Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Citizen Analisis

Mainstreaming Entrepreneur Prof Husain Syam Bukan Jargon

Dengan cekatan Prof Husain Syam mengajukan pentingnya meningkatkan pendidikan entrepreneur. Saya menyebutnya mainstreming entreprenuer

Editor: AS Kambie
UNM
Rektor UNM Prof Husain Syam. 

Oleh Mulawarman
Jurnalis, Alumni FE Unhas

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Pandemi mengubah dunia dalam waktu cepat. Tidak terkecuali sektor pendidikan.

Bila selama ini kita tidak terlalu aware dengan pendidikan jarak jauh, maka Covid mempercepat perubahannya.

Teknologi internet menjadi piranti pendukung utama. Siswa atau mahasiswa, sekolah dan kampus, guru dan dosen, harus berubah.

Tidak ada yang bisa memprediksi pandemi ini kapan akan berakhir. Itu artinya, prospek pendidikan kita di masa depan adalah menguatnya penggunaan teknologi jarak jauh dalam pendidikan.

Seperti diprediksi oleh sebuah lembaga pemerhati pendidikan di Amerika, Educase, bahwa pandemi telah meningkatkan trend pendidikan jarak jauh. Guru atau dosen dituntut harus secara kreatif menyampaikan perkuliahan, melalui alat bantu, seperti laptop atau semacamnya.

Mainstreaming Entrepreneur

Dalam mengatasi perubahan ini, menarik menyimak salah satu pemikiran guru besar dalam bidang pendidikan teknik UNM, Prof Husain Syam yang dalam satu diskusi dengan penulis di ruang kerjanya di Kampus UNM, dua pekan lalu.

Dengan cekatan Prof Husain Syam mengajukan pentingnya meningkatkan pendidikan entrepreneur. Saya menyebutnya mainstreming entreprenuer education atau pengarusutamaan pendidikan entrepeneur di seluruh tingkat satuan pendidikan, khususnya di perguruan tinggi.

Bila ada sejumlah kampus yang baru gembor-gembor tentang pentingnya entrepreneur, Rektor UNM Prof Husain Syam ini rupanya telah lebih dulu menerapkannya.

Tidak hanya di ruang kelas, namun juga dalam bentuk praktik. Prof Husain Syam mengintegrasikan antara keterampilan entrepreneur dan inkubator bisnis yang berfungsi menjembatani mahasiswa dan para pelaku bisnis.

Gagasan ini seperti mengingatkan kita akan konsep Menteri Pendidikan Nadiem Makariem, tentang Kampus Merdeka dan Merdeka Belajar.

Bagaimana pendidikan entrepeneur berperan mengatasi Covid-19? Pandemi ini sejak awal unpredictabel. Datang dengan mengubah tatanan hidup kita semua. Dari sosial, budaya, politik hingga ekonomi.

Semua disiplin ilmu memberikan konstribusinya. Ilmu kedokteran jelas konstribusinya. Ilmu ekonomi pun tak ketinggalan, melalui sejumlah resep seperti relaksasi dan stimulus fiskal yang dibutuhkan untuk mengendalikan pertumbuhan ekonomi dari tekanan Covid-19.

Namun, yang kurang dari disiplin ilmu itu adalah penguatan skill entrepreneur bagi seluruh masyarakat, dimulai dari anak-anak muda yang duduk di bangku kuliah. Ini polanya dari bawah. Bottom up. Inisiatif yang muncul dari para praktisi pendidikan.

Pendidikan entrepeneur di sini berarti konsep edukasi yang bertujuan memberi motivasi ke anak-anak muda agar kreatif dan inovatif mengerjakan sesuatu hal. Polanya mengajak mereka jadi lebih produktif.

Upayanya diarahkan guna membekali anak-anak muda agar bisa cepat dalam merespon perubahan dan memahami kebutuhan sosial ekonomi masyarakat.

Disebutkan Prof Husain Syam, ada paling tidak 10 karakter mahasiswa yang entrepreneur, yaitu: berorientasi pada tujuan, komitmen pada usaha, berkembang dengan tantangan, inovasi dalam menemukan peluang, selalu aktif, selalu termotivasi menemukan hal baru, punya kemampuan komunikasi yang efektif, kreatif, berkpribadian positif, dan berani mengambil risiko.

Pendidikan entrepreneur adalah menyiapkan para mahasiswa dengan 10 karakter itu.

Hanya saja, keterbatasan yang terjadi di lapangan, adalah ilmu ini hanya diberikan secara teori. Dua kemungkinan, bisa karena dosennya tidak paham, atau diajarkan oleh bukan orang yang tepat seperti tidak punya pengalaman entrepeneur.

Mengutip ahli pendidikan dunia Marlin Hoffman, dalam Journal of Entrepreneurship Education yang berjudul Entrepreneurship Education Required in the Future (2020), Prof Husain Syam mengatakan, pendidikan entrepeneur di kampus saat ini terjebak dalam ilmu manajemen dan ekonomi, bukan sebagai ilmu yang lekat dengan praktik.

Ia membedakan mengajar untuk (teaching for) dan mengajar tentang (teaching about) pada konteks disiplin ilmu entrepreneur.

Yang pertama fokus pada belajar pengalaman, skill, kompetensi, bakar, dan nilai/karakter diri seorang wirausaha.

Yang kedua, lebih pada transfer pengetahuan subjek pengetahuan tentang wirausaha.

Yang pertama target implementasinya di lapangan. Utamanya bagaimana mahasiswa memiliki mental tangguh, kreatif, dan berani mengambil risiko. Sehingga siap punya bisnis mandiri dan membuka lapangan kerja selepas lulus dari kampus.

Lebih Siap

Dalam konteks Covid-19 ini, siswa dengan keterampilan entrepreneur pastinya lebih siap, adaptif, antisipatif serta kreatif dalam menghadapi perubahan yang cepat. Yang tak kalah ketinggalan adalah skill manajemen krisis yang dimiliki oleh mereka, dalam mengelola dampak pandemi ini pada ekonomi.

Konkretnya, pendidikan entrepeneur saat ini harus bisa untuk memperkuat pada keterampilan problem solver yang dihadapi oleh para mahasiswa, anak-anak muda untuk berbisnis di dunia digital, e-commerce. Letak pendampingannya adalah memberi pengetahuan tentang skema produksi, skill pemasaran, hingga pengaturan arus keuangan.

Data Bank Indonesia (2020) menyebutkan bahwa bisnis e-commerce mengalami peningkatan luar biasa. Pada tahun 2019 , estimasi Rp253 triliun meningkat dari tahun 2018 yang jumlahnya Rp205,5 triliun.

Naik lagi pada tahun 2020 peningkatan terjadi hingga Rp337 triliun. Pelakunya adalah mayoritas anak-anak muda dan rerata masih menempuh pendidikan di perkuliahan.

Gagasan Husain Syam ini ini rupanya telah dibuktikan secara ilmiah dalam sejumlah jurnal internasional.

Antara lain yang ditulis oleh Ratten dan Jones di International Journal of Management Education (2020), yang berjudul: Covid-19 and Entrepreneurship Education: Implications For Advancing Research And Practice.

Disebutkan bahwa krisis pandemi Covid ini telah memberikan peluang untuk memberikan perhatian yang lebih pada pentingnya pendidikan entrepeneur bagi masyarakat. Yaitu dengan management of crisis yang diajarkan ke masyarakat. Tabe.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved