungai, siswa baru naik rakit. Kalau sudah menyeberang, mereka jalan kaki lagi kurang lebih 500 m untuk sampai ke sekolah," terangnya.
Hasmi menjelaskan, sungai hanya bisa dilewati saat aliran sungai tidak begitu deras.
Jika deras ataupun hujan lebat, mereka harus menunggu lebih lama sampai situasi reda.
"Beberapa kali mereka terjebak dan tidak bisa pulang. Karena saat hendak pulang hujan deras, aliran sungai juga deras sehingga mereka terpaksa menunggu lama. Bahkan ada siswa saya yang menangis karena sudah lapar," jelasnya.
Ia mengatakan tidak ada jalan lain kecuali menyeberang menggunakan rakit dan berjibaku dengan derasnya arus sungai.
Hal itu lantaran jembatan penghubung antara Desa Belawae Timur dan Desa Belawae Barat ambruk sejak tahun 2020.
"Sejak jembatan ambruk diterjang banjir bandang, akan sulit menyeberang saat air tinggi. Jadi harus menggunakan rakit. Tapi, jika tak hujan, masih bisa dilewati. Tapi Alhamdulillah, murid tetap antusias meski perjuangan melintasi sungai cukup berat," tambahnya.
Hasmi berharap, pemerintah Kabupaten Sidrap segera membangun jembatan.
Hal itu agar akses pelajar dan aktivitas masyarakat sekitar kembali bisa berjalan normal.
"Kami berharap segera dibangunkan jembatan agar memudahkan kami. Semoga nasib anak-anak di sini bisa di perhatikan," imbuhnya.
Laporan wartawan Tribunsidrap.com, Nining Angreani.