Gibran Rakabuming Tantang Seniman Mural Soroti Pemerintah Solo Datang ke Depan Wajahnya
Anak sulung Presiden Jokowi, Gibran Rakabuming Raka menantang seniman mural yang soroti kinerja pemerintah Solo untuk datang di depan wajanya.
TRIBUN-TIMUR.COM - Anak sulung Presiden Jokowi, Gibran Rakabuming Raka menantang seniman mural yang soroti kinerja pemerintah Solo untuk datang di depan wajanya.
Yap, sebelumnya diberitakan berbagai mural di jalanan berbagai kota di Indonesia seakan menyindir pemerintah di masa PPKM ini.
Sebelumnya dikutip tribuntmur dari Kompas.com via GridHot, sempat heboh mural foto Jokowi 404: not found yang kemudian dihapus oleh pihak berwenang setempat.
Sejak saat itu, seakan memicu keramaian mural yang sindir pemerintah juga muncul di berbagai sudut di kota Solo.
Menyampaikan kritik kepada pemerintah lewat mural belakangan gencar dilakukan masyarakat, tak terkecuali di Solo, tempat putra Presiden Jokowi, Gibran menjadi wali kota.
Dikutip Gridhot dari Tribunstyle, baru-baru ini di Solo muncul beberapa mural baru di tembok perkotaan.
Dikutip dari Kompas.com, tulisan bernada sindiran itu tertulis demikian, 'Pray For PKL! Indonesiaku Lagi, Sakit'.
Kemudian pada dinding bangunan yang lain berbunyi 'Negaraku Minus Nurani #RIP Pemerintah'.
Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka menanggapi mural-mural tersebut.
Ia meminta warga yang menulis sindiran kepada pemerintah di tembok di Jalan Kusumoyudan, Banjarsari, untuk menemui dirinya.
"Siapa yang bikin vandalisme silakan ketemu saya. Kalau ada hal-hal yang misalnya dikeluhkan silakan ketemu saya," terang Gibran kepada wartawan di Solo, Selasa (24/8/2021).
Menurut Gibran, aksi vandalisme yang menyindir pemerintah mulai bermunculan setelah pemerintah pusat menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).
Namun, kata Gibran, selama PPKM tersebut pemerintah juga memberikan bantuan kepada masyarakat terdampak.
"Di Solo orang sakit semuanya kita jamin, semua bisa berobat. Anak-anak kita jamin bisa sekolah," ungkap dia.
Sementara itu, menurut warga setempat, Dwi Setiawan, dirinya tidak mengetahui siapa yang membuat coretan di tembok itu.
Aksi vandalisme itu, kata Dwi, memang muncul sejak pemerintah menerapkan kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat.
"Saya tidak tahu siapa yang membuat coretan itu. Di sini saja (tempatnya) juga dicoret kok. Aksinya malam-malam kayaknya," kata dia.