KH Iskandar Tompo Tutup Usia
Mukhtar Tompo Gelari KH Iskandar Tompo Sebagai Sosok Perjuang Tiga Dimensi di Sulsel
KH Iskandar Tompo pernah berpesan kepada Mukhtar Tompo untuk melanjutkan perjuangan di parlemen DPRD Sulsel.
TRIBUN-TIMUR.COM- Salah satu murid KH Iskandar Tompo, Mukhtar Tompo menceritakan pengalamannya dengan ulama Muhammadiyah Sulawesi Selatan ini.
Mukhtar Tompo pun menemui KH Iskandar Tompo saat baru menjadi anggota DPRD Sulsel tahun 2009 lalu.
“Saat saya menjabat sebagai anggota DPRD Sulsel, saya diberikan amanah khusus untuk melanjutkan beberapa sesi perjuangan beliau,” kata mantan legislator Partai Hanura ini ke Tribun, Jumat (3/9/2021).
Ia menyampaikan, Iskandar Tompo selalu memberikan dukungan dan wejangan kepadanya saat menjadi aktivis Muhammadiyah.
“Sejak saya aktivis mahasiswa saya selalu bertukar pikiran, ketika itu beliau menjadi anggota DPRD Sulsel, Alhamdulillah saya laksanakan. Setelah saya menjadi anggota DPR RI, jika ada agenda saya, beliau selalu hadir, yang penting diinfokan,” katanya.
Ia pun menyampaikan, dari informasi istri dan anak-anak, Iskandar Tompo menyembut nama Mukhtar Tompo.
Baca juga: KH Iskandar Tompo, Satu Lagi Generasi Emas Muhammadiyah Tinggalkan Warga Persyarikatan
“Beberapa bulan terakhir ini beliau banyak menyebut nama saya, banyak harapan-harapan beliau yang senafas dengan saya, Insya Allah saya akan menjalankan amanah itu,” katanya.
Politisi Partai Amanat Nasional (PAN) ini menganggap KH Andi Iskandar Tompo adalah sosok ulama kharismatik yang menerapkan konsep perjuangan tiga dimensi secara Kaffah.
“Karena perjuangannya melalui dakwah, perkaderan dan politik praktis secara bersamaan. Beliau Konsisten berjuangan atas dasar keyakinan akan kebenaran dalam Hukum Agama dan Negara secara bersamaan,” katanya.
Setahu mantan legislator DPR RI ini, Iskandar Tompo konsisten menjalankan Khittah Muhammadiyah hasil perumusan di Denpasar tahun 2002.
“Bahwa peran dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dapat dilakukan melalui dua strategi dalam lapangan perjuangan,” katanya.
Pertama, melalui kegiatan politik yang berorientasi pada perjuangan kekuasaan/kenegaraan, real politics dan politik praktis.
Baca juga: Dua Politisi Didikan Iskandar Tompo Ikut Usung Jenazah Ulama Muhammadiyah

Kedua, melalui kegiatan kemasyarakatan yang bersifat pembinaan atau pemberdayaan masyarakat maupun kegiatan politik tidak langsung (high politics) yang bersifat mempengaruhi kebijakan negara dengan perjuangan moral (moral force) untuk mewujudkan kehidupan yang lebih baik di tingkat masyarakat dan negara sebagaimana dilakukan oleh kelompok kepentingan (interest groups).
Secara khusus Iskandar Tompo pernah menyampaikan bahwa apa yang dilakukannya senafas dengan Khittah Muhammadiyah hasil kesepakatan Ujung Pandang tahun 1971 yang telah menghasilkan rumusan penting saat itu.
“Muhammadiyah adalah Gerakan Da’wah Islam yang beramal dalam segala bidang kehidupan manusia dan masyarakat, tidak mempunyai hubungan organisatoris dengan dan tidak merupakan afiliasi dari sesuatu partai politik atau organisasi apapun,” kata MT menirukan perkataan Iskandar.