Naskah Proklamasi Autentik
Ini 5 Perubahan Penting pada Naskah Proklamasi Autentik, Sebelum Dibacakan oleh Soekarno dan Hatta
Alami beberapa perubahan, ini naskah proklamasi Autentik yang ditandatangani Soekarno-Hatta. Naskah proklamasi kemerdekaan yang diketik Sayuti Melik
TRIBUN-TIMUR.COM - Ternyata ada beberapa perubahan terhadap naskah proklamasi yang dibacakan Presiden Soekarno bersama Hatta.
Naskah yang dibacak Soekarno adalah naskah proklamasi autentik.
Naskah itu merupakan naskah proklamasi kemerdekaan Indonesa yang diketik oleh Sayuti Melik.
Pada teks proklamasi autentik ketikan Sayuti Melik tertera tandatangan asli Soekarno dan Hatta atas nama bangsa Indonesia.
Naskah Proklamasi yang telah mengalami perubahan, yang dikenal dengan sebutan naskah "Proklamasi Autentik".
Naskah ini adalah hasil ketikan oleh Mohamad Ibnu Sayuti Melik (seorang tokoh pemuda yang ikut andil dalam persiapan Proklamasi).
Adapun isinya adalah sebagai berikut :
P R O K L A M A S I
Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.
Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan
dengan tjara saksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.
Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05
Atas nama bangsa Indonesia.
Soekarno/Hatta.
Di dalam teks naskah Proklamasi Autentik sudah mengalami beberapa perubahan yaitu sebagai berikut :
- Kata "Proklamasi" diubah menjadi "P R O K L A M A S I",
- Kata "Hal2" diubah menjadi "Hal-hal",
- Kata "tempoh" diubah menjadi "tempo",
- Kata "Djakarta, 17 - 8 - '05" diubah menjadi "Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05",
- Kata "Wakil2 bangsa Indonesia" diubah menjadi "Atas nama bangsa Indonesia",
Sementara itu, naskah Proklamasi Klad adalah asli merupakan tulisan tangan Ir. Soekarno sebagai pencatat.
Naskah itu adalah merupakan hasil gubahan (karangan) oleh Drs. Mohammad Hatta dan Mr. Raden Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo.
Pada naskah Proklamasi Klad memang tidak ditandatangani.
Sedangkan pada naskah Proklamasi Autentik sudah ditandatangani oleh Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta.
Peristiwa Rengasdengklok dan Cerita Bung Hatta
Memuncaknya perjuangan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia datang dari desakan golongan muda dalam peristiwa Rengasdengklok.
Baik golongan tua maupun golongan muda, mereka berpendapat bahwa kemerdekaan Indonesia harus segera diproklamasikan.
Hanya saja terjadi perbedaan pendapat mengenai cara melaksanakan Proklamasi tersebut.
Adanya perbedaan antara golongan muda dan golongan tua menyebabkan terjadinya peristiwa Rengasdengklok yang terjadi pada 16 Agustus 1945 pukul 03.00 WIB.
Dalam buku Sejarah Nasional Indonesia VI (1984) oleh Marwati Djoened Poesponegoro dan temannya, peristiwa Rengasdengklok berawal dari golongan pemuda membawa Ir Sukarno dan Mohammad Hatta ke luar koita.
Nah, tak banyak yang tahu bahwa Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945 berada di tengah suasana bulan puasa.
Bahkan, menjelang pembacaan teks proklamasi keesokan harinya, para perumus teks proklamasi, termasuk Wakil Presiden Pertama Indonesia Mohammad Hatta, harus sahur dengan roti, telur, dan ikan sarden.
Saat itu, Hatta sahur di rumah Admiral Maeda usai rapat persiapan kemerdekaan yang rampung pada pukul 03.00.

Rapat yang telah dirembuk semalaman itu akhirnya rampung pada hari ke-9 Ramadhan tahun 1364 Hijriah.
Teks proklamasi pun selesai dibuat dan segera diketik oleh Sayuti Melik di waktu sahur tersebut.
"Sahur.... sahur!" terdengar suara dari luar rumah Maeda yang menunjukkan waktu untuk sahur bagi umat Islam yang akan berpuasa.
"Waktu itu bulan puasa. Sebelum pulang, aku masih dapat makan sahur di rumah Admiral Maeda."
"Karena tidak ada nasi, yang kumakan ialah roti, telur, dan ikan sarden, tetapi cukup mengenyangkan," kata Hatta dalam bukunya Menuju Gerbang Kemerdekaan yang diterbitkan Penerbit Buku Kompas tahun 2011.
Satsuki Mishina yang merupakan asisten rumah tangga Maeda dan satu-satunya perempuan di rumah tersebut adalah orang yang menyiapkan makanan itu.
Ia pun segera menghidangkan masakannya kepada para tojoh perumus proklamasi yang berkumpul di rumah Maeda.
Tidak hanya Hatta, di rumah Maeda juga ada Soekarno, Achmad Soebardjo, dan Sayuti Melik.
Mereka menyantap makan sahur, sedangkan Sayuti Melik menyelesaikan tugasnya untuk mengetik naskah proklamasi dengan mesin ketik yang ada di Konsulat Jerman dekat rumah Maeda.
Santap sahur itu masih terasa seperti rapat karena ketiganya tetap berdiskusi untuk menentukan lokasi yang tepat untuk membacakan teks proklamasi tersebut.
Saat itu, Sukarni dari golongan muda menginginkan pembacaan di Lapangan Ikada agar rakyat Jakarta datang melihat momen bersejarah itu.
Namun, Soekarno menolak dengan pertimbangan Lapangan Ikada masih diduduki tentara Jepang dan tak ingin memulai insiden.
Rumah Soekarno yang ada di Pegangsaan Timur Nomor 56 yang sekarang menjadi Tugu Proklamasi pun disepakati menjadi lokasi dibacakannya teks proklamasi tersebut.
Setelah makan sahur, para tokoh bangsa itu pun berpamitan pulang.
Sepulangnya dari rapat itu, Hatta mengaku baru tidur setelah shalat subuh dan bangun sekitar pukul 08.30.

Ia lantas bersiap-siap berangkat ke Pegangsaan Timur, lokasi tempat memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
"Setelah mandi dan bercukur, aku bersiap-siap untuk berangkat ke Pegangsaan Timur 56 guna menghadiri pembacaan teks Proklamasi kepada rakyat banyak serta menaikkan bendera Sang Merah Putih, yang akan dikunci dengan lagu 'Indonesia Raya'," kata Hatta.
Lokasi rumah Hatta yang dekat dengan tempat pembacaan teks proklamasi membuat Hatta meninggalkan rumah pada pukul 10.10.
Ia tiba di Pegangsaan Timur lima menit sebelum pembacaan teks proklamasi itu dilakukan.
Hatta mengatakan, semua orang tahu bahwa dirinya selalu tepat waktu sehingga di antara mereka tidak ada yang khawatir bahwa ia akan datang terlambat.
"Soekarno pun tidak khawatir, karena ia tahu kebiasaanku," ujar dia.
Siapa sangka jika pada 9 Ramadhan 1364 atau 17 Agustus 1945 pukul 10.00 WIB, Indonesia merdeka yang ditandai pembacaan teks proklamasi oleh Soekarno.
Bendera Merah Putih jahitan Fatmawati pun berkibar di rumah Soekarno dan lagu "Indonesia Raya" berkumandang dengan sorak sorai rakyat yang bergembira menyambut Indonesia merdeka.
Sahur saat itu tampaknya menjadi bersejarah, karena keesokan harinya Indonesia menjadi bangsa yang bebas dari penjajahan. (*)
Artikel ini telah tayang di Intisari-Online.com dengan Judul "Alami Beberapa Perubahan, Ini Naskah Proklamasi Autentik yang Ditandatangani Soekarno-Hatta