Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Timor Leste

Ingat Eurico Guterres? Milisi Pejuang Tentang Timor Leste Merdeka dari NKRI, Kini Dapat Penghargaan

Semoga masih ingat Eurico Guterres? Milisi Pejuang menentang Timor Leste Merdeka dari NKRI, Kini Dapat Penghargaan dari Jokowi; Bintang Jasa Utama

Penulis: Arif Fuddin Usman | Editor: Mansur AM
kupang.tribunnews.com
Sosok Eurico Gutteres tokoh penentang kemerdekaan Timor Leste dari Indonesia. Hari ini Eurico Gutteres dapat penghargaan Tanda Kehormatan Bintang Jasa Utama dari Presiden RI Jokowi Kamis (12/8/2021) hari ini 

Menjadi salah satu kelompok peserta Operasi Seroja yang melakukan invasi militer ke Timor Timur pada tahun 1975.

Satu Permintaan ke Indonesia

Saat sebagian besar warga Timor Leste memaksa merdeka, ada sosok yang tetap ingin gabung Indonesia.

Sosok yang pro Negara Kesatuan Kesatuan Indonesia atau NKRI tersebut adalah Eurico Guterres

Nah, setelah 15 tahun Timor Leste merdeka, tiba-tiba Minta Ini ke Indonesia?

Timor Leste mungkin memilih lepas dari Indonesia sebagai negara merdeka, setelah melalui perjuangan panjang.

Bahkan dalam referendum tahun 2002, sebagian besar orang Timor Leste memilih untuk merdeka.

Akan tetapi, bukan berarti semua rakyat Timor Leste menginginkan kemerdekaan, nyatanya ada beberapa dari mereka yang memiliki jiwa NKRI.

Salah satunya adalah Eurico Guterres, dia adalah pemimpin milisi di Timor Leste yang pro dengan Indonesia.

Namanya mungkin tak setenar Alfredo Reinado, namun dia adalah sosok yang berada di pihak Indonesia meski orang Timor Leste.

Minta Dipulihkan Namanya

Menurut UCA News, setelah kemerdekaan Timor Leste, Eurico Guterres juga pindah ke Indonesia.

Namun, 15 tahun setelah Timor Leste merdeka, Eurico Guterres, ternyata sempat memohon hal ini kepada Indonesia.

Tahun 2017, setelah 15 tahun Timor Leste merdeka, Eurico Guterres menuntut pemerintah Indonesia memulai proses untuk mengeluarkan mereka dari daftar kejahatan serius PBB.

Hal itu supaya bisa memudahkannya dalam bepergian ke luar negeri.

Keluhan tersebut menyebabkan 1.000 mantan pejuang pro Indonesia, yang turun ke jalan-jalan Kupang, berjuang untuk Indonesia.

Nasib mereka sangat kontras dengan perlakuan pahlawan yang diberikan kepada anggota senior angkatan bersenjata Indonesia termasuk pemimpin kampanye Timor Timur.

Misalnya pensiunan jenderal Wiranto, yang pernah menjadi menteri di kabinet Presiden Joko Widodo periode pertama.

Eurico Guterres, mantan pemimpin pejuang pro-Jakarta, memohon kepada pemerintah Indonesia untuk memperjuangkan kepastian hukum bagi 403 warga Timor Leste.

Pasalnya, nama mereka masih dalam daftar 'kejahatan serius' PBB terkait kekejaman selama pendudukan Indonesia di Timor Timur.

Dia mengajukan banding kepada Wiranto, yang waktu itu menjabat sebagai Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan.

Sosok Wiranto pula yang menjadi komandan selama pemungutan suara berdarah 1999 untuk kemerdekaan Timor Timur.

"Saya salah satu dari 403 eks warga Timor Timur dan juga Pak Wiranto yang masuk daftar 'kejahatan berat'," katanya.

"Tapi sekarang Wiranto bisa pergi kemana-mana, sementara kami dilarang di mana-mana," ujarnya kepada ucanews.com.

Pada tahun 2003, Wiranto bersama enam jenderal lainnya dituduh oleh Unit Kejahatan Berat PBB bertanggung jawab untuk melatih dan mempersenjatai milisi pro-Jakarta.

Mereka bergabung dengan militer Indonesia dalam membunuh lebih dari 1.000 orang dan memaksa 250.000 orang Timor Leste meninggalkan rumah mereka sebelum dan sesudahnya referendum kemerdekaan.

Guterres mengatakan, meskipun mereka diberikan kewarganegaraan Indonesia setelah perang, mereka tidak dapat meninggalkan Indonesia, termasuk bepergian ke Timor-Leste untuk menemui anggota keluarga karena nama mereka masih ada di daftar PBB.

Selalu Pulang Timor Leste

Pejuang pro integrasi Timor Timur itu ternyata punya adik kandung yang sudah tiga kali menjadi camat di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.

"Ini kali ketiga saya jadi camat di Banyuwangi. Saya lulus STPDN tahun 1997," kata Anacleto Da Silva di Kecamatan Kalipuro, Banyuwangi, beberapa waktu lalu.

Adik Gutteres ini adalah Camat Kalipuro. Sebelumnya Anacleto menjadi kepala Bagian Pembangunan Pemkab Banyuwangi.

Dia juga pernah menjadi camat di Kalibaru dan Songgon yang berbatasan dengan Kabupaten Jember.

Kecamatan Kalipuro yang dia pimpin memiliki 72 ribu warga. Ada sekitar 81 industri di wilayah administratifnya.

Cleto, sapaan akrab pria kelahiran Timor Leste tahun 1975 ini menyebut ada perubahan signifikan menyangkut kesejahteraan warga Banyuwangi.

Dia membandingkannya dengan saat pertama ditempatkan sebagai PNS di Banyuwangi pada 1997 silam.

"Jangankan 20 tahun lalu, tujuh tahun lalu saja kalau satu rumah punya sepeda motor itu sudah sangat bagus. Sekarang satu rumah rata-rata ada tiga motor. Bahkan sudah banyak yang punya mobil," ujar pria yang menikahi wanita Banyuwangi ini.

Cleto hanya berselisih dua tahun dengan kakaknya, Eurico Gutteres.

"Kami delapan bersaudara, empat laki dan empat wanita. Eurico anak ketiga, saya anak keempat," ujar ayah dua anak ini.

Dia masih terus berkomunikasi dengan kakaknya yang sekarang bermukim di Kupang, Nusa Tenggara Timur.

Adapun ibu dan kerabat mereka tetap tinggal di Timor Leste. "Hampir setiap tahun, saya pulang menengok ibu di Timor Leste. Saudara-saudara juga masih banyak di sana," terangnya. (*)

Halaman 4 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved