Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Pilrek Unhas

Tantangan Rektor Baru: Mengeluarkan Unhas dari Tempurungnya

Setidaknya, menjadikan Unhas tidak kembali masuk dalam tempurungnya yang merasa diri telah puas sebagai Universitas ternama di kawasan timur Indonesia

Editor: AS Kambie
Dok Pribadi Aswar Hasan
Dr Aswar Hasan, Dosen Departemen Ilmu Komunikasi Unhas 

Oleh Aswar Hasan
Dosen Fisipol Unhas

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Prof DR Dwia Aries Tina Pulubuhu MA tidak lama lagi mengakhiri masa jabatannya sebagai Rektor Unhas yang sudah 2 (dua) periode.

Dengan demikian, Unhas harus menjaring sosok Rektor baru untuk melanjutkan capaian Unhas yang sudah ada saat ini. Proses Pemilihan Rektor Unhas, atau Pilrek Unhas, mulai bergulitr.

Di periode pertama kepemimpinan Prof Dwia, panggilan karib Ibu Rektor saat ini, Unhas telah bertransformasi menjadi PTN BH (Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum).

Artinya, Unhas dituntut mandiri untuk memajukan dirinya dengan mengembangkan inovasi dan riset serta serta unit usaha lainnya yang produktif dengan asas manfaat khususnya bagi Unhas, masyarakat dan negara.

Baca juga: Besok Prof Budu Daftar Calon Rektor Unhas, Bakal Didampingi 3 Dekan

Baca juga: Prof Farida Rencana Daftar Calon Rektor Unhas 16 Agustus 2021

Baca juga: Prof Armin Arsyad Pendaftar Pertama Calon Rektor Unhas, Prof Indriaty Sudirman 19 Agustus

Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) M Nasir dalam sambutannya pada peralihan status Unhas ke PTN BH, mengatakan bahwa dengan adanya perubahan status tersebut, diharapkan menjadikan Unhas dapat lebih berprestasi.

“Perubahan status Unhas menjadi PTN BH dapat meningkatkan capaian kinerja yang di harapkan, bukan dari sistem keuangan saja,” ujar Nasir.

Menteri pun melantunkan pantun harapan untuk Unhas, “burung merpati terbang di udara, burung nuri indah suaranya. Selamat Unhas sudah PTN BH, sudah waktunya Unhas mendunia”. (Brin, 16/1-2017).

Merespon harapan Menteri, Prof Dwia sebagai Rektor Unhas pada periode pertama telah melakukan/melanjutkan terobosan rintisan usaha.

Ada beberapa rintisan usaha Unhas yang kualitas produksinya unggul dan bisa bersaing secara nasional, bahkan internasional. Seperti, coklat dalam bentuk siap konsumsi dalam aneka rasa yang diolah dari hasil tanam buah coklat petani di Sulsel.

Dari segi kualitas rasa, coklat produksi Unhas tersebut, tidak kalah dengan coklat sprungli dari Swiss atau Godiva dari Belgia, hingga Chocolate ala Taza dari Spanyol yang bahan bakunya dari petani coklat Afrika, atau malah dari Indonesia yang diimpor kembali ke Indonesia dengan harga berlipat.

Saatnya, Indonesia yang kaya buah coklat bisa memproduksi coklat sendiri yang siap konsumsi dengan kualitas bersaing kelas dunia.

Unhas sudah membuktikannya, bahwa bisa memproduksinya hingga pada tahap tampilan kemasan yang berkelas.

Masalahnya, bagaimana mengembangkannya dan memasarkannya secara massif sebagai produksi bisnis PTN BH. Ini baru satu contoh kecil dari bebagai potensi.

Hal tersebut, menjadi tantangan bagi rektor baru Unhas Nanti.

Sesungguhnya, masih banyak potensi Unhas yang telah berhasil di gali oleh Rektor saat ini.

Sejumlah Asset dan potensi Unhas masih perlu dikembangkan lebih maju lagi, seperti di bidang pertanian, peternakan, kehutanan, perikanan, dan masih banyak lagi yang belum terdata dan tergali dengan baik.

Diharapkan, pengembangan tata kelola potensi tersebut, bisa berdampak positif dan berdampak pada peningkatan kesejahteraan dosen dan tenaga ASN lainnya di lingkup Unhas sebagai PTN BH. Kesemuanya menjadi tantangan rektor baru kelak.

Selain itu, Pengembangan Sumber Daya Manusia, juga urgen untuk menjadi garapan strategis bagi Rektor baru.

Terkait pengembangan SDM tersebut, tampaknya para calon rektor perlu belajar dari Prof Amiruddin yang berhasil memajukan Unhas dari segi kualitas SDM yang unggul di kawasan perguruan tinggi di Indonesia timur.

Itu karena proyek besar-besaran menyekolahkan segenap tenaga dosen untuk melanjutkan jenjang pendidikannya ke Perguruan tinggi ternama di luar negeri, baik di Eropa maupun di Amerika.

Sementara saat ini, sejumlah dosen yang berhasil belajar di luar negeri, adalah karena inisiatif dan upaya dari dosen bersangkutan. Inisiatif dan upaya atau jasa Unhas menyekolahkan mereka, masih tergolong minim.

Itu pun setelah mereka kembali dari belajar, pihak Universitas kerap tidak menyiapkan kesempatan untuk lebih mengembangkan potensinya.

Ini tentu merupakan tantangan inovasi dan riset bagi Unhas ke depan. Untuk itu, ke depan Unhas butuh rektor yang bisa menyentuh problem tersebut dalam upaya maksimalisasi peningkatan kualitas dan pengalaman studi Dosen ke berbagai negara.

Dan, itu bisa menjadi program unggulan yang diutamakan bagi setiap dosen muda, mulai dari pembekalan bahasa, didukung kerjasama perguruan tinggi antar negara yang bisa berwujud pertukaran tenaga pengajar yang ada pada setiap fakultas (disiplin ilmu).

Di samping pengembangan kualitas dosen, ke depan, Unhas juga perlu kembali menghidupkan suasana akademik yang independen dan membumi serta lebih fungsional.

Istilah atmosfer akademik yang pernah di suarakan oleh Prof Idrus Paturusi, saat menjabat rektor perlu untuk kembali diaktualisasikan, sesuai tuntutan zaman.

Bahwa negara dan bangsa saat ini butuh suara kritis dan solutif tapi independen dari perguruan tinggi.

Ke depan, Unhas harus bisa memainkan peran itu. Olehnya itu, atmosfer akademik harus bisa hidup lebih fungsional pada jalur tridarma perguruan tinggi sebagai asas citra asasi sebuah perguruan tinggi.

Jangan sampai Unhas hanya asyik bersolek di menara gading, tanpa mau tahu apa yang sedang menggelorah dalam derita dan harapan rakyat.

Atmosfer akademik harus bisa tumbuh dengan mengawali diri dari upaya mengikis fenomena “feodalisme” status simbol keilmuan para guru besar, serta rutinitas formalisme miskin prestasi kecendekiaan yang kontributif pada kehidupan kebangsaan.

Untuk itu, atmosfer akademik harus diwarnai diskursus intelektual yang kritis konstruktif dari para guru besar yang berujung pada terciptanya habitat intelektualime kampus, yang melahirkan mahasiswa yang tercerahkan secara kritis, dan independen sebagai asset bangsa.

Saat ini, Unhas telah masuk gerbang universitas ternama di aras nasional, bahkan internasional.

Meskipun ada sebagian kalangan berpendapat, bahwa itu baru casing atau format dari pengusulan portofolio persyaratan formalistik.

Tapi secara conten substansi akademik, Unhas masih harus banyak berbenah.

Terlepas dari perdebatan formalisme prosedur dan conten subtansial, tentang kenaikan level universitas, rektor Unhas ke depan harus bisa menjadikan Unhas tampil lebih berisi, fungsional ke dalam dan kekeluar.

Setidaknya, menjadikan Unhas tidak kembali masuk dalam tempurungnya yang merasa diri telah puas sebagai Universitas ternama di kawasan timur Indonesia.

Tetapi harus berhasil menjadikan Unhas diperhitungkan di kawasan Asia tenggara.

Dan, itu telah dirintis dengan baik oleh rektor saat ini, Prof Dr Dwia Aries Tina Pulubuhu MA.

Siapa dan dari mana rektor Unhas ke depan, tak penting. Karena yang terpenting, adalah sanggup dan mampukah lebih memajukan Unhas dengan civitas akademiknya, itulah yang terpenting. Wallahu a’lam Bishshawabe.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

Miris

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved